Banner Iklan

Evaluasi Kinerja Kemenag Kota Malang: Data Berdampak Lebih Penting dari Sekadar Serapan Anggaran

29 Juli 2025 | 08.48 WIB Last Updated 2025-07-29T01:49:49Z

Kepala Kantor Saat Membuka Giat


Kota Malang — Komitmen terhadap pelayanan publik yang berkualitas kembali ditunjukkan oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Malang melalui Rapat Koordinasi Evaluasi Capaian Kinerja Triwulan bertajuk SELAT BALI (Sistem Evaluasi Tiga Bulan Sekali), yang digelar selama dua hari pada 28–29 Juli 2025. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang refleksi internal, tetapi juga menegaskan arah baru birokrasi: data berdampak lebih utama daripada sekadar laporan serapan anggaran.

Rapat strategis yang melibatkan seluruh ASN, pejabat struktural, dan para Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) se-Kota Malang ini menjadi wadah memperkuat sinergi, evaluasi konkret, serta menyelaraskan langkah antarunit kerja. Forum ini menggarisbawahi bahwa efektivitas program harus terukur dari dampaknya, bukan hanya dari habisnya anggaran.

“Bukan Lagi Soal Laporan Tebal, Tapi Dampak Nyata”

Kepala Kantor Kemenag Kota Malang, Gus Shampton, dalam arahannya menegaskan bahwa paradigma evaluasi harus berubah. “Kita tidak boleh terjebak dalam rutinitas laporan yang tebal tapi tidak menyentuh masyarakat. Yang kita kejar sekarang adalah impact, bukan hanya output. Program-program kita harus bisa dibuktikan manfaatnya melalui data berdampak, bukan sekadar dokumen,” tegasnya.

Digitalisasi Jadi Tulang Punggung Evaluasi

Dalam semangat transformasi digital, seluruh laporan kinerja kini diwajibkan menggunakan Aplikasi Lentera. “Mulai bulan ini, tidak ada lagi laporan manual. Lentera dibuat guna memudahkan sistem pelaporan yang mampu mendeteksi outcome yang didapatkan dari kumpulan output. Kita bisa menampilkan dampak yang dihasilkan kerja-kerja cerdas kawan-kawan ASN. Kita terus berupaya mendorong budaya kinerja yang transparan, akuntabel, dan real time,” ujar Gus Shampton.

Inovasi Harus Bernyawa

Forum SELAT BALI juga menjadi ajang untuk menghidupkan kembali inovasi yang sempat mandek. “Banyak inovasi bagus yang sudah kita buat, tapi masih belum optimal digunakan. Mari kita rawat dan fungsikan inovasi sebagai alat bantu percepatan kerja dan pelayanan,” ungkapnya. Inovasi bukan untuk dipajang, melainkan untuk menggerakkan perubahan.

Dari Seksi untuk Kantor: Mendorong Skala Prioritas

Salah satu hal menarik dalam rapat ini adalah dorongan agar program-program yang muncul dari level seksi dievaluasi secara kolektif. Jika terbukti berdampak luas, program tersebut akan diangkat menjadi program prioritas tingkat kantor. “Inilah pentingnya forum seperti ini. Kita buka ruang diskusi, kita nilai bersama, dan kita dorong yang terbaik untuk jadi andalan Kemenag Kota Malang,” kata Gus Shampton.

Bangun Budaya Kerja Tanpa Sekat

Dengan sistem kerja terbuka yang kini diterapkan, Gus Shampton berharap kolaborasi lintas-seksi dapat tumbuh lebih kuat. “Hilangkan sekat-sekat struktural. Semua bagian adalah bagian dari satu tubuh. Kita hanya akan kuat jika saling menopang,” pesannya.

Langkah Nyata Menuju Perubahan

Evaluasi triwulan melalui SELAT BALI tidak hanya bicara angka, tetapi menjadi gerakan budaya kerja baru: mengedepankan substansi, menyederhanakan proses, dan menempatkan dampak sebagai ukuran utama. Kemenag Kota Malang terus menunjukkan bahwa birokrasi yang berintegritas adalah birokrasi yang berbicara lewat kerja nyata dan data berdampak.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Evaluasi Kinerja Kemenag Kota Malang: Data Berdampak Lebih Penting dari Sekadar Serapan Anggaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now