Banner Iklan

Workshop MGMP PAI SMP Kabupaten Malang di Kantor Kemenag Kota, Bahas Kehidupan Santri dan Berbudaya Agama

Anis Hidayatie
07 November 2025 | 10.31 WIB Last Updated 2025-11-07T03:32:06Z


Workshop MGMP PAI SMP Kabupaten Malang di Kantor Kemenag Kota, Bahas Kehidupan Santri dan Berbudaya Agama

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP Kabupaten Malang menggelar Workshop Implementasi Pembelajaran Mendalam bertema “Kontekstualisasi Nilai-nilai Santri di Sekolah dalam Menghadapi Era Digital”, pada Rabu (5/11/2025). Kegiatan ini berlangsung di Aula PLHUT Kantor Kementerian Agama Kota Malang, Jalan R. Panji Suroso No. 2, Polowijen, Blimbing, Malang.

Acara diikuti oleh sekitar 200 guru PAI SMP negeri dan swasta se-Kabupaten Malang. Hadir sebagai narasumber dua tokoh penting Kementerian Agama, yakni Kepala Kemenag Kota Malang Achmad Shampton, S.HI, M.Ag (Gus Shampton) dan Kepala Kemenag Kabupaten Malang Drs. H. Sahid, MM.

Dalam sesi pertama, Gus Shampton mengajak para guru untuk merefleksikan kembali nilai-nilai santri dalam menghadapi tantangan digitalisasi pendidikan. Ia mengutip kisah dalam Surat Ad-Dhuha, ketika Rasulullah SAW sempat tidak menerima wahyu selama delapan hari, hingga beliau merasa sedih.

“Allah menegaskan, Allah tidak meninggalkanmu dan tidak mengabaikanmu. Ini pelajaran bagi guru untuk selalu sabar, tulus, dan yakin bahwa setiap perjuangan akan berbuah kebaikan,” tutur Gus Shampton.

Ia menegaskan bahwa guru PAI harus meneladani empat sifat utama Rasulullah SAW, yakni Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.

“Shiddiq berarti ketulusan. Guru sejati tidak pernah benci pada muridnya. Amanah berarti selalu mencari cara terbaik untuk mengajar. Tabligh itu komunikatif, menyampaikan ilmu dengan cara yang sederhana. Dan Fathonah berarti terus belajar dan berinovasi,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya adab dan keikhlasan dalam proses pendidikan.

“Guru harus mengajar dengan hati, bukan karena gaji. Murid bukan obyek, tapi amanah. Sekalipun murid sulit diatur, tetaplah sabar karena mereka juga makhluk Allah,” ujarnya.

Gus Shampton juga menyinggung maraknya fenomena ngaji daring.

“Belajar melalui YouTube tidak masalah jika sanad keilmuannya jelas. Tapi hati-hati, banyak yang tersesat karena belajar dari sumber yang tidak sahih. Pilihlah guru yang terpercaya,” tegasnya.

Ia menutup sesi dengan pesan bahwa hubungan guru dan murid harus berlandaskan saling menghormati.

“Guru harus memuliakan murid agar ilmunya manfaat. Murid pun wajib memuliakan gurunya. Dari sinilah lahir keseimbangan spiritual antara guru dan peserta didik,” ucapnya.

Dalam sesi kedua, Drs. H. Sahid, MM, Kepala Kemenag Kabupaten Malang, memaparkan materi bertema “Mewujudkan Sekolah Unggul dalam Budaya Beragama.”
Ia menjelaskan bahwa sekolah unggul bukan hanya dilihat dari prestasi akademik, tetapi juga dari keberhasilan dalam membangun budaya religius di lingkungan sekolah.

“Sekolah unggul adalah lembaga pendidikan yang menghasilkan peserta didik berilmu, berkarakter, dan berdaya saing tinggi. Namun, keunggulan sejati adalah ketika sekolah mampu menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam seluruh aktivitasnya,” ujar Sahid.

Ia menjabarkan tiga pilar utama dalam mewujudkan sekolah unggul berbudaya agama:

  1. Kepemimpinan dan Kebijakan yang visioner serta berorientasi pada nilai-nilai religius.
  2. Implementasi nilai agama dalam kegiatan pembelajaran dan program sekolah.
  3. Keterlibatan komunitas — mulai dari guru, siswa, orang tua, hingga masyarakat sekitar — dalam membangun budaya beragama.

“Keteladanan guru dan pimpinan sekolah adalah kunci. Jika lingkungan sekolah religius dan kondusif, maka akan lahir siswa yang berprestasi dan berakhlak mulia,” tegasnya.

Workshop yang diinisiasi MGMP PAI SMP Kabupaten Malang ini menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali peran guru agama dalam membentuk generasi santri modern — cerdas secara intelektual dan kuat secara spiritual.

Melalui sinergi antara Kemenag Kabupaten dan Kota Malang, kegiatan ini diharapkan melahirkan inovasi pembelajaran PAI yang kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan ruh keagamaan.

Acara ditutup dengan doa bersama dan komitmen memperkuat karakter religius di setiap sekolah.

“Kita ingin sekolah bukan hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjadi tempat tumbuhnya insan berakhlak, berbudaya, dan berjiwa santri,” tutup Drs. H. Sahid, MM.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Workshop MGMP PAI SMP Kabupaten Malang di Kantor Kemenag Kota, Bahas Kehidupan Santri dan Berbudaya Agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now