DPD RI Cantik Lia Istifhama foto bersama Prof Dr. Ir. KH. Muhammad Bisri M,S (Pengasuh PP Barul Maghfiroh) dan KH.Nukman
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: 1 Agustus 2025 — Workshop Menulis Esai bertema pendidikan dengan tajuk “Seribu Satu Suara Hati Guru (Ketika Hukum Mengancam)” telah digelar di Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, Kota Malang. Bukan sekadar pelatihan literasi acara ini juga menjadi ruang refleksi penting tentang posisi dan perlindungan guru dalam sistem pendidikan saat ini.
Salah satu tokoh nasional yang hadir dan memberikan apresiasi besar adalah Dr. Lia Istifhama, M.E.I, anggota DPD RI asal Jawa Timur yang dikenal dengan tagline "Cantik: Cerdas, Inovatif, dan Kreatif". Dalam talk show perempuan keponakan Gubernur Khofifah yang akrab dipanggil Ning Lia ini menyampaikan bahwa workshop tersebut sangat luar biasa, karena mampu menggugah empati anak-anak terhadap guru serta mengedukasi masyarakat luas untuk lebih memahami peran dan tanggung jawab guru secara utuh.
“Anak-anak semakin ke sini harus diajarkan untuk berhati-hati dan tidak gegabah melaporkan tindakan guru. Ketika seorang guru memarahi, hendaknya itu dipahami dulu konteks dan niatnya sebelum dibawa ke orang tua, apalagi sampai menyebar ke publik,” ujar Ning Lia.
Lebih lanjut, ia mengajak para orang tua untuk menjadi penyaring pertama dalam mendengar keluhan anak terkait guru. Sikap bijak, dialog terbuka, dan penyelesaian secara kekeluargaan disebutnya sebagai kunci menjaga keharmonisan pendidikan.
“Orang tua juga harus bisa memfilter laporan anak. Jangan sampai karena emosi sesaat, guru langsung divonis bersalah. Harus ditelusuri bersama secara komprehensif—apa masalah sebenarnya,” urainya.
Ning Lia juga menyoroti pentingnya regulasi yang jelas terkait batasan tindakan guru yang bisa dikategorikan sebagai pelanggaran. Menurutnya, harus ada pijakan hukum yang objektif dan adil agar guru tidak selalu berada di posisi rentan atas tuduhan kekerasan.
“Tidak boleh seorang guru serta merta dikatakan melakukan kekerasan. Unsur subjektif tidak bisa dijadikan dasar vonis. Harus ada aturan tegas yang melindungi martabat dan otoritas guru.”
Tak hanya menyuarakan soal perlindungan moral, Ning Lia juga menegaskan urgensi perlindungan penghasilan guru. Ia menyuarakan agar dalam kondisi apa pun, termasuk krisis keuangan negara, gaji dan kesejahteraan guru harus tetap terlindungi
“Jangan sampai karena cost marger atau kondisi negara yang tidak baik-baik saja, gaji guru jadi terancam. Karena guru adalah penjaga kualitas generasi, maka penghasilannya wajib dijamin negara,” papar Ning Lia
Guru penulis Yahya, Dr. Amak Badrudin (Kabid PAIS Kanwil Provinsi Jawa Timur) foto bersama Ning Lia dan buku Suara Hati Guru.Acara ini dihadiri sejumlah tokoh penting dari unsur Kemenag, DPD/DPRD, pengurus NU, hingga aktivis pendidikan. -Ach.Shampton S.HI M,Ag (Kepala Kemenag Kota Malang), Drs. Sahid, M.M, (Kepala Kemenag Kabupaten Malang), Dr. Moh Amak Burhanudin MS.I, (Kabid PAIS Kanwil Jatim), Hikmah Bafaqih M.Pd (Wakil Ketua Komisi E DPRD Prov Jatim), Prof. Amka (Ketua LP Maarif Kabupaten Malang) dan Prof Dr. Ir. KH. Muhammad Bisri M,S (Pengasuh PP Barul Maghfiroh)
Workshop dipandu oleh Wiwin Siswanti dan Anis Hidayatie, guru peraih penghargaan teladan Literasi Jawa Timur, sekaligus penulis buku “Seribu Satu Suara Hati Guru (Ketika Hukum Mengancam)”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?