Banner Iklan

Jiwa di Balik Profesi: Kisah dan Panggilan Seorang Bidan

Anis Hidayatie
09 November 2025 | 15.06 WIB Last Updated 2025-11-09T12:11:07Z


JIWA DI BALIK PROFESI: 
KISAH DAN PANGGILAN SEORANG BIDAN


Sebuah perbincangan inspiratif bersama bidan dengan pengalaman dua dekade, menyingkap makna pengabdian, tantangan, dan mengapa profesi ini akan selalu dibutuhkan di masa depan.

Pelayanan Menyeluruh Sepanjang Rentang Kehidupan

Bidan berpengalaman dalam mengelola praktik mandiri yang menyediakan layanan kesehatan komprehensif bagi perempuan di setiap tahap kehidupannya. “Kami memberikan pelayanan untuk ibu, bayi, anak, serta kesehatan reproduksi perempuan secara menyeluruh. Intinya, kami mendampingi perempuan dari masa bayi hingga usia lanjut,” jelasnya. Meski penyampaian menjadi layanan utama, ia menyadari bahwa kini banyak ibu yang memilih melahirkan di Puskesmas sesuai kebijakan pemerintah.

 “Oleh karena itu, pasien yang datang ke praktik mandiri biasanya mereka yang secara khusus ingin ditangani oleh bidan,” tambahnya.

Pendamping Setia Perempuan Sepanjang Usia

Menurutnya, bidan bukan sekadar tenaga kesehatan, tetapi juga sahabat sejati bagi perempuan. “Bidan hadir sebagai pendamping setia dalam setiap fase kehidupan perempuan,” ujarnya. Pendampingan ini mencakup masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut.

Ia menekankan pentingnya komunikasi sebagai dasar hubungan dengan pasien. “Kuncinya adalah menjadi pendengar yang baik. Setelah memahami keluhannya secara menyeluruh, barulah kita bisa memberikan solusi yang tepat,” tuturnya.

Menemukan Panggilan di Tengah Perjalanan

Perjalanan kariernya dimulai bukan karena pilihan pribadi, melainkan dorongan orang tua. “Awalnya saya tidak pernah terpikir menjadi bidan tapi akhirnya saya mengikuti saran mereka,” kenangnya. Seiring berjalannya waktu, rasa cinta terhadap profesi ini tumbuh dengan sendirinya. “Yang terpenting adalah semangat pengabdian, karena profesi ini mencakup dua nyawa — ibu dan bayi.” Salah satu momen paling berkesan terjadi ketika ia membantu tetangga yang melahirkan di rumah. "Pengalaman itu menjadi titik balik yang menguatkan tekad saya untuk membuka praktik sendiri. Itu momen paling berharga sepanjang karier saya," ujarnya penuh haru.

Memandang Masa Depan Profesi: Nilai yang Tak Tergantikan

Ketika ditanya tentang kemungkinan profesi bidan tergantikan oleh teknologi, ia menjawab dengan tegas, “Profesi ini memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa digantikan. Mustahil proses kelahiran diserahkan sepenuhnya pada mesin. Masa ada robot yang bisa membantu persalinan? Tentu tidak mungkin.” Ia juga menyampaikan pentingnya kolaborasi antarprofesi. “Bidan, dokter kandungan, dan tenaga medis lainnya merupakan satu tim yang saling melengkapi dengan tujuan yang sama: keselamatan ibu dan bayi.” Selain praktik, ia juga menilai penelitian dan publikasi ilmiah sebagai hal penting. “Jurnal ilmiah adalah jendela pengetahuan yang memperkaya wawasan kami,” seraya menegaskan bahwa pembaruan ilmu dan keterampilan harus terus dilakukan.

Pesan untuk Calon Bidan: Temukan Jiwa Pengabdianmu

Kepada generasi muda yang memilih profesi bidan, ia berpesan agar menemukan makna sejati dari profesi ini. “Inti dari pekerjaan seorang bidan adalah pelayanan yang menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Inilah bentuk pengabdian sesungguhnya,” ujarnya. Ia mengingatkan bahwa semangat pengabdian perlu ditumbuhkan dari dalam diri. “Kalau tidak dicari dan dikembangkan, kemana arah jiwa itu akan dibawa?” katanya reflektif. Meski setiap bidan akan meniti jalannya sendiri—baik di rumah sakit, dunia pendidikan, pelatihan, maupun praktik mandiri—ia menegaskan satu hal yang pasti: “Apapun jalannya, semuanya bermuara pada pengabdian.”


Penulis: Nadya Azza Mahirah

Narasumber: Bidan Saidah Ulfa S.Keb.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Jiwa di Balik Profesi: Kisah dan Panggilan Seorang Bidan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now