![]() |
| Gambar 1: Ilustrasi Salah Satu Cover Buku Dongeng Nusantara berbasis AI |
JAKARTA | JATIMSATUNEWS.COM : Di tengah gempuran budaya digital dan minimnya minat generasi muda terhadap warisan cerita rakyat, sebuah inovasi unik hadir dari dunia akademik. Tim peneliti dari Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Jakarta, menggagas pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam proyek kreatif lintas budaya: Picture Book Dongeng Silang Budaya Jepang-Indonesia.
Dongeng bukan sekadar kisah pengantar tidur. Ia adalah cermin budaya, nilai moral, dan jati diri suatu bangsa. Sayangnya, generasi muda Indonesia kini makin jauh dari akar cerita rakyatnya. Padahal, Indonesia memiliki lebih dari 350 dongeng nusantara dari Sabang sampai Merauke. Hal serupa juga terjadi di Jepang, yang kaya akan kisah klasik seperti Momotaro atau Tsuru no Ongaeshi.
Melalui pendekatan sastra bandingan dan kebudayaan visual, tim peneliti membangun jembatan budaya antara Jepang dan Indonesia melalui kumpulan dongeng silang budaya. Teknologi AI diintegrasikan dalam proses penciptaan cerita, ilustrasi, hingga penyusunan buku bergambar (picture book) yang interaktif dan estetis. AI membantu menciptakan visual yang selaras dengan nilai budaya kedua negara dan menyesuaikan gaya narasi untuk audiens muda berusia 8–12 tahun.
“Proyek ini bukan hanya pelestarian budaya, tapi juga pembuktian bahwa teknologi seperti AI bisa menjadi mitra edukatif yang positif,” ujar salah satu peneliti, Ardhiansyah.
Proses pengembangan dilakukan dengan metode Design Thinking: mulai dari empati terhadap kebutuhan pembaca muda, perumusan masalah, brainstorming ide, prototipe, hingga uji coba. AI berperan dalam menghasilkan ilustrasi bergaya budaya lokal dan menyesuaikan narasi dongeng sesuai nilai-nilai edukatif dan lintas budaya. Selanin menggunakan AI, tim juga mengembangkan ilustrasi dongeng dengan metode ilustrasi digital menggunakan software untuk mengkomparasi tingkat penerimaan audience.
![]() |
| Gambar 2. Ilustrasi Digital Menggunakan Software |
Target akhirnya bukan sekadar buku, tetapi juga ISBN, HKI, publikasi ilmiah, hingga penyuluhan digital melalui media sosial. Buku ini diproyeksikan pada Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) level 6, artinya sudah sampai tahap uji coba produk ke audiens dan siap dikembangkan lebih lanjut.
Inovasi ini menandai titik temu harmonis antara tradisi dan teknologi, membuka peluang baru bagi pendidikan budaya yang inklusif, adaptif, dan menyenangkan di era digital. Hasilnya menunjukkan bahwa karya berbasis AI memiliki tingkat artistik yang tinggi namun karya yang dihasilkan tidak beragam atau homogen sehingga menimbulkan kejenuhan.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?