TUREN, JATIMSATUNEWS.COM– Profesi guru, bagi sebagian orang, adalah panggilan jiwa. Kisah ini datang dari Bu Sudarti, seorang pendidik yang berdomisili di Kauman, Turen. Perjalanan hidupnya sebagai guru dipenuhi dengan tantangan, keikhlasan, dan sebuah keyakinan teguh bahwa setiap kesulitan yang dijalani dengan hati lapang akan membawa keberkahan dan rezeki.
Bu Sudarti mengungkapkan bahwa motivasi utamanya menjadi guru adalah karena cita-cita ini sudah terukir sejak ia masih kecil. Namun, perjalanan menuju status guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidaklah mudah dan penuh perjuangan. "Dulu, saya pernah mengajar di SMA PGRI Gedangan, dan saya harus berjalan kaki setiap hari selama satu jam untuk sampai ke sekolah. Gajinya waktu itu tidak menutupi biaya, bahkan bisa dibilang tekor," kenangnya. Namun, kecintaan dan keikhlasan dalam menjalani profesi membuat Bu Sudarti tetap teguh. Ia percaya, keikhlasan tersebutlah yang membawa berkah. Benar saja, di usianya yang ke-39, ia akhirnya diangkat menjadi PNS. "Semua kalau kita senang dan dijalani dengan ikhlas, insyaallah rezekinya akan barokah," ujarnya penuh syukur.
Selama bertahun-tahun mengajar, ada satu pengalaman yang paling membekas di hati Bu Sudarti, yaitu tentang semangat belajar siswa dari daerah terpencil yang ia temui ketika melayat ke rumah salah satu siswanya yang meninggal. Lokasi rumah siswa tersebut sangat jauh, melewati rawa dan jalan berliku tanpa banyak rumah tetangga, dan kehidupannya serba terbatas—bahkan, saat prosesi pemakaman, tikar yang digunakan untuk sholat jenazah hanyalah daun pisang.
"Yang paling berkesan, anak di daerah terpencil itu masih punya keinginan untuk sekolah dan belajar. Dia tidak kos, dan setiap hari tetap masuk tanpa mengeluh dengan perjalanan yang begitu jauh," tutur Bu Sudarti.
Ia membandingkan semangat tersebut dengan anak-anak yang kini lebih mudah mengeluh. "Siswa itu menempuh jalan yang berliku, melewati hutan, tanah luas, tetapi setiap hari masuk sekolah karena ingin menuntut ilmu. Ini membuktikan bahwa kesungguhan hati dalam menuntut ilmu tidak hanya dimiliki oleh anak-anak yang modern," tegasnya, terkesan dengan ketulusan siswanya.
Sebagai seorang guru yang telah melalui berbagai fase perjuangan, Bu Sudarti memiliki pesan mendalam untuk para siswa di SMANERE. Ia menekankan pentingnya menyeimbangkan usaha, keikhlasan, dan doa.
"Giatlah belajar, jalani semua kesulitan itu dengan ikhlas. Jalani apa pun yang kita tempuh dengan ikhlas, insyaallah akan barokah," pesannya.
Ia juga mengingatkan agar siswa tidak melupakan kekuatan doa."Jangan lupa juga berdoa, karena doa itu juga alat. Kalau kita berusaha tanpa doa, ya sia-sia. Jadi, diimbangi antara usaha dan doa, sehingga kita selesai di SMANERE itu bisa lulus dan masuk perguruan tinggi yang kita inginkan, dan jadi orang-orang yang bermanfaat, baik dunia maupun akhirat."
Anggota:
Iin iramandaputri (XI-E)
Kalista Aulia Putri (XI-E)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?