FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Suara
lantunan ayat Al-Qur’an terdengar dari masjid, derap langkah kaki santri yang
bergegas menuju kelas, dan suara percakapan dalam bahasa Arab yang terdengar di
kelas sudah menjadi pemandangan setiap harinya di Pondok Pesantren Elkisi,
Mojokerto. Ghania Mahira, seorang santri lulusan tahun 2025, memulai langkah
awalnya menuju cita-cita terbesarnya – menimba ilmu di Universitas Al-Azhar
Kairo, Mesir.
Ghania
menjadi salah satu santri yang berhasil lolos menjadi mahasiswa melalui Universitas
Al-Azhar Kairo melalui program Azhari yang menjadi salah satu program unggulan
Pondok Pesantren Elksi. Program ini memberikan kesempatan bagi santri yang
ingin melanjutkan studi ke universitas islam tertua di dunia tersebut.
Tidak mudah
untuk dapat mengikuti program tersebut. Program Azhari memiliki proses yang
sangat ketat. Para santri harus mengikuti dua tes yakni tes tulis, tes
wawancara untuk dapat melanjutkan ke program Azhari. Tes tulis yang dilakukan
oleh para santri, melibatkan secara langsung dari pihak Universitas Al-Azhar
Kairo.
“Tes
wawancara itu bukan cuma tentang saya saja, tetapi juga melihat bagaimana adab
saya selama ada di pondok pesantren ini,” tutur Ghania saat diwawancarai pada
Sabtu, 8/11/25.
Selama mengikuti pembelajaran, Ghania dan teman-temanya tidak lepas dari
suasana kental budaya akademik islam. Bahasa Arab sudah menjadi bahasa
komunikasi kedua setelah bahasa Indonesia.
“Awal-awal masih belum terbiasa dengan kosakata baru. Mungkin kalau hanya
percakapan biasa sudah bisa,” ujarnya.
Pembelajaran tidak hanya dengan ustadzah saja, tetapi pondok pesantren
juga menghadirkan mantan dosen Universitas Al-Azhar Kairo untuk langsung
mengajarkan santri-santri yang mengikuti program Azhari. Sehingga, pembelajaran
dapat lebih terasa seperti di kelas universitas Al-Azhar.
“Syeikh-nya sering mengajari dengan sabar sampai kita bisa. Meskipun
sering ada kendala bahasa, tapi senang sekali karena ada orang asli Mesir.
Jadi, bisa tau bahasa yang digunakan pada saat disana,” ucapnya sambil
tersenyum.
Namun, perjalanan Ghania tidaklah mudah. Meskipun bisa terbantu dengan
adanya program Azhari untuk bisa melanjutkan studinya di universitas impiannya,
Ghania tetap harus bisa menyeimbangi jadwalnya sebagai santri. Di sela
jadwalnya yang padat untuk hafalan, pelajaran umum dan pembelajaran bahasa, ia
tetap harus menjaga fokus.
Setelah perjuangannya yang panjang selama di pondok pesantren, Ghania
akhirnya berhasil menjadi salah satu mahasiswa yang diterima di Universita
impiannya, Universitas Al-Azhar, Kairo. Selama ada niat yang tulus dan
kesungguhan untuk belajar mencari ilmu, pasti semua akan terbayar.
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?