Kota Malang – Komitmen Kementerian Agama Kota Malang dalam mendorong keseimbangan antara prestasi akademik dan religiusitas siswa madrasah mulai menunjukkan hasil nyata. Salah satu buktinya datang dari MAN 2 Kota Malang yang tahun ini kembali menorehkan prestasi membanggakan di bidang keagamaan.
Tiga santri dari Ma’had Al-Qalam MAN 2 Kota Malang berhasil masuk dalam 10 besar finalis lomba baca kitab kuning (kitab turats) tingkat Kota Malang, dan melaju ke seleksi tingkat Provinsi Jawa Timur yang akan digelar di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, pada 30 Juli 2025 mendatang.
Ketiga santri tersebut adalah:
-
Rafiza Ibra al-Daffa (Marhalah ‘Ulya – Majelis Tauhid, kelas XII MAN PK)
-
Muhammad Aqsa Anantara (Marhalah Wustha – Majelis Akhlak, kelas XI)
-
Moch Raga Tri Yudha Utama (Marhalah Wustha – Majelis Hadits, kelas XI)
Prestasi ini merupakan buah dari pembinaan intensif yang dilakukan melalui Ma’had al-Qalam, sebuah lembaga pendidikan diniyah yang menjadi bagian integral dari sistem pembinaan karakter keislaman siswa di MAN 2 Kota Malang.
Turats: Akar Ilmu yang Tak Boleh Terputus
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang, Gus Shampton, mengapresiasi capaian ini sekaligus menegaskan bahwa pemahaman terhadap kitab-kitab kuning atau kitab turats merupakan salah satu penanda keunggulan madrasah dibanding lembaga pendidikan umum lainnya.
“Turats adalah warisan intelektual Islam yang menjadi kunci memahami ajaran agama secara komprehensif. Kalau generasi madrasah tidak bisa membaca dan memahami kitab kuning, kita akan kehilangan jembatan penting menuju pemahaman agama yang mendalam dan autentik,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa lomba baca kitab kuning yang rutin digelar setiap Hari Amal Bakti Kemenag sejak dua tahun terakhir ini bukan semata ajang kompetisi, tapi strategi kaderisasi dan pemeliharaan tradisi ilmiah di kalangan generasi muda madrasah.
Menyeimbangkan Prestasi dan Karakter
MAN 2 Kota Malang selama ini dikenal sebagai madrasah yang langganan prestasi akademik, baik di tingkat kota, provinsi, maupun nasional. Namun demikian, keseimbangan antara capaian akademik dan keunggulan religius menjadi perhatian serius pihak madrasah dan Kemenag Kota Malang.
“Prestasi akademik itu penting, tapi jati diri madrasah tetap harus dijaga. Jangan sampai unggul di olimpiade sains, tapi kering dalam pemahaman agama. Justru madrasah adalah tempat lahirnya generasi cerdas dan religius secara utuh,” kata Dr. Samsudin Kepala MAN 2 Kota Malang.
Melalui pendekatan pesantren dalam bentuk Ma’had al-Qalam yang diasuh KH. Muhammad Taufiq alumnus al-Azhar Kairo, siswa MAN 2 dibina secara intensif dalam ilmu-ilmu keislaman klasik seperti tauhid, akhlak, fiqih, dan hadits. Program ini juga melatih kemampuan membaca dan memahami teks-teks Arab gundul, sebuah kompetensi yang mulai langka di era digital saat ini.
Menuju Provinsi: Harapan dan Doa
Ketiga santri yang lolos ke tingkat provinsi kini tengah menjalani pembinaan lanjutan, baik dari para ustadz di Ma’had maupun dukungan penuh dari guru madrasah. Diharapkan mereka tidak hanya tampil percaya diri di hadapan dewan juri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi teman-teman sejawatnya untuk mencintai kitab-kitab warisan ulama terdahulu.
“Semoga mereka mampu tampil maksimal dan membawa harum nama Kota Malang di tingkat Jawa Timur. Tapi yang terpenting, mereka menjadi generasi yang mampu menjaga sanad keilmuan Islam melalui turats,” ujar Kyai Taufiq Pengasuh Ma'had al-Qalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?