Banner Iklan

Siklon Senyar Hantam Sumatra, DPD Lia Istifhama Ajak Indonesia Bersatu dalam Doa

Muh. Rahmani Hafidzi
28 November 2025 | 15.39 WIB Last Updated 2025-11-28T09:38:50Z

DPD RI Lia Istifhama mengajak doa bersama bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk Sumatra

Surabaya, JATIMSATUNEWS.COM | Duka mendalam menyelimuti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Hujan ekstrem akibat Siklon Tropis Senyar mengubah rumah menjadi puing, jalan menjadi aliran lumpur, dan malam-malam warga dipenuhi kecemasan. Ribuan keluarga terpaksa meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempat mereka berteduh, memeluk anak-anak mereka erat-erat di tengah dinginnya tenda pengungsian.

Di tengah kabar pilu ini, Anggota DPD RI Lia Istifhama menyejukkan bagi seluruh masyarakat Indonesia doa bersama untuk Sumatra.

“Semoga Allah memberikan kekuatan, keselamatan, dan ketabahan kepada seluruh saudara kita di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat,” tutur Ning Lia penuh empati.

Senator Cantik asal Jatim itu menegaskan musibah ini bukan hanya duka daerah, melainkan duka bangsa. Bencana tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik. Ribuan rumah rusak, akses jalan terputus, dan warga harus hidup dalam ketidakpastian. Namun, semangat saling menjaga terlihat begitu kuat. Relawan terus berdatangan, warga berbagi makanan seadanya, dan doa-doa mengalir dari seluruh penjuru Indonesia.

“Ketika satu wilayah tertimpa bencana, seluruh Indonesia merasakan. Ini menunjukkan bahwa kita bangsa yang kuat, yang tak pernah meninggalkan saudaranya,” ujar Ning Lia, putri KH Maskur Hasyim tersebut.

Menurut Ning Lia, bencana ini harus menjadi titik balik bagi kesadaran kolektif dalam memperbaiki hubungan manusia dengan alam.

“Setiap musibah mengajarkan kita pentingnya menjaga bumi dan membangun mitigasi bencana yang lebih kuat. Indonesia harus melangkah ke depan dengan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan,” kata perempuan yang beberapa waktu ini mendapat DetikJatim Award 2025 tersebut.

Ning Lia mengungkap transisi energi bukan hanya soal teknologi, tetapi soal keadilan hidup generasi mendatang. Subsidi energi fosil harus perlahan dialihkan ke energi bersih seperti surya, angin, dan air. Masyarakat juga perlu diberi ruang untuk memanfaatkan energi terbarukan secara mandiri.

Ning Lia yang juga Keponakan Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa itu mengatakan,untuk mendoakan Sumatra menjadi pengingat bahwa dalam setiap bencana, ada tangan-tangan yang saling menguatkan. “Mari kita doakan, bantu, dan kuatkan saudara-saudara kita. Duka mereka adalah duka kita. Kebangkitan mereka adalah kebangkitan Indonesia,” tutup Ning Lia.

Sebelumnya, berdasarkan BMKG, menyebut Siklon Tropis Senyar sebagai pemicu utama cuaca ekstrem ini. Bibit Siklon 95B berubah menjadi siklon pada 26 November 2025, memicu banjir besar dan longsor di berbagai wilayah.

Peneliti BRIN Erma Yulihastin menyebut kejadian ini sebagai fenomena “hampir tak pernah terjadi” di sekitar khatulistiwa.  Namun fenomena alam bukan satu-satunya faktor. Walhi mengingatkan bahwa kerusakan lingkungan dan industri ekstraktif memperburuk dampaknya.

Sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumut, Riau, dan Sumbar kini berada dalam status waspada cuaca ekstrem. Di Sibolga, belasan kelurahan dari Angin Nauli hingga Pasar Belakang termasuk kawasan rawan longsor.

Survei UNDP menunjukkan 60% masyarakat kini makin khawatir akan dampak krisis iklim, dan 86% berharap pemerintah memperkuat upaya penanganannya.

BNPB juga mencatat peningkatan signifikan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor dalam beberapa tahun terakhir.

Suhu ekstrem, perubahan cuaca tak menentu, hingga gagal panen dan krisis air mengindikasikan bahwa krisis iklim bukan lagi peringatan, tetapi kenyataan sehari-hari.

Pemerintah telah menyusun strategi adaptasi seperti sistem peringatan dini, Sekolah Lapang Iklim, hingga rencana transisi energi. Namun, RUPTL 2025–2034 masih mencantumkan penambahan PLTU batu bara 6,3 GW dan gas 10,3 GW—kebijakan yang dinilai banyak pihak dapat memperlambat peralihan ke energi bersih.

Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang menargetkan peningkatan energi surya hingga 32% pada 2060. Meski demikian, sejumlah pasal masih mempertahankan subsidi energi fosil yang bisa menahan laju energi terbarukan. (*)


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Siklon Senyar Hantam Sumatra, DPD Lia Istifhama Ajak Indonesia Bersatu dalam Doa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now