Banner Iklan

Akal Imitasi Memang Sat Set Tapi Harus Tetap Beretika, Workshop Level Up Teaching di SMAN 6 Kota Malang

Anis Hidayatie
09 Juli 2025 | 16.11 WIB Last Updated 2025-07-09T09:11:31Z

Akal Imitasi atau Artificial Intellegence atau AI Sat Set Wet tapi Harus Tetap Beretika, Workshop Level Up Teaching di SMAN 6 Malang 

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Di tengah derasnya arus teknologi kecerdasan buatan (AI) yang kian merasuk ke berbagai lini kehidupan, SMAN 6 Kota Malang tampil sebagai pionir dalam memadukan kecanggihan digital dengan nilai-nilai kemanusiaan. 

Melalui Workshop “Level Up Teaching: Merancang Pembelajaran Merdeka” yang digelar sejak 8 Juli hingga 10 Juli 2025, para guru dan tenaga kependidikan SMAN 6 diajak untuk tidak hanya cakap dalam menggunakan AI, tetapi juga bijak dalam mengendalikannya.

Salah satu sesi penting hari kedua dalam workshop Rabu 9/7/2025 ini mengangkat tema Etika dalam Pembelajaran Berbasis AI, yang disampaikan oleh Dr. Henry Prahendhiono, S.Si., M. Pd. dosen Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang. Dalam pemaparannya, Henry menegaskan bahwa AI bukanlah lawan guru, melainkan mitra yang membutuhkan arahan dan kendali manusia.

“AI memiliki banyak macam dan ternyata sudah kita gunakan sejak lama, contohnya YouTube. Tapi agar AI bisa membantu dengan maksimal, kita harus memberinya perintah yang jelas melalui prompt yang tepat. Gunakan RTF: Role, Task, dan Format,” jelas Henry.

Ia menambahkan, kunci dari penggunaan AI bukan hanya prompt engineering, tetapi juga membangun komunikasi yang tepat antara pengguna dan teknologi. Dengan pendekatan ini, proses kerja menjadi lebih efektif dan efisien, atau dalam istilah yang ia populerkan, menggunakan metode SSW – Sat Set Wet.

Namun, di balik kepraktisan AI, Henry mengingatkan pentingnya menjaga nilai etika dalam penggunaannya di dunia pendidikan. “AI itu cerdas, tapi belum punya hati. Jangan sampai guru kalah paham teknologi dari muridnya. Guru tetap harus jadi pengendali. Rubrik penilaian, keputusan pembelajaran, sampai empati kepada siswa, itu semua tidak bisa digantikan,” tegasnya.

Lebih jauh, ia mengajak para guru untuk tidak terlena dengan aplikasi seperti ChatGPT, penilai otomatis, atau pembuat konten visual. Menurutnya, alat-alat tersebut hanya akan berguna jika digunakan secara kritis dan bertanggung jawab.

Workshop ini juga membahas penyusunan SOP kerja untuk tenaga kependidikan serta strategi merancang pembelajaran mendalam sesuai Kurikulum Merdeka Tahun Ajaran 2025/2026. Kepala SMAN 6 Malang, Ernawati, S.Pd., MM., menyatakan bahwa kegiatan ini menjadi titik balik bagi guru dalam menyambut era pembelajaran digital yang penuh tantangan.

“SMAN 6 ingin guru-gurunya menjadi teladan. Tidak hanya paham teknologi, tapi juga punya integritas dalam menggunakannya,” ujar Ernawati.

Dukungan juga datang dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Malang (Kota Malang-Kota Batu) , Dr. Hj. Hastini Ratna Dewi, M.Pd., yang secara langsung membuka kegiatan tersebut. Ia memuji dedikasi guru SMAN 6 yang tetap aktif dan produktif meski sedang masa libur siswa.

“Libur adalah hak siswa, bukan guru. Dan guru SMAN 6 menunjukkan komitmen luar biasa untuk terus belajar dan berkembang,” ujarnya bangga.

Dengan mengedepankan etika, empati, dan profesionalisme, SMAN 6 Malang membuktikan bahwa transformasi digital dalam pendidikan harus tetap berpijak pada karakter dan tanggung jawab sosial. AI boleh “sat set wet”, tapi guru tetap yang menentukan arah. Ans 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Akal Imitasi Memang Sat Set Tapi Harus Tetap Beretika, Workshop Level Up Teaching di SMAN 6 Kota Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now