Bullying atau perundungan merupakan isu yang tak bisa dipandang sebelah mata dalam dunia pendidikan. Meskipun kerap dianggap sebagai hal biasa dalam interaksi antar siswa, kenyataannya bullying meninggalkan dampak psikologis yang serius bagi korban, bahkan bisa menghambat proses belajar dan perkembangan karakter anak. Menyadari hal tersebut, kami terpanggil untuk menghadirkan kegiatan edukatif yang bertujuan menumbuhkan kesadaran, empati, dan keberanian untuk mengatakan “tidak” terhadap bullying, sejak usia dini.
Konsep dan Tujuan Kegiatan
Kegiatan Sosialisasi Anti Bullying ditujukan untuk seluruh siswa kelas 1 hingga kelas 5. Dengan mempertimbangkan tahapan perkembangan kognitif anak, kegiatan dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama (08.50–09.20) diperuntukkan bagi kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3), sementara sesi kedua (09.30–10.00) diikuti oleh siswa kelas tinggi (kelas 4 dan 5). Setiap sesi dirancang berdurasi 30 menit dan dikemas secara komunikatif, interaktif, dan menyenangkan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para peserta didik.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah:
• Menanamkan pemahaman tentang definisi dan jenis-jenis bullying (verbal, fisik, dan cyber).
• Menjelaskan dampak buruk bullying bagi korban, pelaku, maupun lingkungan sekitar.
• Mendorong siswa untuk membangun budaya saling menghormati, menolong, dan peduli satu sama lain.
• Menumbuhkan keberanian untuk melawan bullying dan melapor kepada guru atau orang dewasa yang dipercaya.
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dibuka oleh tim mahasiswa yang berperan sebagai pembawa acara sekaligus fasilitator. Kami memulai dengan menjelaskan tujuan kegiatan secara sederhana dan membangun kedekatan emosional dengan siswa. Dilanjutkan dengan pemaparan materi melalui presentasi yang visual dan video edukatif yang menggambarkan situasi nyata bullying dan cara menghadapinya.
Suasana semakin hidup ketika kami mengadakan ice breaking untuk mencairkan suasana. Siswa tertawa, bergerak, dan saling berinteraksi dalam permainan ringan yang mengandung pesan moral. Setelah itu, kami membuka sesi diskusi sederhana, di mana siswa diberikan ruang untuk bertanya, bercerita, dan mengungkapkan pendapat mereka terkait pengalaman atau pemahaman mereka tentang bullying. Respon yang kami terima sungguh luar biasa—beberapa siswa bahkan berani menceritakan kejadian yang mereka alami atau lihat sendiri, sesuatu yang membuktikan bahwa forum ini menjadi wadah aman bagi mereka.
Komitmen Bersama: Sekolah Bebas Bullying
Salah satu puncak dari kegiatan ini adalah penandatanganan Deklarasi Sekolah Bebas Bullying. Kami mengajak seluruh siswa untuk menandatangani poster besar sebagai simbol komitmen bersama untuk tidak melakukan bullying dan siap menegur atau membantu teman yang menjadi korban. Momen ini terasa sangat sakral dan emosional. Terlihat jelas di wajah anak-anak semangat dan rasa bangga mereka menjadi bagian dari gerakan positif ini.
Deklarasi ini tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga bentuk internalisasi nilai-nilai karakter dalam diri anak: tanggung jawab, keberanian, dan kepedulian sosial. Kami juga menyerahkan dokumen deklarasi kepada pihak sekolah sebagai bentuk dukungan terhadap program penguatan profil pelajar Pancasila.
Sebagai mahasiswa Asistensi Mengajar, kami mendapatkan banyak pelajaran dari proses ini—bukan hanya tentang bagaimana mengelola kegiatan, tetapi juga bagaimana menghadapi dinamika siswa dan menanamkan nilai-nilai kehidupan dengan cara yang menyenangkan dan bermakna. Kami merasa bangga bisa mengambil bagian dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan inklusif.
Kami menyadari bahwa upaya mencegah bullying tidak cukup hanya dengan satu kali kegiatan. Namun, kami percaya bahwa langkah kecil ini akan menjadi awal yang baik untuk perubahan yang lebih besar. Kami berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi program rutin yang didukung oleh sekolah dan terus dikembangkan dengan pendekatan yang berkelanjutan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala SDN Bareng 3, guru-guru, serta seluruh siswa yang telah mendukung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Semoga apa yang telah kami lakukan menjadi amal kebaikan dan inspirasi bagi sesama untuk terus menjaga sekolah sebagai tempat yang aman dan penuh kasih.
Oleh : Rera Aulia Refitra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?