ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM - Kuala Lumpur, Oktober 2025 Dunia sedang berubah. Ancaman global kini datang bukan hanya dari senjata, tetapi juga dari serangan digital dan perebutan pengaruh di lautan. Menyadari hal itu, Malaysia mendorong ASEAN untuk memperkuat kerja sama keamanan luar negeri di bidang siber dan maritim, menandai babak baru diplomasi pertahanan di Asia Tenggara.
Langkah ambisius ini diumumkan oleh Menteri Pertahanan Malaysia, Mohamed Khaled Nordin, dalam ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) di Kuala Lumpur pada akhir Oktober 2025.
Dalam forum yang juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat Pete Hegseth, Malaysia menyerukan agar ASEAN memperluas fokus keamanan, tidak hanya pada ancaman militer konvensional, tetapi juga ancaman non-tradisional seperti kejahatan siber dan infiltrasi maritim.
“Kita tidak bisa lagi memandang keamanan hanya dari sisi militer. Ancaman datang dalam bentuk baru — serangan digital, pencurian data, dan pengintaian laut yang menyamar sebagai aktivitas sipil,” ujar Khaled Nordin dalam pidatonya.
Malaysia juga menjadi tuan rumah ASEAN Maritime Cybersecurity Conference 2025, yang mempertemukan negara-negara anggota ASEAN dengan mitra strategis seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia. Konferensi tersebut membahas kerja sama dalam pertukaran informasi intelijen, pengawasan laut bersama, serta pelatihan keamanan siber.
Transformasi Bantuan Keamanan
Inisiatif Malaysia ini mencerminkan transformasi besar dalam konsep bantuan keamanan luar negeri. Jika selama ini bantuan identik dengan pelatihan militer atau dukungan logistik, kini fokusnya bergeser ke transfer teknologi, keamanan data, dan peningkatan kapasitas digital.
Para analis menilai bahwa Malaysia berupaya memperkuat keamanan kolektif ASEAN dengan menjadikan kerja sama digital dan maritim sebagai fondasi pertahanan masa depan kawasan.
“Bantuan keamanan bukan lagi soal senjata, tapi soal sistem dan pengetahuan,” kata seorang pakar hubungan internasional dari Universitas Malaya.
Tantangan di Tengah Rivalitas Global
Meski disambut positif, langkah Malaysia menghadapi tantangan serius. Ketimpangan kemampuan teknologi antarnegara ASEAN masih lebar. Sementara itu, rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok di Asia Tenggara membuat beberapa negara berhati-hati agar inisiatif ini tidak dianggap berpihak pada salah satu kekuatan besar.
Namun Malaysia menegaskan bahwa kebijakan ini bersifat inklusif dan regional, bukan geopolitik. Fokusnya adalah memperkuat keamanan bersama, bukan memperlebar perpecahan.
Keamanan Kolektif di Era Digital
Langkah Malaysia memperkuat kerja sama keamanan melalui pendekatan kolaboratif dan berbasis institusi mencerminkan nilai-nilai yang selama ini menjadi dasar ASEAN: solidaritas, non-intervensi, dan stabilitas kawasan.
Menurut pengamat hubungan internasional, inisiatif Malaysia ini sejalan dengan teori Liberal Institusionalisme, yang menekankan bahwa perdamaian dapat diciptakan melalui kerja sama antarnegara dan peran aktif lembaga internasional.
ASEAN Menuju Masa Depan yang Lebih Aman
Inisiatif Malaysia pada Oktober 2025 menjadi momentum penting bagi ASEAN untuk memperkuat fondasi keamanan kawasan. Dalam dunia yang semakin terhubung, serangan siber di satu negara bisa berdampak pada seluruh kawasan.
Langkah Malaysia ini menjadi pengingat bahwa keamanan modern tidak bisa dibangun sendirian. Kolaborasi, kepercayaan, dan transparansi adalah senjata baru yang lebih kuat dari peluru.
Langkah Malaysia dalam pertemuan ADMM Oktober 2025 juga menandai transformasi besar dalam kebijakan keamanan regional ASEAN, yakni dari kekuatan militer menuju kolaborasi digital dan maritim.
“Keamanan bukan tentang siapa yang paling kuat, tapi siapa yang mau bekerja sama,” ujar pejabat Kementerian Pertahanan Malaysia. ***



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?