Banner Iklan

Belajar, Bertumbuh, Berprestasi: Jejak Heliconia Menuju Gold Medal NICYSM

Admin JSN
27 November 2025 | 10.25 WIB Last Updated 2025-11-27T03:25:54Z

 

FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Kesibukan menjadi mahasiswa tak hanya sebatas bergelut dengan tugas mata kuliah yang datang seperti gelombang tanpa jeda. Terjun dalam kehidupan organisasi juga menjadi tantangan Heliconia di perkuliahan. Tahun ini adalah awal baginya dalam menambah ruang cerita baru melalui kompetisi menulis paper, sehingga membawanya pada arus perjuangan yang harus ia lalui di tengah maraknya kegiatan di perkuliahan.

  Heliconia Putri Firdaus—bersama dua rekannya, yaitu Adam Juliano Kristianto dan Pradypta Nurziyah Prameswari—mahasiswa Universitas Negeri Malang menemukan jalannya menuju panggung kompetisi melalui inovasi yang mereka buat berupa platform pembelajaran bahasa Jerman. Mereka membuktikan bahwa inovasi yang dibuat mampu bersaing pada ajang inovasi nasional melalui kompetisi National Invention Competition For Young Moslem Scientist (NICYMS).

  Berawal dari tugas mata kuliah Teacherpreneurship di semester tiga, Heliconia, Adam, dan Pradypta tidak sekadar membuat produk untuk memenuhi nilai, ia merasa pikirannya bergerak bukan hanya sebagai tuntutan akademik, melainkan juga karena ingin menciptakan sesuatu yang benar-benar bermanfaat. Bersama rekannya ia mulai merancang sebuah inovasi pembelajaran bahasa Jerman dan terus memutar otak untuk menemukan  konsep yang sesuai hingga terbentuklah sebuah platform pembelajaran yang membanggakan dan layak digunakan oleh semua orang dalam belajar bahasa Jerman.

  Awalnya, Heliconia mengira inovasi yang telah dibuat bersama rekannya hanya berakhir pada nilai mata kuliah, namun hidup memang selalu menghadirkan kejutan yang tak terduga. Dosen pengampu mata kuliah tersebut mengarahkannya untuk mengikuti kompetisi NICYMS yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientists Association (IYSA). “Awalnya hanya tugas mata kuliah,” ungkap Heliconia, “tapi dosen pengampu mengarahkan kami untuk mengikuti kompetisi IYSA agar inovasi yang kami buat tidak hanya sebatas memenuhi nilai mata kuliah,” lanjutnya.

Persiapan sebelum mengikuti kompetisi tidak sebatas mendaftarkan diri sebagai anggota. Heliconia, Adam, dan Pradypta bergelut dengan berkas proposal pengajuan dana ke fakultas. Mereka juga sempat merevisi beberapa bagian dalam proposal hingga disetujui oleh pihak fakultas untuk melanjutkan langkah berikutnya dalam menyiapkan kompetisi. Heliconia mengaku bahwa hal paling krusial adalah dana, perlu adanya komunikasi dengan pihak keuangan fakultas, kemahasiswaan, dan ketua departemen.

Tantangan lain yang mereka hadapi yakni perlu mengurus akomodasi sendiri dan mencari kebutuhan kompetisi. Selain itu, Heliconia mengaku bahwa ia hampir tak bisa memanajemen waktunya dengan kegiatan organisasi. Selain menjadi mahasiswa yang dihadapkan dengan tugas, ia juga aktif di organisasi pemerintahan kampus yang harus diikuti bersamaan dengan persiapan kompetisi.

Heliconia dan rekannya kembali berkutat dengan layar laptop untuk menyusun paper. Mereka menghabiskan hari dengan berdiskusi dan perbaikan tanpa henti—menulis, menghapus, dan menulis lagi hingga menghasilkan sebuah karya yang mencerminkan gagasan dan mimpi mereka sendiri.

Perjalannya menuju panggung kompetisi terus berlanjut, langkah demi langkah mereka lalui, persiapan presentasi menjadi tahap yang tidak kalah melelahkan—menyiapkan seluruh materi yang akan dipaparkan kepada juri. Dimulai dari menyiapkan kalimat pembuka, mengatur intonasi, hingga berlatih menahan gemetar ketika menjelaskan penelitian.

Setelah melalui pergulatan berkas-berkas dan penyusunan paper, Heliconia dan rekannya memulai perjalanan selanjutnya menuju Bandung untuk menghadiri rangkaian acara pada kompetisi yang diikuti selama empat hari. Setiap proses dimulai dengan kegembiraan, rasa gugup, dan perjuangan. Ini adalah perjalanan mereka dalam memulai babak baru dalam hidupnya.

Langkah yang dilalui Heliconia bersama rekannya tak selalu mulus, tantangan kembali dihadapi saat mereka hampir terlambat pada acara opening ceremony. Saat ingin menaiki lift menuju ke lantai 17—tempat opening ceremony diadakan, mereka dihadapkan oleh kenyataan pahit. Ruangan sepetak itu terasa sesak dipenuhi oleh kerumuman orang yang menghadiri acara lain di tempat tersebut.

Perasaan mulai campur aduk, bimbang harus memilih mengantre lift dengan risiko keterlambatan atau menaiki tangga hingga lantai 17 yang membuatnya lelah. Setiap pilihan mempunyai risikonya masing-masing, hingga mereka rela kelelahan demi mengejar waktu dalam opening ceremony.

Dimulailah pendakian tak terencana itu—menaiki anak tangga dan menyusuri lantai demi lantai. Keringat mulai bercucuran, napas tersengal, dan jalan mulai tak stabil. Setiap langkah berat itu adalah perjuangan yang mereka lalui dalam insiden konyol yang tak terpikirkan sebelumnya. Hingga akhirnya mereka berhasil menapaki lantai 17 dengan napas berat dan tubuh dipenuhi keringat. Setelah melakukan pendakian tak terencana itu, mereka sepakat melakukan self reward dengan membeli makanan di samping venue untuk mengisi kembali tenaga yang telah habis terkuras oleh langkah berat di setiap tangga.

Meski mengalami perjalanan yang tidak mudah, pada akhirnya mereka tiba di acara terakhir—awarding ceremony. Perasaan saat itu mulai tak karuan—gugup dan panik, doa juga selalu mereka panjatkan. Sebagai pengalihan perasaan buruknya, mereka memutuskan memakan lemper mini untuk menenangkan diri. Tepat pada saat itu, nama tim mereka disebut sebagai penerima Gold Medal. Perasaan senang dan haru menyelimuti diri, kabar bahagia ini seperti hadiah berharga atas perjuangan yang telah dilalui.

Kisah ini menjadi bukti bahwa perjuangan yang mereka lalui menunjukkan keberanian untuk mencoba membuka peluang besar. Berawal dari tugas mata kuliah, mereka berhasil mengembangkan inovasi yang telah dibuat dan membawanya dalam panggung kompetisi bergengsi skala nasional yang dapat bersaing dengan mahasiswa di seluruh Indonesia.

Heliconia mengaku memiliki pengalaman berharga dalam hidupnya karena telah bertemu orang-orang hebat, ia dapat belajar banyak hal dan memanfaatkan pengetahuannya untuk orang lain. Kegiatan ini menyadarkan Heliconia bahwa kemampuannya hanya terhalang oleh rasa tidak percaya diri sebelumnya, dari pengalaman ini ia menyadari bahwa keraguan yang dimiliki mampu membuktikan kemampuannya.

---

  Faza Nur ‘Ashifa
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Belajar, Bertumbuh, Berprestasi: Jejak Heliconia Menuju Gold Medal NICYSM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now