Banner Iklan

Perdana Hj. Alfiatul Muniroh, SH., MH. Mengisi Rutinan Jumat Pahing Muslimat PAC Widodaren Ngawi, Pengunjung Sebut Ngaji Vibesnya Kondangan

Admin JSN
09 Agustus 2025 | 13.16 WIB Last Updated 2025-08-09T06:59:56Z


NGAWI |JATIMSATUNEWS.COM – PAC Widodaren barusaja menggelar rutinan Lapanan Pengajian Jumat Pahing di dusun Kuncen, desa Sidomakmur pada Jumat siang (08/08/2025) dengan meriah– menggunakan dua grup Hadrah; Hadrah Lokal Saudul Muhidin Sidomakmur dan Alfi Nada dari Bojonegoro yang biasanya mengiringi ceramah Hj. Alfiatul Muniroh, SH., MH.

"Jalan-jalan ke Kota Baru, Jangan lupa beli kain biru. Ibu-ibu Muslimat NU, I Love You!" tutur Ketua Muslimat NU PAC Widodaren sesaat sebelum meninggalkan acara pengajian rutinan Lapanan, karena hendak mengikuti RakerCab 2 di Amanah Karanganyar Jawa Tengah.


Dengan skala Pengajian Akbar, rutinan PAC Widodaren Muslimat NU dihadiri oleh setidaknya 5-10 ribu jama'ah setiap acara. Sehingga sering dinilai sebagai kegiatan barokah fi dinni, dunya, wal akhiroh.


"Alhamdulillah kegiatan ibu-ibu Muslimat ini bisa membawa suasana sejuk, aman, damai, selamat ndunyo dan akhirat. Kulo mengapresiasi kepada panitia. Kulo menilai ini adalah acara luar biasa!" sambut Kepala Desa Sidomakmur yang hadir langsung di acara didampingi oleh sang istri.


Susunan acara meliputi; Pembukaan, Pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh Umi Susiani, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Muslimat, Hymne Muslimat, Shubanul Wathan, Sambutan, Mauidhoh Hasanah, Doa oleh Kyai Suwarno, dan Penutup.

Acara turut meriah dengan pembagian garam yang disetok oleh pusat, untuk memberdayakan ekonomi NU di Jawa Timur. Di mana sebelum masuk ke lokasi, pengunjung ditawari untuk membeli garam beryodium kemasan pabrik terpilih.

"Siapa yang sudah membeli garam, ayo dipun angkat, kulo foto! Niki garam namung sendiko dawuh saking pusat!" ajak Dina Anwary Ketua Muslimat NU PAC Widodaren antusias pada jama'ah pada pukul 13:15 WIB.

Selanjutnya acara Mauidhoh Hasanah sangat meriah, karena menyajikan vibes beda bagi PAC Widodaren kali ini.

"Wah, baru kali ini ngaji, tapi Vibes-nya Kondangan! Seru karena bikin ngak bosan, bahkan adik saya bilang seperti konser saat Hadrah Alfi Nada dari Bojonegoro tampil. Kata Bu Nyai ini memang konsep dakwah agar nggak ngantuk!" komentar salah satu pengunjung pengajian.

Terlihat sebelum acara, Hadrah Lokal Saudul Muhidin Sidomakmur menampilkan beberapa lagu religi dan sholawat. Namun saat Mauidhoh Hasanah narasumber diiringi oleh grup Hadrah Alfi Nada Bojonegoro.

Narasumber membuat gebrakan atau metode dakwah agar jamaah tidak jenuh. Tak hanya itu, sebelum naik panggung, Hj. Alfiatul Muniroh, SH., MH. berada di depan panggung membaur bersama jamaah dengan menyanyikan lagu Tombo Ati pada pukul 14:52. Selain menawarkan pada jama'ah, untuk memilih sholawatan apa.


"Saya itu gaya dakwah gak mau sama dengan yang lain, agar podo seneng ngaji dan gak bosan. Saya juga berterima kasih kepada panitia yang sudah menyuguhkan makanan sesuai request saya– tanpa santan. Diselingi lagu agar jamaah gak ngantuk. Juga menjadi ciri khas Kulo itu, kalau salam bolak-balik!" jelas narasumber yang membuat acara ngaji menjadi pusat perhatian jamaah.


Setelah naik panggung pada pukul 15:12 narasumber meminta bantuan Yasin, yang merupakan anggota Barisan Pemuda Anshor (Banser) untuk memundurkan meja dan kursi yang ada di atas panggung.

"Kulo itu senang doa bersama, karena kita tidak pernah tahu doa siapa yang akan dikabulkan oleh Allah SWT!" jelas narasumber yang mengajak jamaah untuk aktif menjawab salam dan mengaminkan doa baik.

Dalam acara inti disebut 2 pengaruh besar terhadap orang-orang yang hidup saat ini; pergaulan dan setan gepeng. Sehingga pergaulan dalam lembaga organisasi masyarakat terbesar atau NU di Indonesia menjadi hal yang baik dan menyelamatkan.

"Kita harus hati-hati dengan setan gepeng. Kulo itu ingat dawuhipun Mbah Gusdur yang meski terkesan saru, tapi benar. Hape itu seperti dubur ayam; kalau efeknya jelek seperti telek, kalau baik seperti endhog!" jelas Hj. Alfiatul Muniroh, SH., MH. menirukan gaya santai tokoh NU Indonesia yang pernah menjabat sebagai presiden di NKRI.

Metode Selfi Syariah juga diajarkan oleh narasumber yang menghimbau agar jamaah bisa bijak dalam menggunakan HP. Selain memaknai kehidupan dengan ilmu, sehingga tidak mudah baperan.

"Kulo niki di Bojonegoro dikenal sebagai Maklampir atau The Queen of Demit-nya Bojonegoro!" aku narasumber rendah hati.

"Untuk opening our program adalah melahirkan rasa syukur supaya selalu ingat Allah. Sadar bahwa apapun yang kita nikmati sejatine titipane Gusti Allah. Karena dengan selalu ingat Allah itu menjadikan kita gak jadi sombong. Seperti kata pepatah; Wong Sombong iku amale Kobong tur Gosong!" 


Merujuk dalam kitab Nashwahul Ibad yang menyebutkan 3 perkara perusak manusia; sombong, serakah, dan iri dengki narasumber menyajikan dakwah yang menyenangkan.


Selanjutnya infak kotak keliling diiringi dengan sholawatan pada pukul 15:30 disambut jamaah secara antusias. Terhitung sebanyak 10 juta 200 ribu mengisi kas pengajian rutinan PAC Widodaren di Sidomakmur kali ini.


Narasumber menyebutkan solusi agar manusia tidak dapat sombong; yaitu dengan senantiasa bersyukur saat mendapatkan nikmat dari Allah SWT. Disusul syukur bil qolbi; yaitu hati yang selalu ikhlas kepada takdir Allah, sadar kalau hidup adalah Sawang Sinawang.

"Setiap manusia punya sisi penak dan gak penak masing-masing. Dengan berpandangan begini kita akan mudah legowo dan ikhlas menjalani takdir dari Allah. Miskin tidak menyebabkan susah dan kaya tidak menyebabkan sombong! Selanjutnya cara syukur nomor tiga adalah dikasih nikmat apapun kita gunakan untuk ibadah!" seru penceramah kondang dari Bojonegoro yang dulu bahkan disebut-sebut tidak punya tarif manggung itu.


Hal menarik lainnya adalah narasumber memaknai lagu "Lamunan" sebagai refleksi terhadap rasa cinta kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan disambut meriah oleh jamaah.


"Wujud cinta kepada Rasulullah SAW adalah sama dengan wujud takwa kepada Allah SWT!"

Takwa dimaknai secara sederhana sebagai laku hamba yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.

Ta diambil dari Taqarub; mendekatkan diri kepada Allah SWT 
Wa diambil dari Qonaah; ikhlas hati menjalani hidup atau takdir Allah 
Wa diambil dari Wirai; hati-hati dalam berbicara dan berlaku supaya selamat 
Ya diambil dari Yakin; yakin kepada Kekuasaan Allah SWT atau tidak takut karena segalanya sudah dicukupi oleh Allah.

Dalam momen Agustusan, narasumber juga memaknai perjuangan sebagai KERUKUNAN; mengajak jamaah untuk selalu saling menghormati atau memantik toleransi baik di dalam maupun di luar NU. Poin kedua setelah kerukunan adalah mewujudkan kelestarian budaya Indonesia.


"Hukum wanita hebat itu wajib atau fardhu ain. Untuk menjadi hebat wanita harus kuat, yang dibangun oleh pondasi; iman, takwa, ilmu, akhlak. Sehingga menjadi wanita yang cantik luar dalam. Hal ini bisa dimulai dari cara berpakaian, cara berucap."

Namun jika ucapan seseorang itu buruk, bisa dipengaruhi oleh; kualitas SDM yang rendah, hati yang jelek, hingga cara menampilkan diri kepada orang lain. Dihimbau para hadirin wanita untuk tetap menjaga kecantikan, dengan akhlak, ibadah, tidak mengikuti tren buruk, sehingga bisa hidup bermanfaat untuk agama, dunia, dan akhirat.

Acara 13:00-16:00 WIB berlangsung lancar dengan keamanan oleh Banser, Kapolsek, Forkopimcam, PN. Dihadiri oleh masyarakat setempat, pejabat desa Sidomakmur, jajaran Tanfidziyah, jajaran MWC NU Widodaren, Fatayat, IPPNU, IPNU, PN, LP Ma'arif NU, JHQ, LAZISNU, juga seluruh Banom di PAC Widodaren.



Pewarta: Qony

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Perdana Hj. Alfiatul Muniroh, SH., MH. Mengisi Rutinan Jumat Pahing Muslimat PAC Widodaren Ngawi, Pengunjung Sebut Ngaji Vibesnya Kondangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now