![]() |
| Kejuaraan Dunia Gimnastik 2025 di Jakarta (19-24 Oktober) menjadi dua mata koin bagi Indonesia dan disorot Rusia./Instagram @jakartagymnastics2025 |
JAKARTA | JATIMSATUNEWS.COM - Perhelatan Kejuaraan Dunia Senam Artistik ke-53 2025 di Jakarta, Indonesia menjadi perbincangan global.
Gelaran pada 19-24 Oktober 2025 ini menjadi sejarah.
Indonesia pertama kali menggelar Kejuaraan Dunia Gimnastik setelah 52 edisi berlangsung sejak 1903 di Antwerp, Belgia.
Indonesia juga menjadi negara Asia Tenggara pertama yang menjadi tuan rumah kejuaraan ini.
Indonesia pun menjadi negara Asia keempat setelah Jepang (pertama 1995), China (1999), dan Qatar (2018).
Namun, di balik sejarah membanggakan tersebut ada konsekuensi kurang positif yakni Indonesia akan menjadi tuan rumah kejuaraan dunia terakhir kali untuk olahraga di bawah naungan Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Sebab, IOC memerintahkan kepada tiap federasi olahraga dunia di bawah naungannya untuk tidak menggelar kejuaraan dunia di Indonesia.
Penyebabnya adalah Indonesia menolak keberadaan atlet atau kontingen Israel berlaga di Kejuaraan Dunia Gimnastik 2025.
Pihak IOC menyetujui keputusan Indonesia namun memberi konsekuensi bahwa ini adalah kejuaraan dunia terakhir bagi Indonesia.
Indonesia masih punya peluang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade dan kejuaraan dunia lainnya jika telah menerima kehadiran delegasi Israel.
Sedangkan, Indonesia sampai saat ini masih memegang teguh konstitusi yang menjadi landasan pelarangan delegasi Israel di Jakarta Gymnastics World Championship 2025.
Landasan tersebut berupa Pembukaan UUD 1945 alinea pertama, yang menentang penjajahan dan mendukung kemerdekaan semua bangsa.
Lalu, dikuatkan dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri dan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 3 Tahun 2019.
Sedangkan, IOC menganggap kebijakan Indonesia menjadi bentuk diskriminasi dalam olahraga dunia yang seharusnya inklusif.
Melihat situasi tersebut, pihak Rusia turut angkat bicara. Melalui Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, ia menyebut IOC menerapkan standar ganda.
"Kami menentang politisasi olahraga. Situasi antara atlet Olimpiade kami dan ROC (Komite Olimpiade Rusia--Red.) perlu diselaraskan," ujar Peskov dalam wawancara dengan media Rusia, Match TV yang ditayangkan ulang IZ Rusia pada 18 Oktober.
Komentar ini pun menjadi pembahasan warganet Indonesia di media sosial saat ini. Apalagi setelah Menpora Erick Thohir mengonfirmasi bahwa Indonesia tidak akan bisa menjadi tuan rumah Olimpiade dan Kejuaraan Dunia lainnya di masa depan.
Mereka juga menganggap bahwa IOC memperlakukan perbedaan antara Rusia dengan Israel.
Rusia yang melakukan agresi militer kepada Ukraina sejak 24 Februari 2022 mendapat pemblokiran IOC untuk tampil di ajang olahraga dengan membawa representasi negaranya.
Atlet Rusia--dan termasuk Belarusia--masih bisa tampil di Olimpiade dan kejuaraan dunia namun dalam kelompok netral.
Ini juga terjadi di kejuaraan gimnastik di Jakarta dengan nama Authorised Neutral Athlete (ANA) dan Individual Neutral Athlete (AIN).
Salah satu atletnya pun meraih medali emas pada kategori putri di semua ronde, yakni Angelina Melnikova (25 tahun).
Namun, Angelina Melnikova tak bisa memakai lambang negaranya di seragam dan jaketnya seperti yang dipakai Leanne Wong (AS) dan Zhang Qingying (China).
![]() |
| Angelina Melnikova meraih medali emas Kejuaraan Dunia Gimnastik 2025 Jakarta pada nomor semua ronde./Instagram @jakartagymnastics2025 |
Sebaliknya, Israel yang melakukan serangan militer kepada Palestina sejak 7 Oktober 2023 tetap dapat mengirim delegasinya di panggung olahraga internasional dengan bendera negaranya hingga saat ini.
Perbedaan perlakuan ini membuat IOC dituding Rusia munafik. ***
Penulis: YAN
Baca juga: Indonesia Tak Bisa Gelar Olimpiade dan Kejuaraan Dunia karena Israel




Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?