Foto: Suasana saat ujian
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Dosen sekaligus Dekan Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof.Dr. Umi Sumbulah,M.Ag berhasil menorehkan rekam jejak keilmuan yang diakui di kancah internasional dengan diundang menjadi penguji Disertasi di Radboud Universiteit Nijmegen, Belanda. Rabu, 17/12/2025 pukul 10.30 waktu Belanda melalui Zoom.
Undangan tersebut bukan sebagai bentuk kerja sama, namun murni berasal dari pengakuan atas karya dan kemampuannya Prof. Umi terhadap bidang keilmuan yang digeluti dalam isu-isu radikalisme.
Prof.Dr Umi Sumbulah sebagai salah satu penguji disertasi Muhammad As’ad mahasiswa Program Doctoral Programme in Islam, Politics and Society Radboud Universiteit Nijmegen, Belanda. Judul disertasi SHALAWAT PERFORMANCE AND CULTURAL RESISTANCE: Transforming Maulid Celebrations in Contemporary Indonesia.
Sebelumnya telah dilaksanakan ujian naskah (manuscript committee) pada bulan Mei 2025 dan ujian akhir (defense) pada 17 Desember 2025. Tim penguji berjumlah 10 orang yang terdiri atas 3 promotor dan 7 penguji yang berasal dari mancanegara (Radboud University & Leiden University Belanda, College of William and marry, USA serta UIN Malang dan UIN Yogyakarta).
Adapun tim Penguji: Prof. Dr. H.H.A. van den Brink (dean); Prof. Dr. C. van Nieuwkerk, Prof. Dr. Noorhaidi Hasan and Prof. dr. C.J.A. Sterkens (promoters); dan 7 examiners board: Prof. Dr. F.J.S. Wijse, Prof. Dr. Umi Sumbulah, Prof. Dr. A.K. Rasmussen, Dr. Sunarwoto, Prof. Dr. B. Barendregt, Dr. M.J.M. de Koning dan Dr. E.B.P. de Jong.
Disertasi ini mengkaji pertanyaan sentral: sejauh mana dan dengan cara apa pertunjukan shalawat di Indonesia kontemporer melawan radikalisme Islam? Penelitian ini berangkat dari pengamatan transformasi tradisi perayaan maulid menjadi pertunjukan shalawat berskala besar yang menarik ribuan peserta, khususnya kaum muda, di Surakarta.
Penelitian lapangan dilakukan di Surakarta selama sembilan bulan (Juli 2017 – Februari 2018), meliputi observasi partisipan di 28 pertunjukan shalawat dan wawancara dengan 20 performer serta 40 peserta dari lima kelompok shalawat: Ahbabul Mustofa (dipimpin Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf), Jamuro, Jamuri, al-Hidayah, dan Jampi Sanubari.
Penelitian ini mengkaji bagaimana pertunjukan shalawat di Indonesia kontemporer menantang radikalisme Islam dan merespons kritik terhadap perayaan maulid. Pertunjukan shalawat telah mengubah perayaan maulid tradisional menjadi ekspresi budaya populer yang menantang kritik Salafi dan pengaruh Islam radikal. Pertunjukan shalawat yang telah bertransformasi ini tidak hanya menghibur dan menginspirasi, tetapi juga berfungsi sebagai perlawanan budaya terhadap narasi Islam radikal.
Otoritas lokal mengakui potensi pertunjukan ini, melalui deklarasi pemerintah kota Solo sebagai ‘Kota Shalawat’ pada 2013. Melalui deklarasi ini, pertunjukan shalawat merupakan sarana efektif dalam melawan narasi radikalisme di kota yang selama ini menjadi ladang subur tumbuhnya kelompok radikalisme keagamaan (KRK) baik yang bersifat lokal, nasional maupun transnasional.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?