RUMAH KOTOR KANG SAMIN

Zikir Air Mata
25 Desember 2021 | 02.02 WIB Last Updated 2021-12-24T20:09:51Z


CERPEN I JATIMSATUNEWS.COM: Kang Samin kembali diterpa gundah, hatinya kembali terusik sepulangnya dari kediaman Sang Guru. Kemarin, ada debur ombak berkejaran di dadanya. Melarung selaksa haru, menepikan buih-buih kenangan, kerinduan, pada bibir pantai yang disebutnya sebagai pertemuan. 

Pertemuan. Momen merapatnya jarak, terlipatnya masa pada satu koordinat. Mengantarkan jasad-jasad dan rupa-rupa dengan segala corak warna dan kelebat pikiran. 

Beberapa waktu lalu, Kang Samin begitu bahagia. Saat untaian kenangan dipuzlekan di kediaman Sang Guru: keping demi keping disatukan, gambar demi gambar disketsakan. Hingga terbentuk sebuah dunia baru dalam angan rentanya. Dunia yang penuh kedamaian, penuh kebahagiaan. Dunia yang mampu mengantarkan kepapaannya pada keheningan  spiritual.

"Aku akan mengubah semuanya. Akan kureformasi total tatanan kehidupan selama ini. Akan kukembalikan diriku ke pangkuan Guru," demikian Kang Samin terus bergumam sepanjang jalan pulang.  

Hasratnya begitu kuat untuk kembali pada jalan yang dilalui Sang Guru. Keinginan untuk kembali menjadi bayi begitu erat mencengkeram hati. 

Kini, sesampainya di rumah. Kang Samin kembali goyah. Didapatinya rumah itu masih seperti dulu. Kotor, pengab, jauh dari cahaya. 

Kang Samin melangkah terseok, menilik bilik demi bilik rumah tuanya. Masih seperti dulu. Rumah itu masih dihuni sekawanan penyamun, dan penjudi. Selain pernak-pernik barang rampokan dan dadu judi tak didapatinya lembaran kitab suci. 

"Ah! kalian masih betah di rumahku. Atau ..., tidak, tidak, aku yang masih terjebak di rumah ini."

"Bukan! bukan terjebak. Namun, inilah bagianku yang disediakan Tuhan."

Kang Samin terus saja berceracau. Kadang mengutuk, mengumpat, tak jarang juga menangis sedu. 

"Allah ... Rabbku! sebenarnya takdir apa yang kausiapkan untukku?" gumam Kang Samin,"apa memang telah kauukir namaku di azaly sebagai hamba yang celaka? bila memang demikian, biarkan kuterima itu dan tolong anugerahkan rida-Mu."


Kang Samin menangis histeris. Kedua tangannya menutup  matanya erat-erat. Rapat, rapat sekali. Seakan takut melihat cahaya. Takut pada terang yang akan menguliti wajahnya. 

---------



Gresik, 25 Desember 2021

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • RUMAH KOTOR KANG SAMIN

Trending Now