Banner Iklan

Merawat Tradisi Merawat Indonesia; Belajar dari Tengger

Anis Hidayatie
15 November 2025 | 13.40 WIB Last Updated 2025-11-15T06:40:28Z


Merawat Tradisi Merawat Indonesia; Belajar dari Tengger


JAKARTA | JATIMSATUNEWS.COM: Hanya berselang empat bulan dari penyelenggaraan Pulang Kampung Tradisi (PKT) ke-5, Perempuan Penyair Indonesia (PPI) menggelar Festival Perempuan Penyair Indonesia (PPI) yang perdana. Berlangsung di Ruang Serbaguna Lantai 4 Perpustakaan Nasional Jakarta, Sabtu, 15 November 2025 pukul 09.00-17.00 WIB. Dibuka oleh Kepala Perpustakaan Nasional Prof. E. Aminudin Aziz, MA, Ph.D yang diwakilkan Juli Nainggolan Ketua Kelompok Jasa Informasi dan Referensi Digital.

Ada tiga agenda inti yang meramaikan Festival PPI kali ini yakni Diskusi dan Peluncuran Buku Antologi Puisi Susur Sisir Tengger, Pameran Karya PPI, dan Pertunjukan Puisi. Festival dalam sehari itu dihelat PPI sebagai event baru yang akan digelar PPI setiap tahun. 


Dalam agenda pertama terkait dengan buku antologi puisi PPI yang berjudul Susur Sisir Tengger, judul yang sama dengan PKT ke-5 yang digelar PPI pada 11-13 Juli 2025 di Ngadas, sebuah desa di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Ngadas adalah desa adalah sebuah desa yang merupakan salah satu dari 36 desa Suku Tengger yang tersebat di empat kabupaten/kota. 


Dari situlah, 25 peserta PKT yang merupakan anggota PPI menuliskan puisi-puisi yang merupakan hasil pulang kampung untuk terjun lebih dekat dan melakukan penelitian tentang tradisi yang berkembang di masyarakat Ngadas, utamanya. Selain di Ngadas, puisi-puisi itu dihasilkan dari pulang kampung ke wilayah Malang Raya yakni kota dan kabupaten dan kota.


Dimulai di kota di Rumah Cengger Ayam, workshop Menulis Puisi Berbasis Tradisi dan Riset bersama penyair dan pendiri Rini Intama di Rumah Budaya Ratna, menyaksikan Padhang Bulan di Mesem Cafe and Art Gallery di Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, menginap di Padepokan Seni Mangun Dharmo di Dusun Kemulan. Esok harinya atau hari kedua PPI menghelat Pergelaran Seni Budaya untuk memadukan elemen tradisi di tempat yang didirikan oleh Ki Soleh Adi Pramono, seorang pelestari wayang topeng.


Pada hari ketiga, PKT diisi dengan mengunjungi Candi Jago setelah melihat Candi Kidal dan Candi Singosari pada hari sebelumnya. Lalu ditutup manis dalam teras Sastra Perempuan Indonesia di Rendezvous Kalimetro. Dalam PKT itu pula PPI membedah karya buku puisi Nyulam Kata di Tanah Lada atau diluncurkan kembali setelah dilakukan di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Jakarta, 10 Juli 2025.


Dari serangkaian agenda PKT itulah, buku hasil pulang kampung di Malang raya diluncurkan. Dibahas dengan diskusi bersama Annisa Rengganis SIP, MA selaku Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional; Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan BRIN Dr. Sastri Sunarti MHum; psikologi Indonesia pegiat komunitas Kompeter dan Rumah Sunting serta antropolog Muhammad Ade Putra; dan perwakilan anggota PPI, peserta PKT #5, penulis buku Susur Sisir Tengger, jurnalis Heti Palestina Yunani.


Menurut Kunni Masrohanti, Ketua PPI, peluncuran buku itu menegaskan bahwa komitmen PPI untuk terus berkarya dalam bentuk puisi. sama diketahui puisi adalah ruang kejujuran dan keberanian dalam menuturkan batin

manusia. Melalui puisi, perempuan menceritakan kisahnya: tentang cinta, luka,

perjuangan, dan kebijaksanaan. 


Sepanjang waktu, penyair perempuan Indonesia terus menulis, menembus sekat geografis dan sosial, menegaskan eksistensinya sebagai penjaga bahasa dan hati nurani. Festival Penyair Perempuan Indonesia hadir sebagai ruang perjumpaan penyair, perayaan karya, dan apresiasi sastra Indonesia.


Khusus terkait buku, PPI meluncurkannya sebagai sebuah dokumentasi

perjalanan kreatif yang bertanggung jawab karena karya yang dihasilkan berdasarkan penelitian. Apa yang dikerjakan oleh peserta PKT harus menjadi dasar untuk berkarya. Buku tersebut juga membuktikan bahwa upaya PPI untuk merawat tradisi adalah langkah yang harus dipertahankan sebagai ciri khas PPI yang ingin merawat Indonesia.  

Selain menjadi ajang peluncuran buku antologi puisi Susur Sisir Tengger, festival ini menampilkan pameran karya dan pertunjukan puisi dari berbagai penyair perempuan tanah air. Acara ini diharapkan menjadi momentum kolaboratif antara seniman, pelajar, pembaca, dan masyarakat untuk terus menumbuhkan apresiasi terhadap puisi dan peran perempuan di dalamnya.

Dijelaskan Ketua Panitia Devie Matahari, acara ini bertujuan menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya karya penyair perempuan Indonesia. Memberikan ruang bagi para penyair perempuan untuk menampilkan karya dan gagasannya. Mendorong dialog lintas generasi antara sejarawan, sejarawan, dan pegiat budaya. Menjalin jejaring komunitas sastra perempuan di tingkat nasional.

Selain dihadiri anggota PPI sendiri dari berbagai daerah di beberapa provinsi, acara tersebut diramaikan oleh beberapa komunitas sastra dan budaya, sejarawan, pelajar, pelajar, serta masyarakat umum pemerhati seni-budaya. “Kami berharap festival ini dapat terlaksana sebagai agenda tahunan yang berdampak positif bagi perkembangan sastra, khususnya puisi perempuan di Indonesia, serta menjadi upaya PPI dalam merawat tradisi untuk merawat Indonesia,” tegas Devie. (Ans)


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Merawat Tradisi Merawat Indonesia; Belajar dari Tengger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now