Membutuhkan kesabaran tingkat dewa untuk itu. Memancing merupakam proses terutama tentang cara berpikir. Sering dilema seiring menyertai, akankah pindah tempat? pindah umpan? pindah kail? atau yang lain? Ragam makna dihasilkan lewat sebuah keputusan.
Apakah keputusan dengan berat hati menurut diri benar? atau menuruti pandangan orang lain yang kadang salah?
Tak ubahnya tentang krisis panjang pandemi. Dampak PPKM berlevel, si vaksin, juga harga-harga kebutuhan yang kian melambung. Sementara, pendapatan jelas terpangkas. Atribut-atribut seragam yang semula begitu diagungkan dan dikenakan selama bekerja kini menjadi semacam beban. Aparat setengah hati menindak karena merekapun iba dengan kondisi ini. Atau jejangan mereka terdampak pula?
Take a look, tak semudah anda menyampaikan sebuah aspirasi masyarakat tentang bagaimana amunisi perut yang meminta diisi.
Cacing-cacing perut mulai berdemo besar-besaran karena jatahnya ikut berkurang. Lalu miris mendapati hanya ada yang saling tuding tanpa tindakan.
Hari gini masih saja menyalahkan? Please deh stop. Jangan lagi ada saling menyudutkan seolah-olah pendapat anda yang paling benar.
Baiklah, apakah jika anda merasa benar anda punya solusi?
Semua orang merasa mempunyai solusi. Dengan cara masing-masing. Namun jangan sampai menimbulkan kegaduhan saja. Tak berujung memberi amunisi untuk menyelesaikan persoalan. Tidak ada solusi itu mengerikan.
Satu-satunya cara kita bijak sebaiknya adalah kembali beribadah. Menurut agama kita masing-masing. Doa yang terbaik untuk bangsa ini. Sekarang, saat semua simpul membunyikan alarm tanda bahaya waspada covid dan dampaknya.
Terserah bagi anda, merasa merdeka atau tidak itu hak anda. Selama anda memegang ID, KTP E tronik, anda adalah pengikut sistem bangsa ini. Jadi, taati. Merdeka berargumentasi silahkan tapi jangan halangi tindakan aparat negeri ini.
Zainal Khozin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?