DPD RI Cantik, Lia Istifhama mengapresiasi Pemprov Jatim dalam mendorong PPPK untuk setara dengan PNS
SURABAYA| JATIMSATUNEWS.COM: Langkah progresif Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mengelola Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) menuai pujian dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, yang menilai kebijakan Pemprov Jatim sangat visioner dan layak dijadikan contoh di tingkat nasional.
Menurut Lia, komitmen Pemprov Jatim tidak hanya terlihat dari keberaniannya menampung jumlah PPPK terbanyak kedua se-Indonesia, namun juga dari langkah konkret menjamin kualitas, kesejahteraan, serta jenjang karier yang setara dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Pemprov Jatim sangat visioner dalam memosisikan PPPK sebagai bagian penting dari manajemen ASN yang profesional. Ini bukan hanya soal kuantitas, tetapi tentang keadilan, pengembangan kompetensi, dan kesempatan karier yang setara dengan PNS,” ujar Ning Lia, sapaan akrab Lia Istifhama, saat ditemui di Surabaya, Senin (22/7/2025).
Tak hanya itu, Lia mengapresiasi keberanian Pemprov Jatim dalam memberikan ruang struktural bagi PPPK hingga level eselon, meskipun masa kerja mereka terbatas antara 1 hingga 5 tahun. Menurutnya, hal ini adalah bentuk keberpihakan nyata terhadap sumber daya manusia yang memiliki kinerja tinggi.
“Ini bentuk kepercayaan terhadap kontribusi nyata PPPK. Yang berkinerja baik, pantas mendapatkan jenjang karier yang berkelanjutan,” tegasnya.
Lia juga menyoroti solusi cerdas Pemprov terhadap persoalan administratif seperti kasus R4 tahun 2019 yang tidak terdata di BKN. Alih-alih diberhentikan, para pegawai tersebut justru dialihkan menjadi PPPK paruh waktu.
“Pendekatan seperti ini menunjukkan komitmen Pemprov terhadap keberlangsungan kerja dan keadilan pegawai. Tidak asal buang, tapi dicari solusi yang bermartabat,” imbuhnya.
Dari sisi kesejahteraan, PPPK di Jawa Timur mendapatkan gaji pokok sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018, ditambah dengan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) sebesar 50 persen dari total penghasilan. Dengan TPP berkisar antara Rp3 juta hingga Rp5 juta, Jawa Timur menempati posisi kedua nasional setelah DKI Jakarta dalam hal pemberian TPP tertinggi untuk PPPK.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jawa Timur, Indah Wahyuni, menyebutkan bahwa saat ini terdapat 22.256 PPPK atau sekitar 36% dari total 89.296 pegawai Pemprov Jatim.
“Kami berkomitmen mendorong peningkatan kualitas ASN, termasuk PPPK, melalui pendidikan, pelatihan, dan kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi,” ujar Indah.
Program pengembangan kapasitas ini juga melibatkan kemitraan strategis dengan LPDP dan Bappenas. PPPK kini memiliki kesempatan untuk melanjutkan studi S2 dan mengikuti pelatihan bersertifikat, baik dalam negeri maupun luar negeri.
“Tahun lalu sudah ada PPPK yang lanjut studi ke Universitas Brawijaya dan Polteksos. Tahun ini, kerja sama diperluas ke Unair dan ITS, bahkan ke peluang sertifikasi internasional seperti AELS,” tambahnya.
Indah juga mengungkapkan, salah satu ASN asal Jatim bahkan berhasil menempuh pendidikan di King’s College London, menandakan bahwa visi Pemprov untuk mencetak ASN unggul dan berdaya saing global bukan sekadar jargon.
Kebijakan inklusif Pemprov Jatim juga dirasakan langsung oleh para PPPK. Salah satunya adalah Maratus Sholehah, seorang guru yang dulunya merupakan tenaga honorer.
“Saya sempat hampir menyerah ketika status honorer dihapus secara nasional. Tapi alhamdulillah, Pemprov Jatim mengangkat saya sebagai PPPK. Bahkan kami diberi harapan untuk bisa menduduki jabatan setara PNS,” ungkap Maratus haru.
Langkah-langkah yang diambil Pemprov Jatim dalam membangun sistem kepegawaian yang adil, profesional, dan manusiawi menunjukkan bahwa reformasi birokrasi tidak harus kaku dan birokratis. Seperti yang disampaikan Ning Lia, “Ketika kebijakan dibuat dengan hati dan keberanian, hasilnya akan menginspirasi banyak daerah.”
Dengan komitmen yang terus ditunjukkan, Jawa Timur patut menjadi rujukan nasional dalam menciptakan iklim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?