FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Kata
“kuliah” mungkin identik dengan tumpukan tugas dan deadline yang mepet
namun pengalaman kuliah adalah medan tempur yang sesungguhnya bagi Anjany.
Ketika duduk di bangku perkuliahan, Anjany adalah tipe mahasiswa yang memiliki sepadat
kemacetan pagi hari di Ibu Kota. Selain menjadi mahasiswa, Anjany juga menjadi
ketua organisasi eksternal kampus selama 2 tahun berturut-turut.
“Management
waktu itu sulit, sangat susah.” Kata Anjany.
Kesibukannya
yang tidak hanya duduk di bangku perkuliahan membuat Anjany harus pandai
membagi waktunya. Dimulai dari langkah kecil, ketika mendapatkan tugas mata
kuliah dan deadline nya dekat atau jauh-jauh hari tetap langsung
dikerjakan di hari itu juga. Kalau sekadar ingin nongkrong di cafe tanpa tujuan
yang jelas, sangat tidak direkomendasikan. Mungkin bisa nongkrong di cafe
sambil rapat organisasi atau sambil mengerjakan tugas.
Begadang
mengerjakan tugas sudah menjadi rutinitas bagi Anjany. Waktu yang digunakan
untuk bekerja juga tidak mungkin bisa digantikan. Maka dari itu, solusinya
adalah begadang sambil menyelesaikan tumpukan tugas. Anjany berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik dan tidak membuang waktunya dengan
sia-sia.
Permasalahan finansial di tahun pertama membakar semangat dan perjuangannya. Strategi pertamanya adalah berburu beasiswa pemerintah dan tentu tekad Anjany membuahkan hasil yang sebanding dengan usahanya. Selama 4 tahun, Anjany aktif beroganisasi sambil bekerja sampingan. Sampai pada tahap di mana Anjany menemukan passionnya di dunia public speaking.
Menjadi
seorang aktivis dan pekerja sambil berusaha agar nilai akademik tidak merosot
tentu bukan hal yang mudah. Anjany selalu menerapkan ilmu disiplin dalam management
waktu. Di tengah keriuhan yang ada di kepalanya, bayang-bayang keluarga membuat
Anjany kembali bersemangat. Keluarga adalah the best support system yang
membuat Anjany bertahan.
Pengalaman
di perkuliahan yang memorable bagi Anjany ketika ia lolos dan didanai dalam program PMW
dan Kukuk Kuliah Kewirausahaan Pemuda (KAWP) yang diselenggarakan Kemenpora
pada tahun 2022 dan 2023. Dari sekian banyaknya mahasiswa FIP di Unesa, nama
Anjany satu-satunya yang muncul sebagai perwakilan mahasiswa prodi FIP.
“Itu adalah momentum yang
tidak bisa untuk dilupakan, prestasi yang tidak bisa untuk dilupakan dan
dibayar dengan apa pun, ya meskipun kurang apresiasi, tapi aku bisa
mengapresiasi untuk diri aku sendiri.” Kata Anjany dengan penuh
semangat.
Dari
banyaknya pengalaman di bangku perkuliahan, dunia kerja, atau organisasi
membuat Anjany selalu berpikir kritis dan pola pikirnya berubah total. Hal itu
tentunya karena dorongan dari relasi sekaligus lingkungan yang selalu memberi support.
Mengikuti berbagai seminar, organisasi, daan bertemu banyak orang menjadikan
karakter Anjany lebih terasah dalam bentuk pola pikirnyaa.
Ketika
rasa lelah atau jenuh melanda, istirahat adalah salah satu resep yang dibagikan
oleh Anjany. Pada saat sudah terisi penuh energinya barulah ia kembali
produktif dan menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan khususnya di luar
kampus. Anjany juga selalu memiliki alarm dalam dirinya untuk selalu membagi
waktunya semaksimal mungkin.
Anjany
percaya bahwa kehidupan yang sekarang dia jalani adalah kehidupan yaang patut
untuk di syukuri dan setiap orang memiliki jalan serta proses masing-masing.
Dibalik produktifnya Anjany, dia tetap memprioritaskan akademiknya.
Memaksimalkan semua kesempatan yang hadir dan bersyukur atas segala nikmat yang
telah Tuhan berikan, itulah prinsip Anjany.
Mengatur
dan membagi waktu itu tidak semudah yang dibayangkan oleh Anjany, ia harus
gedebak-gedebuk untuk memperoleh hasil yang luar biasa ini. Konsisten terhadap
prinsipnya juga termasuk dari bagian terpenting bagi Anjany.
4
tahun bukan waktu yang singkat bagi Anjany, kini dia menerbitkan senyuman di
wajah cantiknya dan mengapresiasi dirinya sendiri atas semua usaha dan
perjuangannya selama ini. Anjany mencari jati dirinya di luar bangku
perkuliahan dan memborong beberapa prestasi yang telah menjadi saksi nyata di
kehidupannya.
“Skripsi
itu tidak susah, tugas
akhir itu tidak susah. Yang susah adalah bagaimana cara kalian untuk memulai
mengerjakan.” Jelas Anjany.
Anjany
berjuang dengan dirinya sendiri, demi keluarganya. Ia berusaha melawan penyakit
malasnya dengan dirinya sendiri dan tidak pernah putus asa serta mau untuk
mencoba. Anjany sudah membuktikan bahwa produktif bekerja dan terjun di dunia
organisasi tidak menjadi penghalang untuk lulus kuliah tepat waktu.
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?