.png)
DPD RI Lia Istifhama Hadir di Podcast Unusa, Ungkap Perjalanan Hidup, Nilai-Nilai Kebangsaan, hingga Dedikasi untuk Daerah
SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Senator muda asal Jawa Timur, DPD RI Lia Istifhama, tampil sebagai narasumber dalam Podcast Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan membagikan kisah perjalanan hidup, prinsip-prinsip yang membentuk karakternya, hingga komitmen kuatnya dalam memperjuangkan kepentingan daerah di tingkat nasional. Perbincangan inspiratif itu dipandu oleh Dr. Sunanto, dosen S1 PGSD Unusa, pada Kamis (11/12).
Dalam suasana akrab, senator yang akrab disapa Ning Lia tersebut mengungkapkan bahwa kiprahnya di kancah politik tidak lepas dari pengalaman masa kecil, proses pendidikan, dan tradisi keluarga yang mengajarkannya ruang dedikasi dan empati.
Menjawab pertanyaan tentang tantangan sebagai perempuan muda yang memikul amanah politik sekaligus peran domestik, Ning Lia menegaskan pentingnya manajemen diri.
“Saya belajar memahami ritme hidup. Ada masa untuk keluarga, ada masa untuk bekerja. Yang penting adalah disiplin, amanah, dan komunikasi yang baik. Perempuan bisa kuat, tapi juga tetap hangat,” ujarnya.
Menurutnya, perempuan inspiratif bukan hanya mereka yang tampil gemilang di ruang publik, tetapi juga yang mampu menjaga keseimbangan amanah keluarga, sosial, dan profesional.
Di Podcast Unusa, Ning Lia juga menyoroti pentingnya konsistensi pembangunan nasional. Ia kembali menegaskan perlunya Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) sebagai arah pembangunan jangka panjang yang tidak terputus setiap pergantian pemimpin.
“PPHN bukan hanya dokumen. Ini adalah fondasi agar pembangunan tidak berubah setiap lima tahun. Kita harus punya arah yang jelas,” tegasnya.
Ia menyebut gagasan tersebut lahir dari dialog panjang dengan akademisi hingga para pakar kebijakan.
Putri ulama kharismatik KH Maskur Hasyim ini mengenang masa SMP sebagai periode penting ketika bakat menulisnya mulai berkembang. Salah satu cerpen yang ia tulis menjadi titik balik kepercayaan diri setelah mendapat pujian dari sang kakak.
“Saya kaget waktu kakak bilang, ‘Siapa yang nulis? Bagus sekali ceritanya.’ Dari situ saya sadar mungkin saya punya bakat,” kenangnya.
Menulis menjadi ruang refleksi sekaligus wadah menumbuhkan empati. Salah satu kutipan yang ia tulis untuk anak-anak korban konflik berbunyi:
“Di mana pun kamu berada, jangan pernah merasa sendiri. Di luar sana selalu ada orang yang mengingatmu dan menyayangimu.”
Empati tersebut, menurutnya, kini menjadi fondasi penting dalam pengambilan keputusan sebagai senator.
Sebagai perempuan milenial yang sering disorot karena usia, Ning Lia menegaskan bahwa kemudaan bukan sekadar angka.
“Pada akhirnya saya sadar, semangat itu yang membuat kita tetap relevan,” tandas alumni Doktoral UINSA itu.
Dikenal peduli pada isu pendidikan, kesehatan, dan lingkungan, ia ingin hadir sebagai sosok “kakak” bagi generasi mahasiswa, bukan sekadar figur publik yang terasa jauh.
Ia juga menyinggung kepeduliannya pada isu kemanusiaan global, termasuk Palestina.
“Melihat orang bersepeda sambil membawa bendera Palestina itu menyentuh hati saya. Itu tanda dunia semakin peduli,” ujar penerima DetikJatim Award 2025 tersebut.
Peraih predikat Wakil Rakyat Terpopuler dan Paling Disukai versi ARCI 2025 ini menutup perbincangan dengan pesan inspiratif untuk perempuan muda Indonesia.
“Beranilah membaca realitas. Jangan berhenti belajar. Dan pegang integritas. Dunia publik membutuhkan perempuan yang kuat, cerdas, dan berhati lembut.”
Podcast Unusa tersebut menjadi ruang reflektif yang memperlihatkan sosok DPD RI Lia Istifhama bukan hanya sebagai senator milenial, tetapi sebagai perempuan yang tumbuh dari proses panjang, membawa nilai-nilai kemanusiaan, dan berdedikasi untuk daerah serta bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?