TP PKK Desa Patoman Banyuwangi dan TP PKK Kabupaten Pasuruan serta FPK dan 24 Camat
BANYUWANGI| JATIMSATUNEWS.COM: Siang berbalut mendung, dengan semangat memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan mempererat harmoni dalam keberagaman, TP (Tim Penggerak) PKK Kabupaten Pasuruan bersama Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) serta 24 camat dan ibu camat se-Kabupaten Pasuruan serta Bakesbangpol melakukan kunjungan studi inspiratif ke Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Senin 26/5/2025.
Desa Patoman, yang dikenal sebagai Kampung Pancasila, menjadi destinasi studi yang dipilih karena keunikan dan keberhasilannya membangun kehidupan harmonis lintas agama dan budaya.
Rombongan TP PKK yang dipimpin oleh Sekretaris PKK Kabupaten Pasuruan, Erri Wahyu Puspitarini didampingi oleh Ketua FPK Kabupaten Pasuruan, Bayhaqi Kadmi atau Gus Bay dan para camat serta istri dan Bakesbangpol dipimpin Kabid Wasbang Mulyono disambut hangat oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Banyuwangi, Agus Mulyono, serta Ketua FPK Kabupaten Banyuwangi Miskawi.
Menyambut, Agus Mulyono menjelaskan bahwa Desa Patoman merupakan miniatur kebhinekaan di ujung timur Pulau Jawa, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari umat Hindu, Budha, Konghucu, dan Islam.
“Meskipun beragam, masyarakat Patoman hidup rukun dan guyub. Di dusun ini, tidak pernah ada konflik. Ketika ada kegiatan keagamaan, suasananya seperti pelangi yang indah,” ungkapnya bangga.
Desa Patoman telah menjadi Desa Kebangsaan sejak 2018, dan pada 2021 ditetapkan sebagai Kampung Pancasila. Bahkan, desa ini pernah dikunjungi langsung oleh Kasad Jenderal Dudung Abdurachman. Identitas masyarakatnya tidak dibatasi oleh suku atau agama, melainkan disatukan oleh semangat kebangsaan yang tinggi.
“Aura-nya seperti Bali karena sekitar 80 persen warganya berasal dari Bali,” imbuh Agus.
Para Camat Kabupaten Pasuruan bersama Ketua FPK Kabupaten Pasuruan dan FPK BanyuwangiKetua FPK Kabupaten Pasuruan, Gus Bay menyatakan bahwa tujuan kunjungan ini bukan untuk membentuk desa kebangsaan secara instan, melainkan untuk menginisiasi dan belajar dari desa yang sudah memiliki pondasi kuat dalam hidup berbhineka.
“Desa Patoman tidak dibuat-buat, keberagamannya natural, dan kesadarannya luar biasa. Mereka hidup berdampingan tanpa konflik, tanpa perlu memamerkan identitas,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa untuk membangun Kampung Pancasila dibutuhkan ‘super tim’ dengan indikator-indikator utama: keberagaman yang harmonis, penyelesaian masalah tanpa konflik, kesadaran kebangsaan yang aktif, dan pelestarian budaya.
Dalam sesi diskusi yang dipandu oleh moderator Made Arto, dipaparkan pula sejarah panjang Patoman yang dihuni oleh tiga gelombang migrasi, termasuk dari Bali akibat letusan Gunung Agung dan tragedi G30S PKI.
Sekjen PKK Erri Wahyu, menyoroti nilai historis desa tersebut dan menanyakan langkah awal yang perlu dilakukan di Pasuruan.“Kami membawa banyak rombongan dari lintas instansi, ingin belajar dan mendapatkan gambaran kampung Pancasila untuk kami implementasikan di Pasuruan. Apa konsep minimalisnya?” tanyanya.
Sebagai jawaban, Ketua FPK Banyuwangi Miskawi menjelaskan bahwa kunci utama Kampung Pancasila adalah menjadikan Pancasila sebagai ideologi hidup yang diyakini, dipelajari, dan dipraktikkan secara alami. “Bukan sekadar branding. Harus hidup dalam masyarakat, bahkan terlihat dalam ketaatan membayar pajak atau gotong royong sehari-hari,” jelasnya.
Kepala Desa Patoman, yang sudah menjabat tiga periode dan berlatar belakang pendidikan Islam, turut berbagi bahwa keberagaman yang terjaga ini adalah hasil dari keterbukaan, dialog, dan komitmen warga menjaga keharmonisan. Bahkan, tiga periode kepala desa Patoman adalah pemeluk Hindu yang dipilih oleh mayoritas Muslim.
Camat Blimbingsari turut menyampaikan bahwa kerukunan antarumat beragama di wilayahnya sangat baik.
“Tidak ada gesekan, semua kegiatan keagamaan saling dijaga,” katanya.
Sebagai penutup, perwakilan PKK Kabupaten Pasuruan yang biasa dipanggil ibu Rachmat mengungkapkan rasa terkesan dan harapannya agar semangat alami dari Patoman bisa direplikasi di wilayah mereka.
“PKK akan terus menanamkan butir-butir Pancasila dalam program-programnya, dengan pendekatan yang natural, tanpa dibuat-buat,” ujar salah satu wakil pengurus TP PKK Kabupaten Pasuruan.
Saling bertukar kenangan menjadi sesi berikutnya, dari TP PKK Kabupaten Pasuruan memberikan oleh oleh khas Pasuruan dan FPK memberikan kenang-kenangan berupa buku berjudul "Seraut Wajah Bhineka Tunggal Ika di Pasuruan" sebaliknya dari Patoman mendapatkan boneka penari Gandrung dan oleh oleh khas UMKM Patoman.
Kunjungan ini ditutup dengan doa oleh ustadz Sanali, dan semangat untuk mengembangkan Kampung Pancasila di Pasuruan dengan inspirasi dari Desa Patoman, sebagai wujud nyata Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Ketua TP PKK Kecamatan kecamatan di Kabupaten PasuruanTim Bakesbangpol Kabupaten Pasuruan
Foto foto bersama mengakhiri acara seremonial sebelum ramah tamah dihiasi menari bersama. Ans
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?