SAMPANG | JATIMSATUNEWS.COM: Alun alun Trunojoyo Sampang kembali menjadi saksi semangat pendidikan usia dini yang menyatu dengan nilai-nilai religius dan perjuangan sosial. Rabu pagi, ribuan anak-anak beserta orang Tua dan Guru PAUD mengikuti kegiatan Simulasi Manasik Haji yang digelar oleh HIMPAUDI Kabupaten Sampang. Dalam kegiatan ini, semangat belajar, doa, dan harapan berpadu menjadi satu.
Kegiatan tersebut tidak hanya menjadi ajang edukasi spiritual, tetapi juga ruang penyampaian aspirasi para guru PAUD non formal yang selama ini belum merasakan kesetaraan dalam hak dan kesejahteraan.
Dengan tema 'Menuju Baitullah bukan sekadar perjalanan fisik tapi juga perjalanan hati menuju cahaya,' kegiatan ini menyiratkan bahwa pendidikan anak usia dini bukan sekadar pengajaran, tetapi juga pembentukan karakter sejak dini.
Suasana pagi yang hangat di tengah kota Sampang berubah menjadi arena edukatif penuh makna. Anak-anak mengenakan pakaian ihram mini dan mengikuti setiap tahapan ibadah haji secara simbolik. Prosesi dimulai dari thawaf mengelilingi miniatur Kakbah, sai antara bukit Shafa dan Marwah, hingga melontar jumrah.
Setiap kegiatan dipandu oleh para guru PAUD yang menjelaskan makna dan tata cara ibadah haji dengan pendekatan sederhana yang mudah dipahami anak-anak. Semangat mereka terlihat jelas saat menirukan gerakan ibadah sambil tetap menjaga ketertiban dalam barisan.
Gelak tawa, kekhidmatan, dan disiplin menyatu dalam satu kegiatan yang dirancang menyentuh nilai spiritual dan emosional.
Kegiatan ini disusun sebagai bentuk pengajaran berbasis pengalaman yang dipercaya lebih mudah diserap oleh anak-anak dibandingkan pendekatan konvensional.
Selain melatih kecerdasan spiritual, kegiatan ini juga membentuk sikap disiplin, empati, dan kebersamaan antar peserta didik.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua TP PKK Kabupaten Sampang, Nyai Sariroh Mahfudz, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan anak usia dini harus dikembangkan tidak hanya lewat kurikulum, tetapi juga pengalaman sosial dan religius.
Menurutnya, simulasi manasik haji menjadi salah satu metode efektif dalam menanamkan nilai keimanan dan moral pada anak.
Ia juga menyoroti pentingnya peran para pendidik PAUD, khususnya di jalur non formal, yang selama ini bekerja dengan dedikasi tinggi namun belum mendapatkan perlakuan yang setara.
Sariroh Mahfudz menyebutkan bahwa peran mereka harus mendapat apresiasi lebih, bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dari masyarakat.
“Guru PAUD adalah peletak dasar peradaban bangsa. Sudah seharusnya kita semua, sebagai orang tua, pemerintah, dan organisasi kemasyarakatan, memberi perhatian lebih terhadap kesejahteraan dan pengakuan mereka,” ujarnya.
Ketua HIMPAUDI Kabupaten Sampang, Rosul, M.Pd, menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya memiliki nilai pendidikan religius, tetapi juga menjadi wadah untuk menyuarakan aspirasi para guru PAUD non formal yang selama ini masih tertinggal dalam hal kesejahteraan.
Menurut Rosul, guru PAUD non formal berada di garda terdepan dalam membentuk karakter anak bangsa, namun masih sering kali luput dari perhatian anggaran dan kebijakan.
Ia berharap dengan adanya kegiatan ini, isu ketimpangan tersebut bisa mendapatkan perhatian yang lebih serius dari seluruh pemangku kebijakan.
“Kami tidak hanya mengajar, tapi juga membimbing, membentuk karakter, dan menanamkan nilai moral. Sudah saatnya peran guru PAUD non formal dihargai secara adil dan setara,” tegasnya.
Menanggapi aspirasi tersebut, Wakil Komisi IV DPRD Sampang, Fauzi , yang turut hadir dalam kegiatan itu memberikan pernyataan yang menyejukkan sekaligus pesan semangat bagi Guru-guru Paud.
Ia menyampaikan bahwa DPRD akan mendukung penuh perjuangan kesetaraan guru PAUD non formal, baik dalam bentuk regulasi maupun advokasi anggaran.
Fauzi menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah tanggung jawab bersama yang tidak boleh dibebankan sepenuhnya kepada pendidik.
Pemerintah daerah, menurutnya, harus hadir secara nyata dalam memberikan dukungan kelembagaan maupun finansial kepada seluruh guru PAUD tanpa membedakan jalur formal atau non formal.
“Kami mendengar dan akan bertindak. Komitmen DPRD adalah memastikan tidak ada lagi ketimpangan antara guru formal dan non formal, terutama dalam sektor pendidikan usia dini,” ujarnya dengan lantang.
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin olehUstad Matjerillah. Suasana haru menyelimuti akhir kegiatan, terutama ketika para guru PAUD non formal berdiri dalam satu barisan sambil memanjatkan harapan agar perjuangan mereka mendapatkan pengakuan yang layak.
Di tengah semarak kegiatan anak-anak, tersimpan pesan mendalam tentang pentingnya keadilan sosial dalam dunia pendidikan.
HIMPAUDI Kabupaten Sampang berharap momentum ini menjadi pintu masuk menuju perubahan kebijakan yang lebih berpihak kepada guru PAUD non formal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?