Fanny Chotimah Membedah Film Pendekar Daster Rombeng dan Pendongeng Sakti
SOLO| JATIMSATUNEWS.COM: Suasana hangat di ruang Mendut, Hotel Novotel Kota Solo, Sabtu pagi. Sineas perempuan berbakat, Fanny Chotimah memperkenalkan film dokumenter terbarunya yang bertajuk Pendekar Daster Rombeng dan Pendongeng Sakti. Sebuah karya yang mengangkat kekuatan cinta seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya, dengan sentuhan dongeng dan keberanian sederhana yang menggetarkan.
Dalam paparannya, Fanny menyebut film ini terinspirasi langsung dari kenangan masa kecilnya bersama sang ibu.
"Saya membayangkan sosok ibu saya saat mengerjakan film ini. Dengan daster dan ikat kepala dari kerudung, ibu saya seperti pendekar Wiro Sableng—tangguh, jenaka, dan penuh cinta dalam menyelesaikan pekerjaan rumah," ungkap perempuan lulusan Magister Film ini dengan senyum penuh nostalgia.
Film ini tidak disajikan dalam format dokumenter konvensional. Fanny menyebutnya sebagai dokumenter kreatif, yang menggabungkan elemen cerita dengan properti visual seperti wayang golek, animasi, dan puisi. Pendekatan ini, menurutnya, merupakan bagian dari eksplorasi bentuk penyampaian kisah yang lebih menyentuh dan kaya makna.
"Ada visual wayang golek dan juga animasi puisi. Saya ingin membuat semacam verifikasi dongeng. Dongeng itu sangat penting, khususnya dalam hubungan ibu dan anak. Ia bukan sekadar cerita pengantar tidur, tapi juga jembatan nilai-nilai kehidupan," jelas Fanny, yang juga dikenal lewat karya sebelumnya yang mendapat pendanaan Docs By The Sea senilai Rp70 juta.
Film Pendekar Daster Rombeng dan Pendongeng Sakti menggambarkan kisah seorang anak perempuan yang tumbuh bersama dongeng-dongeng Sunda dari ibunya. Ketika dewasa, ia menghadapi krisis nilai, yang membuatnya meninjau ulang ajaran-ajaran masa kecil lewat dongeng tersebut. Dalam perjalanan batinnya, ia mencoba memahami makna lama dari sudut pandang yang baru, dan bagaimana hal itu memengaruhi pilihannya hari ini.
Dengan teknik mix media yang menggabungkan tradisi dan teknologi, Fanny menyajikan narasi yang kuat sekaligus menghadirkan revitalisasi budaya mendongeng di era digital. Pilihan artistik ini memperkuat pesan film bahwa dongeng bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga ruang kontemplasi dan komunikasi lintas generasi.
"Yang ingin saya sampaikan lewat film ini sebenarnya adalah ikatan antara ibu dan anak. Itulah yang menjadi inti dari karya ini," ungkap Fanny yang tengah menyiapkan filmnya untuk didaftarkan di berbagai festival film internasional, termasuk di Singapura dan Eropa. Ia juga menyebut bahwa film ini akan tayang perdana di Kota Solo pada bulan September 2025.
Dengan pesan mendalam, visual kreatif, dan narasi yang menggugah, Pendekar Daster Rombeng dan Pendongeng Sakti bukan hanya sebuah penghormatan kepada ibu, tetapi juga upaya untuk mengangkat kembali pentingnya mendongeng dalam membangun karakter dan ikatan keluarga di zaman modern Ans
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?