Malang | JatimSatuNews.com: Di antara hamparan kebun jeruk yang hijau di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, nama Tarno Buah bergema penuh hormat. Pria bersahaja ini bukan hanya seorang petani dan pedagang buah biasa.
Perjalanan hidupnya adalah kisah ketekunan, keberanian bermimpi besar, dan semangat pantang menyerah.
"Saya ini anak petani," kata Tarno mengawali ceritanya, mengenang masa-masa awal.
Lahir dari keluarga sederhana, Tarno akrab dengan tanah, keringat, dan kerja keras sejak kecil. Hanya bermodal ijazah SD dan mimpi besar, ia mulai membangun hidup dari titik nol.
Tahun 1997, sebagai pemuda lajang, ia mengayuh sepeda motor bututnya keliling kampung dan kampus.
UIN Malang, Unibraw, hingga pelosok Sukun menjadi saksi bisu dagangan jeruk, mangga, dan pisang yang ia pikul sendiri. "Kadang dari kampung, kadang ke kampus. Pokoknya asal ada yang mau beli, saya kejar," kenangnya.
Namun kerasnya hidup bukan sekadar cerita.
Tarno bahkan harus menghadapi Satpol PP karena berjualan di pinggir jalan tanpa izin. Berkali-kali ditertibkan, bahkan hampir disidang, ia tetap bertahan demi keluarga. "Saya bilang ke mereka, saya cuma cari sesuap nasi, Pak," ujarnya mengenang masa-masa getir itu.
Titik balik besar datang setelah menikah pada 2005.
Tarno bertekad mengubah hidupnya. Ia menjual sepedanya, membeli mobil tua Suzuki Carry, lalu memperluas jangkauan jualan buahnya. Mobil itu, meski sering mogok, menemaninya berjualan bertahun-tahun.
Badai pandemi COVID-19 sempat hampir mematahkan usahanya. "Sehari cuma dapat Rp30.000, padahal buat makan saja nggak cukup," ceritanya. Tapi, krisis justru melahirkan ide baru: ia mulai memperkenalkan jeruk hasil kebunnya sendiri.
Tak tanggung-tanggung, Tarno bahkan menjual rumahnya untuk modal mengontrak lahan pertanian. Dari 5 krat jeruk kecil di depan rumah, usahanya berkembang pesat. Kini, ia memiliki lebih dari 2 hektar kebun jeruk produktif, lima rumah, dan dua mobil, semua dari hasil keringatnya sendiri.
Tidak hanya sukses secara ekonomi, Tarno tetap membumi. Ia membantu sesama petani dan tak segan berbagi ilmu. "Kalau buah jelek, saya bilang jelek. Kalau bagus, ya bilang bagus. Kejujuran itu yang bikin pelanggan kembali," tegasnya.
Baru-baru ini, Tarno bahkan mendapat perhatian dari Kementerian Pertanian yang berencana memberikan bantuan alat pertanian.
"Saya minta yang kecil saja, yang penting bermanfaat buat petani di sini," tuturnya rendah hati.
Kini, di usia matang, Tarno Buah menjadi sosok inspirasi. Dari jalanan berdebu hingga kebun-kebun h
ijau penuh jeruk ranum, kisah Tarno mengajarkan: tak ada jalan pintas menuju sukses, hanya ketulusan, kerja keras, dan keyakinan yang mengantarkan seseorang dari mimpi ke kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?