Banner Iklan

Menulis Cerita Religi ala GPAI Tingkat SD

Anis Hidayatie
16 Agustus 2025 | 05.44 WIB Last Updated 2025-08-16T03:14:37Z

 


Menulis Cerita Religi ala GPAI Tingkat SD, disampaikan saat workshop KKG PAI Kabupaten Pasuruan di Rembang, Sabtu 16 Agustus 2025

ARTIKEL| JATIMSATUNEWS.COM: Menulis cerita religi menjadi salah satu cara untuk membekali Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dengan keterampilan menulis yang sederhana namun bermakna. Dengan menulis cerita religi akan menghasilkan kisah-kisah inspiratif yang relevan dengan kehidupan siswa di sekolah dasar. Menjadi sarana pula untuk menanamkan nilai-nilai akhlak mulia dan ibadah melalui cerita yang mudah dipahami anak.

Prinsip Penulisan Cerita Religi

1. Tokoh Dekat dengan Dunia Anak

Pilih tokoh utama yang familiar bagi siswa,

Murid

Guru

Orang tua siswa

Petugas sekolah (penjaga, tukang kebun, satpam, dsb.)

2. Satu Konflik Sederhana

Fokus pada satu masalah atau kebiasaan yang ingin diubah.

Contoh:

Anak mudah marah → diatasi dengan ajakan bicara sopan.

Anak suka berkelahi → dilunakkan dengan kebiasaan salaman.

Anak jarang shalat → terpanggil rajin setelah melihat teladan gurunya.

3. Nilai Spiritual Jelas

Pastikan cerita mengandung pelajaran agama:

Tawadhuk (rendah hati)

Rajin ibadah

Sopan santun

Menghormati orang tua dan guru

Menyayangi sesama

dst

4. Alur 3 Bagian

  1. Pembukaan: Perkenalkan tokoh dan latar.

  2. Konflik: Masalah atau kebiasaan buruk yang dihadapi tokoh.

  3. Penyelesaian: Perubahan perilaku tokoh karena keteladanan atau nasihat.

-

Kerangka Cerita dan contoh

Agar lebih mudah menulis maka guru harus membuat kerangka cerita. Contoh sederhana untuk kisah religi adalah sebagai berikut:

Judul: Salam yang Menghapus Amarah

Tokoh: Andi (murid kelas 4), Pak Ahmad (GPAI), Rudi (teman sekelas)

Masalah: Andi mudah marah dan sering berkelahi dengan Rudi.

Konflik: Suatu hari Andi dan Rudi bertengkar di kelas, membuat suasana gaduh.

Penyelesaian: Pak Ahmad mengajak keduanya salaman setelah shalat dhuha, sambil menjelaskan bahwa salaman bisa menghapus dosa kecil dan melembutkan hati.

Nilai yang Disampaikan: Menjaga ukhuwah, menahan amarah, tawadhu.

Pesan Moral: Dengan salam dan memaafkan, hati menjadi tenang dan persaudaraan terjaga.

Contoh Cerita Lengkap

Judul: Tangan yang Menyembuhkan Hati

Di SDN Kraton 30.

Tersebutlah Andi, siswa kelas 5 yang terkenal mudah marah. Jika ada teman yang sedikit saja mengganggu, Andi langsung memukul atau berteriak. Teman-temannya pun perlahan menjauh, hingga tak ada satupun bersedia menemani.

Suatu pagi, Pak Ahmad guru Pendidikan Agama Islam, melihat Andi bertengkar dengan Rudi di halaman sekolah. Mereka saling dorong dan berteriak. Pak Ahmad memanggil keduanya, lalu mengajak duduk di bawah pohon.

“Anak-anak, kalian tahu tidak? Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk saling memberi salam dan berjabat tangan. Tahukah kalian, dengan berjabat tangan, dosa kecil akan gugur dan hati kita jadi lembut?” kata Pak Ahmad sambil tersenyum.

Awalnya, Andi menunduk malu. Rudipun terdiam.

“Sekarang, coba salaman. Bayangkan kalian sedang memaafkan,” pinta Pak Ahmad.

Perlahan, Andi mengulurkan tangannya. Rudi menyambut. Senyum tipis muncul di wajah mereka.

Sejak hari itu, setiap bertemu, Andi dan Rudi saling memberi salam dan berjabat tangan. Ajaibnya, Andi menjadi lebih sabar. Ia sadar, tangan yang bersalaman tidak pantas digunakan untuk menyakiti.

Pesan Moral: Salam dan salaman membuat hati menjadi lembut, amarah hilang, persahabatan kembali terjalin.

Latihan Membuat Cerita

1. Pilih satu tokoh utama di sekolah.

2. Tentukan satu masalah sederhana yang akan diselesaikan.

3. Gunakan alur 3 bagian (Pembukaan – Konflik – Penyelesaian).

4. Sertakan pesan moral yang jelas.



5 Contoh kerangka Cerita Religi untuk Anak SD

1. Salim yang Menghapus Kesombongan

Tokoh: Fajar (murid kelas 5), Bu Siti (GPAI)

Masalah: Fajar pintar dan sering juara, tapi menjadi sombong dan enggan salim pada guru.

Konflik: Saat lomba tujuh belasan di sekolah, Fajar menjadi juara, saat diberi hadiah menolak salim pada Bu Siti yang memberikan hadiah menolak pula uluran tangan teman-temannya yang memberi selamat.

Penyelesaian: Bu Siti memberi contoh salim pada semua guru dan siswa, sambil menjelaskan bahwa salim adalah tanda rendah hati dan hormat.

Nilai: Tawadhu, hormat pada guru.

Pesan Moral: Orang pintar tidak akan mulia tanpa sikap rendah hati.

2. Judul: Sajadah yang Membuka Hati

Tokoh: Lina (murid kelas 3), Pak Ahmad (GPAI), ibu Lina

Masalah: Lina jarang shalat, lebih suka bermain saat adzan berkumandang.

Konflik: Suatu hari, Lina meminjam sajadah sekolah yang wangi dan lembut. Ia penasaran mengapa gurunya rajin shalat.

Penyelesaian: Pak Ahmad mengajaknya shalat dhuha bersama, sambil bercerita bahwa sajadah adalah teman yang akan bersaksi di akhirat.

Nilai: Rajin ibadah, disiplin shalat.

Pesan Moral: Shalat adalah kunci hati yang tenang dan hidup yang berkah.

---

3. Judul: Berbahasa yang Sopan Melembutkan Hati yang Melawan

Tokoh: Bima (murid kelas 4), Pak Rudi (GPAI)

Masalah: Bima suka bicara kasar dan mengumpat, bahkan pada temannya.

Konflik: Saat pelajaran, Bima mengumpat temannya yang salah menjawab. Teman itu menangis.

Penyelesaian: Pak Rudi mengajarkan kromo inggil (bahasa Jawa halus) untuk berbicara, sambil memberi contoh dialog sopan. Bima mulai membiasakan diri dan merasakan perbedaan suasana hati.

Nilai: Sopan santun dalam bertutur kata.

Pesan Moral: Bahasa yang baik akan melunakkan hati dan menjaga persahabatan.

---

4. Judul: Kotak Amal yang Mengubah Sikap

Tokoh: Sari (murid kelas 6), Bu Aisyah (GPAI)

Masalah: Sari pelit dan tidak mau berbagi, meskipun punya uang jajan lebih.

Konflik: Bu Aisyah membuat kotak amal kelas. Sari awalnya tidak mau ikut, tapi suatu hari ia melihat temannya membantu membeli jajanan untuk anak yatim.

Penyelesaian: Sari mencoba memasukkan uang ke kotak amal, lalu merasakan senangnya berbagi saat uang itu dipakai membantu teman yang sakit.

Nilai: Dermawan, peduli sesama.

Pesan Moral: Sedekah tidak akan mengurangi harta, justru menambah keberkahan.

---

5. Judul: Sapaan Penyembuh Luka

Tokoh: Dani (murid kelas 5), Pak Arif (GPAI), satpam sekolah

Masalah: Dani sering cemberut dan jarang menyapa orang, bahkan satpam yang membukakan gerbang.

Konflik: Suatu hari, Dani jatuh dari sepeda di depan gerbang. Satpam cepat membantunya. Dani terkejut karena merasa tak pernah ramah pada satpam tersebut.

Penyelesaian: Pak Arif mengajarkan pentingnya memberi salam dan senyum. Dani pun mulai menyapa setiap bertemu orang di sekolah.

Nilai: Ramah, menghormati sesama.

Pesan Moral: Salam dan senyum adalah sedekah termudah yang bisa kita berikan setiap hari.




Selamat Menulis. Tulis di kertas folio bergaris. Jumlah kata bebas. Jangan lupa sertakan nama dan asal SD



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menulis Cerita Religi ala GPAI Tingkat SD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now