Wakil Rektor I UIN Malang H. Basri, M.A., Ph.D., Wisuda Bukan Akhir, Tapi Awal Perjuangan Ilmiah
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Wisuda telah rampung dihelat Sabtu 4/10 lalu, euforia tlah usai, tinggal perjalanan panjang sesudah meraih titel kesarjanaan. Tentang hal ini Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Malang), Drs. H. Basri, M.A., Ph.D., menegaskan bahwa wisuda bukanlah garis akhir perjuangan mahasiswa, melainkan titik awal untuk menapaki dunia keilmuan yang sesungguhnya, Senin 6/10/2025.
Wawancara khusus di ruang tamu rektorat, menurutnya kampus harus berperan sebagai beacon atau mercusuar pengembangan ilmu pengetahuan yang tidak hanya berhenti pada tataran teori, tetapi juga melahirkan tradisi ilmiah yang hidup.
“Jalan akademik ini seharusnya menjadi baik, menjadi beacon bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Teori-teori yang ada di kampus seharusnya tumbuh dan dikembangkan di pascasarjana. Tapi kini kita tengah bergulat antara dua hal — menjaga idealisme akademik dan realitas penyelenggaraan pendidikan yang menuntut efisiensi,” ujar Drs. Basri dalam refleksinya tentang arah keilmuan UIN Malang.
Menjaga Idealisme di Tengah Realitas Akademik
Menurutnya, tantangan perguruan tinggi keislaman seperti UIN Malang adalah bagaimana tetap memegang teguh idealisme akademik di tengah tuntutan administratif dan kebijakan efisiensi. “Setiap dosen dan pimpinan punya cita-cita akademik yang baik. Namun kadang ada perbedaan warna dalam pelaksanaan akademik. Saya sendiri tetap berpegang pada prinsip substantif: setiap tahapan akademik harus diikuti dengan benar,” tegasnya.
Warek Basri mencontohkan bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian studi pascasarjana, semua proses harus tetap sesuai dengan kaidah keilmuan yang sahih. “Kita tidak boleh menurunkan standar akademik hanya demi mempercepat kelulusan. Itu bukan sekadar ego, tetapi idealisme ilmiah yang harus dijaga,” tambahnya.
Transformasi Keilmuan: Dari Simbolik Menuju Substansi
Setelah UIN Malang mencatat berbagai prestasi internasional yang “menggelegar” dalam beberapa tahun terakhir, kini Drs. Basri menekankan pentingnya orientasi baru yang lebih substantif dan berkelanjutan.
“Kita tidak lagi hanya mengejar predikat simbolik atau penghargaan semata. Kini saatnya membangun substansi dan implementasi. Misalnya, berapa dosen kita yang benar-benar dipercaya menjadi narasumber di luar negeri, diundang menjadi peneliti, atau berkontribusi langsung pada pengembangan ilmu global. Itu indikator sebenarnya,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, ia mendorong penguatan budaya diskusi ilmiah di setiap fakultas.
“Saya sudah meminta agar fakultas menggelar diskusi rutin dua atau tiga minggu sekali. Tidak hanya kajian agama, tapi juga pembahasan teori-teori kontemporer, hasil penelitian terbaru, serta bedah buku-buku ilmiah mutakhir,” ungkapnya.
Hidupkan Kembali Tradisi Ilmiah dan Literasi Akademik
Basri menyoroti fenomena menurunnya budaya membaca sumber asli di kalangan akademisi. “Banyak kesalahan tafsir muncul karena kita hanya mengutip dari kutipan, bukan membaca buku aslinya. Ini berbahaya bagi integritas keilmuan,” ujarnya dengan nada kritis.
Untuk mengatasi hal ini, ia menggagas program kajian literasi ilmiah berbasis program studi, yang mendorong dosen dan mahasiswa menelaah langsung naskah dan teori mutakhir.
“Kalau hanya mengandalkan buku terjemahan, kadang kita sudah tertinggal 10–15 tahun. Maka penting membaca sumber asli, berdiskusi, dan memperbarui pemahaman,” tegasnya.
Menatap Masa Depan Keilmuan UIN Malang
Sebagai Wakil Rektor I yang membidangi akademik, Drs. Basri berkomitmen untuk menjaga marwah keilmuan UIN Malang sebagai kampus ulul albab—kampus yang memadukan iman, ilmu, dan amal.
“Saya percaya, wisuda bukan akhir. Ia hanyalah titik awal perjalanan ilmiah yang sejati. Kita ingin setiap lulusan tidak sekadar berijazah, tetapi berilmu, berintegritas, dan mampu memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ucapnya.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?