Banner Iklan

Demi Etika, Warganet Sarankan Arema FC Pakai Bahasa Resmi untuk Meminta Maaf

Admin JSN
12 Mei 2025 | 13.59 WIB Last Updated 2025-05-12T07:49:46Z
Pernyataan resmi Arema FC untuk meminta maaf kepada Persik Kediri atas insiden pelemparan batu ke bus Persik Kediri usai bermain di Stadion Kanjuruhan, Malang./Instagram @aremafcofficial

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Arema FC telah meminta maaf langsung kepada pihak Persik Kediri.

Persik Kediri juga telah menerima permintaan maaf Arema FC atas insiden pelemparan batu ke bus Persik usai meninggalkan Stadion Kanjuruhan, Malang pada Minggu (11/5) malam WIB.

Kejadian pelemparan batu ke bus Persik ini terjadi usai laga pekan ke-32 BRI Liga 1 2024/25 berakhir dan dimenangkan Persik 3-0.

Pihak Arema FC pun bertekad untuk menyosialisasikan kepada suporter pentingnya menjunjung tinggi sportivitas dan saling menghormati apa pun hasil pertandingannya.

Kemudian, melalui akun Instagram pada Minggu (11/5) malam WIB, Arema FC mengunggah permintaan maaf tersebut secara publik.

"Enarupes nawak! Kami meminta maaf dengan setulus hati kepada Persik Kediri atas kejadian sore hari ini (11/5) yang terjadi setelah pertandingan," tulis laman resmi Arema FC.

Unggahan ini kemudian mendapat lebih dari 20 ribu komentar warganet.

Di antara mereka ada yang menyayangkan kejadian tersebut. Mereka juga menyinggung tentang rencana laga kandang perdana digelar saat Arema FC vs Persebaya Surabaya. Namun, kejadian ini membuat mereka khawatir seandainya rencana tersebut diwujudkan.

Perlu diketahui, Stadion Kanjuruhan baru digunakan kembali sebagai tempat pertandingan kandang Arema FC usai Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2025, yang menelan 135 korban jiwa.

Sejak itu, Stadion Kanjuruhan direnovasi dengan dana dari pemerintah sebesar Rp 365 miliar.

Stadion yang berlokasi di Jl. Trunojoyo, Kepanjen, Kabupaten Malang ini digunakan kembali saat Arema FC menjamu Persik, alias setelah laga kandang melawan Persebaya pada 28 April.

Saat itu, Arema menggelar laga kandangnya di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar Bali, dan berakhir imbang, 1-1.

Selain menyoroti rencana tersebut, warganet juga mengingatkan pentingnya untuk bersikap legawa terhadap hasil pertandingan. Sebab, kekalahan, kemenangan, dan hasil seri pasti terjadi di pertandingan sepak bola.

Warganet pun menyarankan bahwa permintaan maaf yang dilakukan Arema FC sebaiknya dengan menggunakan bahasa resmi, bukan bahasa Jawa walikan (pembalikan).

"Meminta maaflah dengan benar! Pakai bahasa resmi. Kenapa enarupes enarupes? Tidak beretika sama sekali," tulis salah seorang warganet yang disetujui warganet lain.

"Warga Malang tolong jawab, apakah bahasa kalian sehari-hari begitu? Pakai bahasa yang dibalik-balik? Kok agak lain," timpal warganet lain.

"Yang pertama kali saya pikir juga ini. Kok masih bisa pakai bahasa seperti itu," imbuh warganet lain lagi.

Adapun 'enarupes nawak' yang dimaksud adalah 'sepurane kawan' atau 'mohon maaf kawan'.

Merujuk dari berbagai sumber yang dihimpun JSN termasuk salah satunya dari Jurnal STITPN, diketahui jika bahasa walikan Malang alias 'boso walikan' berawal dari masa penjajahan Belanda.

Bahasa ini muncul khususnya dari Gerilya Rakyat Kota (GRK) Malang sebagai kode rahasia untuk menghindari mata-mata Belanda.

Bahasa ini kemudian menjadi identitas budaya masyarakat Malang. Namun, seiring waktu menjadi bahasa gaul sehari-hari di Malang.

Walaupun, penggunaan bahasa ini tidak seperti bahasa Jawa yang lebih alamiah dituturkan dalam percakapan panjang.

Biasanya penggunaan bahasa walikan Malang hanya sebatas satu kalimat, seperti 'wis tahes, sam' (sudah sehat, mas), 'rutam nuwus' (terima kasih/matur suwun/matur nuwun), dan sebagainya.

Praktik ini yang kemudian juga sering ada di media sosial termasuk yang dilakukan Arema FC dalam rilis permintaan maaf tersebut.

Tak bisa dimungkiri bahwa bahasa walikan Malang telah dikenal sebagai identitas budaya Malang, bahkan menjadi bagian dari riset kebudayaan dan kebahasaan daerah.

Namun, penggunaan bahasa walikan Malang ini lazim digunakan kepada orang yang saling kenal. Bahkan sekalipun menggunakan 'mas' dan 'matur nuwun' yang dibalik.

Sedangkan, untuk perbincangan resmi, untuk umum, dan di situasi tertentu, maka bahasa walikan tidak digunakan. Apalagi jika tidak saling kenal meski seumuran dan dalam situasi yang sangat sensitif terhadap perasaan.

Dengan saran warganet ini pun diharapkan dapat menjadi salah satu evaluasi bagi pihak Arema FC dalam bersikap di masa mendatang. ***

Penulis: YAN

Baca juga: Arema FC Minta Maaf kepada Persik Kediri


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Demi Etika, Warganet Sarankan Arema FC Pakai Bahasa Resmi untuk Meminta Maaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now