Penyelenggara launching Usai menghadirkan Sarasehan Budaya bertajuk “Membaca Ulang Tembakau Nusantara: Antara Sains, Seni, dan Spirit Budaya” yang sekaligus menjadi momen penting bagi peluncuran Tobacco Resource Development Corner (TRDC) FISIP UB .
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh kampus, praktisi, dan komunitas, antara lain, Wakil Ketua TRDC, Syahirul Alim, M.Si. Dekan FISIP UB, Dr. Ahmad Imron Rozuli
Juga Para narasumber Sarasehan dr. Diyah Saraswati, Sp.P, Dr. Dwi CahyonKi Dr. Riyanto, artis Trie Utam, Sulami Bahar dan Moddie Alvianto (Komunitas Kretek) dengan Moderator: Cleoputri Al Yusainy, S.Psi., M.Psi., Ph.D.
Kehadiran lintas profesi mulai dari sejarawan, seniman, hingga komunitas kretek membuat diskusi berlangsung hangat dan mendalam.
Tentang acara ini Dr. Imron Jazuli menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekedar seremoni, tetapi bagian dari upaya menjabarkan visi-misi UB menuju kampus yang inklusif, kolaboratif, dan inovatif.
“Inisiasi ini adalah langkah kita untuk menjabarkan visi inklusivitas, memperkuat kolaborasi, sekaligus menghadirkan inovasi. Harapannya, rangkaian FISIP Festival ini juga bisa meningkatkan peran global Universitas Brawijaya dalam percaturan budaya dan ilmu pengetahuan,” ungkapnya
Lebih jauh lagi, Dr. Imron menyebut bahwa sejak pagi telah digelar berbagai agenda, mulai dari kopi pagi bersama pemerintah daerah, BUMN, korporasi, hingga BNN , sebagai bentuk membangun strategi kemitraan. Siang ini disambung dengan launching TRDC, dan malam hari akan dilanjutkan dengan pertemuan Ikatan Alumni FISIP UB.
Tak henti di hari ini, FISIP Festival masih akan berlanjut hingga esok hari dengan berbagai agenda mahasiswa kreatif. Mulai dari inagurasi karya siswa pasca ospek , kemah Pramuka bersama siswa SD–SMP sekitar kampus , hingga pertunjukan wayang dengan lakon “Wahyu Garuda Kawijayan” oleh dalang Ki Ardis.
Menurut Dr. Imron, pertunjukan wayang ini akan menjadi puncak perayaan sekaligus momentum pertukaran budaya antara mahasiswa Indonesia dengan mahasiswa internasional yang tinggal di asrama UB.
“Wayang bukan sekedar tontonan, tapi tuntunan. Di sana ada nilai ke-Brawijayaan yang ingin kita tanamkan sebagai daya dukung globalisasi. UB harus bisa melompat, memberi inspirasi, dan membuka ruang sinergi antara akademisi, masyarakat, hingga dunia internasional,” tambahnya.
Menariknya, rangkaian festival juga menghadirkan expo dan bazar yang melibatkan mitra desa KKN UB, pelaku UMKM, hingga komunitas seni. Dr. Imron berharap, kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan yang tidak hanya menjadi milik kampus, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan mendukung industri pariwisata Kota Malang.
“Kalau biasanya mahasiswa ke desa, sekarang masyarakat desa kita undang ke kampus. UB buka kapan pun, untuk siapa pun. Festival ini bisa jadi ruang sinergi bersama, agar kampus tidak eksklusif tapi benar-benar hadir untuk masyarakat,” tutupnya.
Salah satu narasumber, penyanyi sekaligus aktivis budaya Tri Utami , juga memberikan tambahan mengenai acara ini. Menurutnya, topik tembakau, seni, dan budaya yang diangkat FISIP UB adalah langkah-langkah yang relevan dan strategis.
“Untuk hari ini, kalau bicara persiapan ya tentu fokusnya pada topik rokok dan budaya. Bagi saya, ini bagian dari apa yang memang harus dilakukan kampus. Saya sudah lebih dari 10 tahun berinteraksi dengan FISIP, berkali-kali hadir di sini. UB punya tanggung jawab agar setiap kegiatan berdampak, bukan hanya seremonial. Dampak itu bisa diwujudkan dalam banyak cara, termasuk melakukan hal-hal yang biasanya tidak dilakukan,” ujar Tri Utami. (Ans)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?