Hariani saat Launching Buku Jelajah Kuburan Londo Jilid 1 bersama Walikota Malang Wahyu Hidayat, Sekretaris Daerah Erik Setyo Santoso dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Noer Rahman Wijaya
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Siang itu, tidak terlalu panas saat Jatim Satu News berkunjung di kediaman Hariani. Salah satu penulis Kota Malang yang gemar mengupas tentang Pemakaman.
Di rumahnya, tepatnya di Jalan Simpang Candi Panggung No 32 Kota Malang. Terdapat ratusan buku yang terpajang. Selain sebagai penulis, wanita yang gemar membaca ini juga membuka perpustakaan mini. Baginya, buku adalah salah satu media untuk mencerdaskan bangsa.
"Meskipun ruang digitalisasi membanjiri, tapi bagi saya buku adalah sesuatu yang tak tergantikan. Buku kita bisa pegang, bisa diraba dan baunya yang khas tidak bisa tergantikan saat kita membaca melalui gawai," ucapnya. Minggu (11/5/2025).
Hariani adalah seorang honorer di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang. Dimana, terdapat beberapa makam yang pengelolaannya berada di bawah DLH. Dari sanalah, wanita berusia 42 tahun ini mulai jatuh cinta dan penasaran dengan jajaran makam untuk ditelusuri.
"Hampir 20 tahun saya bekerja sebagai PTT (Pegawai Tidak Tetap). Awal pertama masuk dulu adalah Dinas Kebersihan. Saat itu, tepatnya November 2005. Saya menjadi staf di UPT PSAL (Pengolahan Sampah dan Air Limbah). Pekerjaannya adalah memilah sampah dari TPS (Tempat Penampungan Sementara). Pertama kali bekerja di Rumah Kompos Gadang. Lalu, tahun 2008 pindah di Rumah Kompos Jatimulyo," bebernya.
Lalu, tahun 2012 saya dipindah di Rumah Kompos Velodrom yang tentunya jarak dengan rumah cukup jauh.
"Akhirnya, saya mengajukan pindah ke TPU Samaan karena lokasi dekat dengan rumah dan bisa berjalan kaki. Dari Makam Samaan inilah saya mulai menulis tentang hal apa saja. Termasuk tentang perizinan makam, penjual jasa hingga makam tertua di TPU Samaan. Saya tidak tahu kenapa, tulisan saya terasa bernyawa saat menulis tentang pemakaman," jelas Hariani.
Ternyata, dari tulisan-tulisan yang diunggah di Grup WhatsApp mendapatkan apresiasi dari Kepala Dinas Pertamanan saat itu yakni Erik Setyo Santoso. Berkat ulasan tentang makam, khususnya makam mr x yakni makam yang tidak dikenal atau lebih dikenal dengan makam prodeo menjadi awal Hariani dimutasi ke TPU Sukun Nasrani pada 4 Januari 2017.
Saat di pindah di TPU Sukun Nasrani, rasa penasarannya tentang perkuburan semakin menggebu.
Apalagi, saat dirinya menemukan tumpukan buku register yang berusia puluhan tahun. Melalui buku itu, Ia mulai tertarik untuk menelisik tokoh-tokoh penting yang dimakamkan di Makam Sukun.
"Sejak tahun 2018, saya mulai menyusuri Bong Londo. Begitulah, Arek Malang menyebut kompleks Makam Sukun ini. Saya mulai mengidentifikasi makam -makam Belanda dan mencatatnya. Pada Bulan Juli 2018, saya menemukan makam berlogo jangka dan penggaris segitiga. Awalnya, saya tidak mengetahui simbol apa ini. Akhirnya, makam tersebut saya foto dan saya konsultasikan dengan Pak Dwi Cahyono. Seorang arkeolog dan sejarawan Kota Malang. Dari beliau, saya mendapatkan ilmu bahwa Makam berlogo jangka dan penggaris segitiga itu adalah simbol Freemason. Hal ini menambah ketertarikan saya untuk mengupas tentang Freemason," ungkapnya.
Berkat kegigihannya, wanita peraih Juara 1 dalam Lomba Penulisan Eko-Sosio-Kultura Lokal Kota Malang Dalam Perspektif Historis 2020 yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Malang. Dari sinilah, dirinya berpikir untuk menyusun buku tentang Makam Sukun.
"Saya berpikir bahwa Kuburan Londo sebutan lain dari Makam Sukun ini memiliki potensi yang sayang banget jika tidak diketahui oleh publik. Maka, saya mulai melakukan riset lebih intens lagi dengan menyusuri makam, mencari data. Namun, teryata referensi mengenai Makam Sukun sangat minim," ucapnya.
Hal tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk mengeksplor Makam Sukun. Bersama Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Koeboeran Londo. Ia membuat tour yang diberi nama Jelajah Kuburan Londo. Ternyata, animo masyarakat cukup tinggi untuk mengikuti kegiatan tersebut dan masyarakat mulai mengenal destinasi Makam Sukun yang menyimpan nilai-nilai sejarah.
Pada saat terjadi pandemi Covid-19, praktis kegiatan Tour Jelajah Kuburan Londo terhenti dan penelitian untuk mengulik tokoh-tokoh sejarah pun ikut tertunda. "Riset saya terhenti saat terjadi wabah Covid-19 karena saya harus konsentrasi di Pemakaman Covid-19. Dan kebetulan saya juga ditunjuk untuk menjadi Tim Pemulasaraan Covid-19," ucapnya.
Lalu, pada Bulan September 2022. Ia dimutasi di Bagian Umum Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang. Lambat laun pun pandemi Covid sudah hilang.
Dan Hariani mulai melakukan riset kembali. Di tahun 2023, setiap Hari Sabtu atau Minggu Ia menyusuri setapak makam Sukun untuk melakukan pendataan. Dirinya pun berburu data hingga akses ke Belanda. Tetapi, ternyata membuka akses itu tidak lah mudah. Sehingga, identifikasi yang dilakukan agak tersendat. Pencarian data pun dilakukan, mulai bertanya kesana-kemari.
Misalkan mencari Stadblaad Kota Malang, foto Makam Klojen, Peta Kota Malang tahun 1920. Banyak yang mengatakan tidak punya. Sedangkan, data yang Ia miliki masih terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk dipublikasikan.
Di saat, hampir putus asa karena kesulitan mencari bahan referensi dan sumber rujukan.
Pada pertengahan Maret 2024. Dirinya Salat Tahajud dan berdoa untuk dipermudah dalam penulis Buku Jelajah Kuburan Londo ini. Tak disangka, usai Salat Tahajud. Jemarinya seakan ada yang menggerakkan untuk membuka Handphone dan saat dibuka. Tiba-tiba Facebook nya membuka Grup Sejarah Kota Malang. Seketika, Hariani pun menanyakan adakah yang memiliki foto Makam Eropa di Klojen.
Ternyata, gayung bersambut ada respon dari salah satu anggota komunitas yaitu Achmad Budiman Suharjono. Ia adalah seorang pemerhati sejarah di Pasuruan. Banyak data yang diberikan olehnya sekaligus Achmad Budiman Suharjono juga menulis di Buku Jelajah Kuburan Londo.
Anehnya, keesokan harinya Ia bermimpi melihat tentara Belanda berbaris dan bertanya.
"Apa kamu Hariani, kamu akan menulis tentang Makam Sukun. Lanjutkan!", ujar tentara Belanda di mimpinya.
Mimpi itu memberikan atmosfer tersendiri dan semangat menulis pun semakin bergelora.
Apalagi data-data sudah terkumpul. Dengan menggandeng Budayawan dan Pecinta Sejarah Amri Bayu Saputro sebagai editor serta Mahasiswa Sejarah Mohammad Fajar Amanu sebagai penerjemah. Akhirnya buku tentang Makam Sukun dapat rampung pada Desember 2024.
Buku perdana yang menceritakan tentang sejarah Makam Sukun, tokoh yang dimakamkan, sejarah Komplek Pasturan hingga penjarahan di Makam Sukun diberi Judul "Trilogi Jelajah Kuburan Londo Jilid 1" yang berarti akan ada tiga buku yang disajikan.
Berkat rahmat Allah SWT, Buku Trilogi Jelajah Kuburan Londo Jilid 1 dapat dilaunching di Balaikota tepatnya pada Hari Pendidikan Nasional 2025.
Peluncuran buku yang memuat konten sejarah lokal Kota Malang itu ditandai penyerahan Buku kepada Walikota Malang Wahyu Hidayat, Sekretaris Daerah Erik Setyo Santoso dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Noer Rahman Wijaya.
Selanjutnya, Hariani bersama Ahmad Budiman Suharjono akan menulis kembali Buku Trilogi Jelajah Kuburan Londo Jilid II dan III.
"Ternyata di Kuburan Londo ini banyak yang belum dikulik dan diungkapkan. Maka, kami akan menyuguhkan tiga buku. Untuk buku kedua masih dalam proses penulisan. Insyaallah, buku Trilogi Jelajah Kuburan Londo Jilid II dan III akan kami launching di HUT ke-112 Kota Malang. Mohon doanya agar proses penulisan dapat berjalan dengan lancar," tuturnya.
Selain itu, saat ini dirinya juga menggarap buku yang bercerita tentang Covid-19. "Kebetulan saya pernah menjadi Tim Pemulasaraan Jenazah Covid-19 dan saya menyaksikan sendiri bagaimana duka keluarga saat prosesi pemakaman Covid-19 dilakukan. Harus mematuhi protokol kesehatan. Dan itu menyedihkan. Duka itulah yang akan saya kemas untuk menjadi buku," ujarnya.
Meskipun saat ini, digitalisasi sudah merambah sendi kehidupan. Tapi, baginya buku tidak akan lekang oleh waktu.
"Bagi saya buku adalah ilmu yang terpahat. Bagaimana kita mengikat ilmu itu untuk kita sebarkan. Saya yakin, masih banyak pecinta buku karena buku tidak akan tergerus oleh waktu," ucap Hariani.
Dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan kegiatan Bincang Buku Trilogi Jelajah Kuburan Londo Jilid 1.
"Jika tidak ada aral melintang, InsyaAllah di pertengahan Bulan Juni 2025 kami akan menggelar Bincang Buku Jelajah Kuburan Londo bersama komunitas sejarah, mahasiswa maupun masyarakat. Selain Bincang Buku juga akan dilanjutkan dengan Tour Jelajah Kuburan Londo," bebernya.
Dirinya berharap, untuk Buku Trilogi Jelajah Kuburan Londo Jilid II dan III ada sponsor yang tergerak untuk dapat menerbitkan bukunya. (Anis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?