Ultah dan Aqiqah Istimewa Warga Genengan Pakisaji , Hadir Bantengan, Jaranan dan Reog
MALANG|JATIMSATUNEWS.COM -Suasana Dusun Genengan Krajan, tepatnya di Gang Wayang RT 03 RW 02, Desa Genengan, Kecamatan Pakisaji lebih semarak pada Kamis, (01/02/2025).
Sejak siang hari, suara gamelan terdengar bersahutan, aroma dupa khas pertunjukan rakyat mulai tercium, masyarakat dari berbagai kalangan mulai berdatangan memenuhi lokasi.
Perayaan aqiqah atau ulang tahun keluarga yang berbeda dan istimewa. Sebuah panggung budaya besar yang mempertemukan tiga kesenian khas Jawa Timur Reog, Bantengan, dan Jaranan dihelat.
Kolaborasi langka di depan mata, disambut antusias warga.
Tepat pukul 13.00 WIB, pertunjukan Reog Turonggo Samudro Budoyo membuka acara penuh wibawa. Kepala reog yang besar dan berat meliuk-liuk diiringi tarian gemulai warok dan bujangganong, membuat anak-anak berdecak kagum, sementara para orang tua larut menonton.
Pukul 14.30 WIB, giliran Bantengan Denukasura Wiloso dari Wagir mengambil alih panggung. Sorak sorai penonton mengiringi gerak liar terkontrol para pemain bantengan yang menari dengan penuh semangat.
Daya tariknya bukan hanya pada aksi, tapi juga pada kedisiplinan dan kekompakan yang ditunjukkan oleh tiap penampil.
Waktu terus berlalu, langit mulai gelap, tapi semangat penonton tak juga surut.
Sekitar pukul 20.00 WIB, acara ditutup megah oleh Jaranan Satrio Pandowo dari tuan rumah Genengan Pakisaji. Dentuman gamelan dan gerak dinamis penari jaranan membuat malam itu benar-benar hidup.
Kemeriahan harmoni mendapat pengurus Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kabupaten Malang.
"Di beberapa daerah, pertunjukan semacam ini pernah memicu ketegangan, bahkan keributan antar kelompok. Namun di Genengan, semuanya berjalan rapi, tertib, dan penuh semangat kekeluargaan, hebat," ujar Dewi ditemani kawan.
Tak kurang dari 300 peserta ikut ambil bagian, dan lebih dari 600 orang memadati area pertunjukan. Di bawah koordinasi Muslimin Wicaksono sebagai penanggung jawab, serta dukungan penuh dari Woko Ketua Paguyuban Jaranan.
"Genengan bukan sekadar dusun biasa. Hari ini menjelma menjadi panggung budaya yang menghadirkan harmoni, kebanggaan, dan harapan—bahwa warisan leluhur akan terus hidup selama ada cinta dan kerukunan di antara warganya," lanjut Dewi. Ans
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?