Banner Iklan

Meniti Jejak Toleransi: Kearifan Lokal Jawa Timur untuk Indonesia dan Dunia

Anis Hidayatie
30 Mei 2025 | 22.21 WIB Last Updated 2025-05-31T04:43:07Z

 


Meniti Jejak Toleransi: Kearifan Lokal Jawa Timur untuk Indonesia dan Dunia

Oleh: Binti Masruroh, M.Pd . PPAI Kemenag Kab. Kediri

KEDIRI | JATIMSATUNEWS.COM: Jawa Timur bukan sekadar salah satu provinsi terbesar di Indonesia; ia adalah tanah yang kaya sejarah, budaya, dan kearifan lokal yang telah berabad-abad menjadi perekat harmoni. Dari masa Majapahit yang dikenal dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, hingga warisan tokoh-tokoh seperti KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Jawa Timur menyimpan inspirasi besar tentang bagaimana keberagaman bisa dirawat dan dijaga dengan spirit toleransi.

Toleransi yang Mengakar Sejak Dulu

Sejak abad ke-13, Majapahit sudah menjadi contoh nyata bagaimana kerajaan besar bisa mempersatukan berbagai suku, agama, dan budaya di Nusantara. Kitab Sutasoma, yang melahirkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, lahir dari tanah Jawa Timur, menegaskan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk membangun persatuan. Di tingkat lokal, praktik gotong royong, rembug desa, hingga tradisi selametan mencerminkan kehidupan sosial yang inklusif, di mana semua warga — tanpa memandang latar belakang — diakui sebagai bagian dari satu komunitas.

Teladan dari Tokoh-Tokoh Inspiratif

Jawa Timur juga melahirkan tokoh-tokoh besar yang mengangkat nilai toleransi ke panggung nasional dan internasional. Salah satunya adalah Gus Dur, Presiden ke-4 RI, yang sering disebut sebagai Bapak Pluralisme Indonesia. Gus Dur berjuang tanpa lelah untuk membela kelompok minoritas, memperjuangkan hak-hak warga Tionghoa, Ahmadiyah, dan kelompok-kelompok rentan lainnya, sekaligus menjalin dialog lintas agama di tingkat dunia.

Selain Gus Dur, banyak kiai kampung, budayawan, dan aktivis dari Jawa Timur yang bekerja di akar rumput, menjaga agar nilai-nilai toleransi tetap hidup di tengah masyarakat. Pesantren-pesantren di Jawa Timur, misalnya, bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga ruang dialog sosial yang menghormati perbedaan.

Kearifan Lokal untuk Dunia

Dalam era globalisasi yang penuh tantangan, di mana konflik identitas dan intoleransi marak terjadi, kearifan lokal Jawa Timur menjadi pelajaran berharga. Dunia bisa belajar dari cara masyarakat Jawa Timur merayakan perbedaan sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Spirit toleransi ini tidak hanya penting untuk Indonesia, tetapi juga untuk dunia yang semakin terkoneksi — di mana ancaman polarisasi, radikalisme, dan diskriminasi makin nyata.


Berbagai festival budaya di Jawa Timur, seperti Festival Reog Ponorogo, Ludruk, Ruwatan, dan Sedekah Bumi, tidak hanya menjadi ajang pelestarian tradisi, tetapi juga momen untuk mempertemukan berbagai kalangan dalam suasana penuh kebersamaan. Ini adalah diplomasi budaya yang bisa dibawa ke panggung global sebagai model harmoni sosial.


Menjadi Inspirasi Nusantara dan Dunia


Meniti jejak toleransi Jawa Timur berarti memetik pelajaran penting tentang bagaimana menghargai perbedaan, membangun dialog, dan menegakkan keadilan sosial. Bagi Indonesia, Jawa Timur adalah cermin bagaimana keberagaman dikelola secara arif. Bagi dunia, Jawa Timur adalah contoh nyata bahwa toleransi bukan sekadar wacana, tetapi praktik hidup sehari-hari yang bisa membawa perdamaian sejati.


Kini, tugas kita bersama adalah menjaga dan mengembangkan warisan ini, agar nilai-nilai toleransi terus menyebar, dari desa-desa di Jawa Timur hingga ke panggung internasional — membawa pesan damai untuk Nusantara dan seluruh umat manusia.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Meniti Jejak Toleransi: Kearifan Lokal Jawa Timur untuk Indonesia dan Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now