Foto: Pembukaan Seminar Filsafat 2025
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Dunia pendidikan dituntut untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter kuat dan peka terhadap masalah sosial. Menjawab tantangan ini, HMPS Pendidikan IPS FITK UIN Malang menggelar Seminar Filsafat 2025, Sabtu (18/10/2025), dengan menghadirkan narasumber ternama, Dr. H. Fahrudin Faiz, S.Ag., M.Ag.
Seminar yang mengusung tema “Integrasi Filsafat dan Nilai Keislaman untuk Mewujudkan Pendidikan Holistik yang Berkarakter dan Peka Realitas Sosial” ini berhasil menarik minat ratusan peserta. Acara dibuka dengan empat sambutan kunci yang menyoroti pentingnya acara ini dari berbagai perspektif.
Muhammad Ali Yafi (Ketua Pelaksana) menegaskan bahwa acara ini adalah ikhtiar untuk menjawab kegelisahan akademik. “Kami percaya, dengan memadukan kedalaman filsafat dan bimbingan nilai Islam, kita bisa menemukan formula untuk membentuk insan kamil yang siap menghadapi kompleksitas zaman,” ujarnya.
Echoing the same spirit, Muhammad Ali Wafa (Ketua HMPS Pendidikan IPS) menambahkan.
“Sebagai calon pendidik IPS, tugas kita adalah melahirkan pemikir dan actor perubahan. Seminar ini adalah bekal penting untuk menyempurnakan peran kita itu.”
Dukungan penuh juga disampaikan oleh pimpinan fakultas dan prodi. Dr. Saiful Amin, M.Pd. (Ketua Prodi Pendidikan IPS) melihat integrasi ini sebagai kebutuhan mendesak.“
Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam kurikulum adalah kunci. Filsafat dan nilai Islam memberikan fondasi teoretis dan praktis yang kuat untuk mewujudkannya,” tegasnya.
Sementara Dr. Drs. Muh. Yunus, M.Si. (Wakil Dekan Bidang Akademik) dalam sambutannya mendorong mahasiswa untuk menjadi agen integrasi ini.
“Ilmu yang didapat hari ini jangan hanya menjadi wacana. Kembangkanlah dalam diskusi, penelitian, dan yang terpenting, terapkan dalam praktik keguruan kalian nanti.”
Puncak acara adalah paparan mendalam dari Dr. H. Fahrudin Faiz, S.Ag., M.Ag. Dengan gaya bertutur yang memukau, Beliau berhasil mendamaikan dua dunia yang sering dipertentangkan: akal dan wahyu.
“Filsafat adalah ‘teman diskusi’ yang kritis, sedangkan Islam adalah ‘panduan hidup’ yang penuh hikmah. Ketika keduanya bersinergi dalam kerangka pendidikan, lahirlah sebuah sistem yang tidak hanya mengejar nilai ujian, tetapi juga membentuk manusia seutuhnya,” paparnya.
Beliau melanjutkan, “Pendidikan holistik itu seperti membangun sebuah bangunan. Filsafat menyediakan alat-alat dan metodenya, sementara nilai-nilai Keislaman menjadi blue print dan pondasi etikanya. Hasilnya adalah individu yang tidak hanya bisa menjawab ‘bagaimana’ (how) sesuatu bekerja, tetapi juga memahami ‘mengapa’ (why) dan ‘untuk apa’ (what for) ilmunitu digunakan.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?