Dampak paling merusak dari pemeringkatan adalah distorsi prioritas institusional. Universitas yang seharusnya fokus pada pendidikan berkualitas dan riset bermakna, malah menghabiskan sumber daya untuk konsultan ranking, akuntan yang "mengoptimalkan" data, dan administrator yang memanipulasi angka demi naik beberapa peringkat. Berapa banyak riset relevan lokal yang diabaikan karena dianggap tidak cukup "internasional"? Berapa banyak sumber daya yang dihabiskan untuk pemeringkatan yang seharusnya bisa diinvestasikan untuk laboratorium, beasiswa mahasiswa kurang mampu, atau kesejahteraan dosen?
Pertanyaan yang harus dijawab bukan "Bagaimana kita naik peringkat?" melainkan "Untuk apa universitas kita ada?" Jika jawabannya jelas - untuk mencerdaskan bangsa, mengatasi masalah nyata masyarakat, dan berkontribusi pada kemajuan kemanusiaan - maka ranking akan mengikuti dengan sendirinya, atau menjadi tidak relevan sama sekali.
Kita perlu mengubah paradigma pendidikan tinggi kita. Kita perlu fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Kita perlu menghargai riset lokal yang relevan, bukan hanya riset internasional yang seringkali tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat kita. Kita perlu menginvestasikan sumber daya kita pada hal-hal yang benar-benar penting, seperti pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat.
Pada Hari Pahlawan ini, mari kita berjanji untuk mengembalikan esensi pendidikan tinggi kita. Mari kita fokus pada tujuan utamanya, bukan pada pemeringkatan yang hanya membawa kita ke jalan yang salah. Mari kita jadikan universitas kita sebagai lembaga yang benar-benar mencerdaskan bangsa dan mengatasi masalah nyata masyarakat.
Oleh : dr. Farid Eka Wahyu Endarto



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?