Kampanye “Stop the Silence, Start the Awareness” Ajak Pelajar Surabaya Tingkatkan Kewaspadaan terhadap Pedofilia
SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Dalam upaya mendukung target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-16 tentang Peace, Justice, and Strong Institutions yang menekankan perlindungan anak dari berbagai bentuk ancaman dan tindakan yang dapat membahayakan keselamatan mereka, Kelompok 2 dari mata kuliah Kampanye Kehumasan B, Program Studi Ilmu Komunikasi, UPN Veteran Jawa Timur, menggelar kampanye edukatif bertajuk “Stop the Silence, Start the Awareness” di lingkungan SMAN 17 Surabaya. Kegiatan yang dilaksanakan Jumat (28/11) pukul 11.00–14.30 di lapangan sekitar SMAN 17 Surabaya ini diikuti oleh puluhan pelajar tingkat SMP dan SMA.
Kampanye tersebut diinisiasi oleh enam mahasiswa, yaitu Livia Anjarwati, Chesy Arthenia, Faah, Jizqa Azzahra Wahab, M. Hasyatyatma, dan Muhammad Radja. Mereka menyoroti minimnya edukasi mengenai pedofilia dan praktik grooming di kalangan remaja, padahal kelompok usia minor merupakan sasaran paling rentan terhadap kejahatan ini. Melalui program ini, kelompok tersebut berupaya meningkatkan literasi anak muda agar mampu mengenali tanda-tanda perilaku berbahaya, memahami pola manipulasi pelaku, serta berani melapor ketika menghadapi situasi yang mencurigakan.
Kegiatan kampanye mencakup sesi open discussion, permainan edukatif mengenai pedofilia dan grooming, serta pembagian mini book informatif yang diproduksi sendiri oleh kelompok penyelenggara. Buku kecil ini berisi penjelasan tentang contoh situasi yang perlu diwaspadai, indikator grooming, hingga langkah pelaporan melalui saluran resmi. Pembagian buku dilakukan bersamaan dengan pemaparan materi sehingga peserta dapat memahami konteks dengan lebih komprehensif.
“Tujuan utama kami adalah membangun kesadaran. Banyak remaja sebenarnya pernah melihat atau mendengar hal mencurigakan, tetapi tidak tahu bagaimana menafsirkannya atau ke mana harus melapor. Melalui kampanye ini, kami ingin mereka memiliki pengetahuan dasar untuk melindungi diri,” kata Livia Anjarwati selaku perwakilan kelompok.
Sesi diskusi berjalan terbuka dan suportif. Peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan pengalaman yang pernah mereka temui di lingkungan sekitar, baik di sekolah, rumah, maupun media sosial. Proses ini menciptakan ruang aman bagi pelajar untuk bertukar pandangan mengenai hal-hal yang selama ini jarang dibahas secara terbuka. Tim penyelenggara menampung seluruh sudut pandang tersebut sebagai bagian dari proses belajar bersama.
Salah satu peserta kampanye, siswi kelas X, menyampaikan bahwa kegiatan ini memberikan sudut pandang baru mengenai kewaspadaan. “Selama ini saya pikir hal-hal seperti itu jauh dari lingkungan saya. Setelah ikut kampanye ini, saya jadi lebih paham tanda-tandanya dan juga merasa lebih berani untuk bersuara” Ujarnya.
Tim menegaskan pentingnya keberanian untuk bersuara. Dalam kesempatan ini, mereka membagikan daftar hotline dan lembaga pengaduan resmi yang dapat dihubungi jika remaja menemukan indikasi pedofilia. Pendekatan ini sekaligus memperkuat prinsip SDGs 16.2 yang menargetkan penghentian semua bentuk kekerasan terhadap anak.
“Melapor adalah bentuk perlindungan diri. Kami ingin remaja tahu bahwa suara mereka berharga, dan bantuan itu selalu tersedia,” ujar Chesy Arthenia.
Selain edukasi tatap muka, kelompok ini juga memproduksi konten kreatif yang diunggah melalui akun Instagram @guardthekids sebagai bentuk kampanye digital lanjutan. Konten tersebut memuat informasi singkat, visual edukatif, dan pesan-pesan pencegahan untuk memperluas jangkauan audiens.
Dengan mengintegrasikan edukasi langsung, distribusi materi tertulis, dan kampanye digital, “Stop the Silence, Start the Awareness” diharapkan dapat menjadi model kegiatan yang berkelanjutan bagi institusi pendidikan dan komunitas anak muda di Surabaya. Inisiatif ini sekaligus menunjukkan bahwa pencegahan ancaman terhadap anak bukan hanya menjadi tanggung jawab lembaga formal, melainkan juga dapat digerakkan oleh kelompok kecil yang peduli terhadap isu ini.
Penulis: Livia Anjarwati



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?