PASURUAN | JATIMSATUNEWS.COM: Menutup rangkaian kegiatan akhir tahun, Ketua Majelis Dikdasmen PDM Kota Pasuruan, Mokhamad Fatoni, memberikan tanggapan dan refleksi mendalam atas pelaksanaan capacity building Pimpinan Majelis Dikdasmen dan Lembaga PDM Kota Pasuruan yang digelar awal Desember lalu. Menurutnya, penguatan kepemimpinan sekolah menjadi kebutuhan mendesak di tengah dinamika dan tantangan dunia pendidikan yang kian kompleks.
Kegiatan capacity building yang dilaksanakan di Aula Hotel Nasional Kota Pasuruan pada 3 Desember 2025 tersebut menghadirkan Phonny Aditiawan Mulyana, Ketua BAN Provinsi Jawa Timur sekaligus Wakil Sekretaris Dikdasmen PWM Jatim, dengan materi utama tentang leadership, pengelolaan ego, serta pengambilan keputusan strategis dalam lembaga pendidikan.
Fatoni menilai, materi yang disampaikan tidak hanya bersifat konseptual, tetapi relevan dengan realitas kepemimpinan sekolah Muhammadiyah saat ini. “Kepemimpinan sekolah tidak cukup hanya kuat secara struktural, tetapi harus matang secara cara berpikir dan bijak dalam mengambil keputusan,” ujarnya, Selasa (31/12/2025).
Ia menyoroti pentingnya pemahaman tentang eco-system dan ego-system dalam kepemimpinan pendidikan. Menurutnya, banyak persoalan di sekolah berawal dari keputusan pimpinan yang terlalu dipengaruhi ego personal dan kurang mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem sekolah secara menyeluruh.
“Sekolah itu ekosistem hidup. Ada guru, tenaga kependidikan, siswa, wali murid, masyarakat, dan lingkungan fisik. Ketika keputusan hanya berpijak pada ego pimpinan, maka yang terganggu bukan satu orang, tapi seluruh sistem,” tegas Fatoni.
Fatoni juga mengapresiasi penekanan konsep second order thinking yang disampaikan narasumber. Ia menilai pendekatan tersebut sangat penting untuk membentuk pemimpin sekolah yang visioner dan berorientasi jangka panjang. “Pemimpin harus berpikir bukan hanya hari ini, tapi dampaknya lima atau sepuluh tahun ke depan,” tambahnya.
Menanggapi konsep Power Trilemma—relasi antara leadership, powership, dan followership—Fatoni menilai bahwa keseimbangan menjadi kunci utama. Ia mengingatkan agar pimpinan sekolah tidak terjebak pada gaya kepemimpinan otoriter, namun juga tidak kehilangan arah karena terlalu permisif.
“Pemimpin sekolah Muhammadiyah harus adaptif. Ada kalanya tegas, ada saatnya memberi ruang partisipasi. Semua tergantung situasi dan kondisi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Fatoni menyebut penggunaan Eisenhower Matrix dalam pengambilan keputusan sebagai bekal penting bagi kepala sekolah dan pimpinan lembaga. Menurutnya, kemampuan memilah mana yang penting dan mendesak akan menentukan efektivitas kepemimpinan di sekolah.
“Banyak pemimpin lelah bukan karena terlalu banyak pekerjaan, tapi karena salah menentukan prioritas. Ini yang ingin kita benahi melalui penguatan kapasitas pimpinan,” ungkapnya.
Sebagai informasi, kegiatan capacity building ini merupakan agenda ketiga dari rangkaian Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Muhammadiyah Kota Pasuruan 2025. Sebelumnya, Rakerda telah digelar dengan tema keuangan pada 25 November, program kerja pada 28 November, dan akan ditutup dengan agenda kepemudaan bersama Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) pada 13 Desember 2025.
Menutup pernyataannya di penghujung tahun 2025, Fatoni berharap hasil dari kegiatan ini tidak berhenti pada forum diskusi, tetapi benar-benar diimplementasikan di masing-masing lembaga pendidikan Muhammadiyah. “Akhir tahun ini menjadi momentum refleksi. Tahun depan, kepemimpinan sekolah harus lebih matang, kolaboratif, dan berorientasi pada kemajuan bersama,” pungkasnya. Ans



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?