Banner Iklan

CreActive Movement: Berwirausaha Lewat Creative Event Cenderamaya

Eko Rudianto
14 November 2025 | 08.24 WIB Last Updated 2025-11-14T06:44:56Z

Tim CreActive Movement 2025, Prodi Pendidikan Seni Rupa UNJ
JAKARTA | JATIMSATUNEWS.COM: Kita Sering mendengar kalimat ini dari para mahasiswa bahwa “Bikin karya seni itu satu hal, tapi bikin karya itu laku dijual itu cerita lain.”. Kreativitas dan keterampilan artistik mereka luar biasa, tapi ketika harus masuk ke ranah bisnis, banyak yang kebingungan.

Kesenjangan antara kemampuan artistik dan keterampilan berbisnis adalah isu klasik di kalangan mahasiswa seni. Mereka mampu melahirkan karya yang menarik, ekspresif, dan orisinal, namun sering kali belum memahami bagaimana karya tersebut dapat memiliki nilai ekonomi. Melalui program CreActive Movement, kesenjangan ini dijembatani dengan pendekatan pembelajaran yang aplikatif. Para dosen dan mentor tidak hanya memberikan teori, tetapi juga memfasilitasi strategi nyata tentang bagaimana mengelola brand pribadi, menetapkan harga karya, membaca tren pasar, hingga membuat produk turunan dari karya utama.

Pendekatan ini menempatkan mahasiswa dalam posisi sebagai kreator sekaligus calon pengusaha. Artinya, mereka dilatih untuk melihat peluang, memahami perilaku konsumen, dan mengelola usaha kreatif secara profesional. Kegiatan ini memperlihatkan bahwa seni dan bisnis bukan dua ranah yang bertolak belakang, melainkan dua aspek yang dapat saling menguatkan. Ketika kreativitas dipadukan dengan strategi, karya seni dapat menjangkau publik yang lebih luas dan memperoleh nilai keberlanjutan ekonomi.

Inilah yang mendorong dosen dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menciptakan pendekatan baru dalam kegiatan tahunan mereka: Cenderamaya. Dulu, Cenderamaya hanya dikenal sebagai bazar seni mahasiswa. Tapi mulai tahun 2024, ia berubah menjadi laboratorium kewirausahaan seni rupa—tempat di mana mahasiswa tak hanya memamerkan karya, tapi juga belajar memasarkan, membangun merek, bahkan mengurus legalitas usaha mereka.

Menjembatani Seni dan Bisnis

 

Bersama tim dosen yang diketuai oleh Desy Sugianti, M.Sn., dan anggota Dr. Rizki Taufik Rakhman, S.Sn., M.Si., Leny Suryani, S.Pd., M.Sn., Siti Khodijah Lestari, M.Ds., yang menggagas program ini, menyusun pelatihan praktis kewirausahaan untuk para mahasiswa beranggotakan Fairisha Salwa Norsalsabila, Muhammad Kadafi, Natashya Davida Andhara, Rayssa Sasikirana, dan Shinta Amalia dalam satu wadah kreatif Bernama CreActive Movement. Mereka belajar membuat karya yang bernilai jual, mempelajari strategi bisnis, hingga memanfaatkan media sosial dan marketplace sebagai saluran pemasaran.

Selama ini banyak mahasiswa dari Prodi Pendidikan Seni Rupa memiliki potensi besar, tapi tidak semua tahu bagaimana menjadikan bakat itu sebagai sumber penghasilan.

Sehingga melalui program CreActive Movement 2025, selama delapan bulan, lima orang mahasiswa atau tenant dibina langsung oleh mentor; termasuk alumni yang kini sudah berkecimpung di industri kreatif. Produk yang dihasilkan mulai dari totebag bergambar ilustrasi, stiker, poster cetak, aksesori handmade, hingga karya kriya dekoratif.

Belajar Lewat Pengalaman Nyata

Pelatihan ini bukan sekadar teori. Mahasiswa benar-benar menjalankan usaha kecil mereka. Mereka mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB), membuat akun bisnis di Instagram dan e-commers, menyusun portofolio digital, dan merancang video bisnis mereka sendiri.

Program ini secara khusus dirancang untuk mendorong mahasiswa belajar melalui praktik langsung. Alih-alih hanya mendengarkan teori kewirausahaan, mereka menjalankan seluruh langkah yang umumnya dilakukan pelaku usaha kreatif. Proses ini meliputi brainstorming produk, riset pasar sederhana, membuat prototipe desain, mengembangkan identitas visual brand, hingga memastikan seluruh dokumen legalitas seperti NIB dapat diperoleh dan digunakan secara benar.

Mahasiswa juga diberi ruang untuk berlatih menggunakan media sosial dan platform e-commerce secara strategis. Mereka mempelajari cara membuat konten promosi yang menarik, memahami algoritma media sosial, mengelola interaksi dengan pembeli, serta membuat laporan penjualan. Setiap fase di program ini diarahkan agar peserta mampu mengambil keputusan berdasarkan pengalaman langsung, bukan asumsi. Dengan demikian, program ini menjadi ruang eksperimen sekaligus ruang aman untuk berlatih sebelum terjun ke pasar yang sesungguhnya.

Puncaknya adalah pelaksanaan event Cenderamaya 2025, di mana mereka membuka stan, menjual produk, berinteraksi dengan pengunjung, bahkan menerima kritik dan saran langsung dari pelaku industri.

Hasilnya? Lebih dari 60% peserta berhasil menjual karya mereka. Banyak dari mereka kini masih melanjutkan usahanya, dan beberapa bahkan mendapat kesempatan magang di industri kreatif.

Awalnya aku cuma senang gambar. Tapi setelah ikut program ini, aku ngerasa bisa hidup dari karya sendiri,” ujar Fairisha, salah satu mahasiswa peserta.

Seni yang Berdaya

Program ini menarik, tak hanya menghasilkan produk seni, tapi juga membangun rasa percaya diri dan profesionalisme di kalangan mahasiswa seni. Mahasiswa bisa belajar di luar kelas, mendapatkan pengalaman nyata, dan mencatat pencapaian yang bisa diakui dalam SKS maupun portofolio kerja.

Nilai penting dari program ini tidak hanya terlihat dari produk seni yang dihasilkan, tetapi dari perubahan pola pikir mahasiswa. Banyak peserta yang awalnya tidak percaya diri mengenai potensi ekonomis karya mereka, kini mampu melihat seni sebagai alat pemberdayaan diri. Rasa percaya diri tumbuh ketika mereka melihat respon positif dari pelanggan, meningkatnya interaksi di platform digital, atau bahkan mendapatkan pesanan khusus dari pihak luar kampus.

Di sisi lain, program ini juga mendorong tumbuhnya ekosistem seni yang lebih hidup di lingkungan kampus. Cenderamaya tidak lagi sekadar ruang pameran sederhana, tetapi berkembang menjadi ajang uji kemampuan, ruang bertemu antar-pelaku kreatif, dan titik temu antara akademisi dengan dunia industri. Pada akhirnya, aktivitas kreatif ini berpotensi membangkitkan gerakan ekonomi kreatif internal kampus yang berkelanjutan, melahirkan talenta baru, dan memperluas akses mahasiswa pada berbagai peluang kolaborasi terutama di lingkungan Universitas Negeri Jakarta.

Harapan ke depannya, kegiatan ini bisa diperluas jadi model pembelajaran kewirausahaan seni di kampus-kampus lain, terutama untuk prodi seni yang ingin mahasiswa lulus dengan skill yang benar-benar bisa diterapkan.

Catatan Akhir

Kegiatan ini menunjukkan bahwa seni memiliki peran strategis dalam membangun peluang ekonomi di era industri kreatif. Mahasiswa seni tidak lagi ditempatkan hanya sebagai penghasil karya estetis, melainkan sebagai inovator yang mampu menawarkan solusi kreatif yang bernilai ekonomi. Melalui pendampingan intensif dan pendekatan berbasis praktik, program CreActive Movement membuktikan bahwa mahasiswa dapat mengoptimalkan kreativitas mereka menjadi sumber penghidupan.

Selain menghasilkan manfaat personal, program ini juga memberikan kontribusi sosial yang lebih luas. Mahasiswa yang berhasil menjalankan usaha kecilnya dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya, sehingga tercipta kultur berbagi pengalaman dan motivasi untuk terus berkarya. Lebih jauh lagi, program ini menunjukkan bahwa kegiatan pemberdayaan seperti ini memiliki potensi untuk direplikasi di berbagai kampus atau komunitas seni lainnya. Dengan demikian, seni tidak hanya sekadar ekspresi, tetapi juga instrumen pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Di tengah tantangan dunia kerja dan ketatnya persaingan industri kreatif, kegiatan seperti Cenderamaya membuktikan bahwa seni bukan hanya soal ekspresi tapi juga bisa menjadi sumber penghidupan, bahkan pemberdayaan.

Karena saat kreativitas bertemu strategi, karya tak hanya bisa dinikmati, tapi juga dihargai secara ekonomi dan sosial.

Tentang Program

Program Kewirausahaan melalui event Cenderamaya merupakan bagian dari skema Pengabdian kepada Masyarakat Pemberdayaan Kewirausahaan Mahasiswa (PPM-PKM) Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Kegiatan ini melibatkan tim dosen, mahasiswa, dan alumni dalam membentuk ekosistem bisnis seni berbasis kampus.

Oleh: Tim CreActive Movement 2025, Prodi Pendidikan Seni Rupa UNJ


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • CreActive Movement: Berwirausaha Lewat Creative Event Cenderamaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now