Bulan...
Terpenjara dalam kebebasan tak bertepi
Sudah lama jiwa melalang buana ke angkasa sana
Ada dingin yang mendidih menunggu ledakan
Kugoreskan indahnya tajam matamu
Dalam dendam tak terbalas
Diantara sungai-sungai kerontangnya, aku mengais sisa es beku
Untuk kujadikan tinta, untuk melukis matamu
Bulat matamu ingin kumakan saja di bulan
Garis-garis antara hitam dan putih jelas Memisahkan antara kasih dan marah
Kepasrahan tanggung
Selalu berharap-harap akan asa yang tak kunjung datang
Wahai kau yang tertawa
Pluto...
Masih bolehkah aku menggambar tentang mu?
Liar melawan rotasi galaksi
Aku berjanji ingin menjemputmu
Di kesunyian kejam pluto
Dahi yang kecil, sempit
Pongah dengan kegagahan nama dewa semedi
Tapi dasar pluto
Si besi berbalut kedinginan selalu jalan di jalanmu
Kau tahu venus?
Aku telah berusaha menyeretmu ke hadapan hangatnya mentari
Dewi venus, si kejora yang selalu menggoda dikala subuh dan senja
Ia dahulu bernama Zuhrah, sebelum si yunani merubah putri cantik jadi dewa keseksian
Venus menampakkan tahta sensual ketika senja disiram hujan selayang, ditemani pelangi
Semua pasti termagu
Bolehkah aku mengatakan bagian venus dari dirimu?
Menurutmu
Bagian mana dari wajahmu yang paling seksi?
Ah, jangan kura kura dalam perahu
Tentu, aku juga si jahanam itu
Menggertak kebinatangan laki-laki jahanam
Bagian itu mengintimidasi setiap pria
Kau tahu saturnus?
Venusmu kuat menggoda
Oke, cukup kau basahi bibirmu
Biar aku terpana, betapa seksinya dirimu
Si gelang-gelang yang menari
Di antara kegelapan galaksi
Dia selalu menari
Aku mengangguminya
Dagumu,
Teruslah merdeka,
Biar kulukis engkau dengan keindahanmu
Ingin kujadikan mainan
Ketika terbangun dari lamunan
Bukittinggi, 21/8/2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?