Banner Iklan

Mengajar dengan Hati: Kisah Bu Nuriyati, Guru SD yang Tak Pernah Lelah Belajar

Admin JSN
21 November 2025 | 10.41 WIB Last Updated 2025-11-21T03:41:09Z


FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Seorang perempuan berkerudung coklat muda tampak berjalan pelan di jalan kampung yang lengang di pagi hari. Di tangan kirinya tergenggam buku-buku pelajaran, sementara tangan kanannya memegang tas di bahunya. Setiap pagi, langkahnya menuju SD Negeri Siwalankerto, sekolah kecil yang jaraknya hanya setengah kilometer dari rumah. Dialah Nuriyati, 50 tahun, guru sekolah dasar yang sudah hampir seperempat abad mengabdikan diri tanpa status pegawai negeri sipil.

“Kalau jalan kaki begini, saya bisa sambil menyapa tetangga, sambil bersyukur masih kuat bekerja,” ujarnya saat ditemui di depan sekolah, Jumat, 7 November 2025.

Bu Nuriyati mulai mengajar sejak berusia 26 tahun. Ia diterima sebagai guru honorer pada 2001, dengan gaji yang hanya cukup menghidupi keluarga per bulan. “Waktu itu belum ada istilah PPPK,” kenangnya. “Pokoknya saya mengajar karena senang melihat anak-anak belajar membaca.”

Dua puluh empat tahun berlalu, ia kini menyandang status pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K). Namun gajinya masih jauh dari cukup untuk membiayai keempat anaknya yang sedang menempuh pendidikan. “Dua anak saya sekarang kuliah di jurusan pendidikan, satu SMA, dan yang bungsu masih kelas empat SD,” katanya sambil tersenyum bangga.

Di rumahnya yang sederhana, bertempat di pojok gang Melati, tumpukan buku pelajaran dan kertas latihan anak-anaknya berserakan di meja ruang tamu. “Kalau malam, kadang kami belajar bersama, dibantu dengan anak saya yang sulung” ujarnya. “Saya koreksi tugas murid, anak-anak belajar untuk ujian. Kami sama-sama pejuang pendidikan.”

Sejak dulu, Nuriyati terbiasa hidup hemat. Ia menolak berhenti mengajar meski rintangan selalu menghampirinya. “Sudah tiga kali saya coba,” katanya. “Mungkin belum rezekinya. Tapi saya yakin, status bukan segalanya.”

Dalam kesehariannya, ia dikenal sabar dan sederhana. Murid-muridnya kerap datang ke rumah hanya untuk meminta bantuan mengerjakan PR. “Bu Nur itu baik banget, nggak pernah marah,” kata Fathina, siswi kelas tiga. “Kalau kami lupa bawa buku, beliau pinjamkan punyanya sendiri.”

Di ruang kelas, Nuriyati mengajar dengan papan tulis kecil dan spidol yang mulai pudar. Suaranya lembut tapi tegas, memanggil satu per satu murid untuk maju menulis. “Anak-anak ini seperti anak saya sendiri,” tuturnya. “Saya ingin mereka tumbuh percaya diri.”

Bagi Nuriyati, mengajar adalah bentuk pengabdian. Ia tidak menyesal tetap menjadi guru meski belum diangkat PNS. “Saya sudah diberi kepercayaan mendidik anak-anak bangsa. Itu sudah cukup,” katanya dengan mata berbinar.

Sebelum bel pulang berbunyi, ia menutup pelajaran dengan satu kalimat yang selalu diulangnya setiap hari:

Jangan takut bermimpi. Mimpi bisa digapai jika kita mengusahakannya.

Anak-anak pun serempak menjawab, “Siap, Bu Guru!”

---

Cayya Nan Jingga
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mengajar dengan Hati: Kisah Bu Nuriyati, Guru SD yang Tak Pernah Lelah Belajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now