![]() |
| Anggota DPD RI Provinsi Jawa Timur, Lia Istifhama mengingatkan pentingnya pendidikan sebagai wadah penumbuhan moral dan cinta damai terhadap anak./dok. Lia Istifhama Center |
SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM - Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama turut menanggapi isu tentang anak menjadi obyek kerusuhan dalam demonstrasi yang sempat merebak pada akhir Agustus lalu.
Ning Lia, sapaannya, menilai fenomena ini menunjukkan adanya krisis keteladanan dan lemahnya peran pengasuhan sosial, termasuk dari lembaga pendidikan. Ini sebabnya, ia menyoroti pentingnya peran guru sebagai 'orang tua kedua' bagi para siswa.
Menurut Ning Lia, situasi sosial yang membuat anak-anak mudah terprovokasi tidak bisa dilepaskan dari pola pendidikan yang kurang menekankan pembangunan karakter dan moralitas.
"Kalau anak-anak mudah diracuni hoaks dan ujaran kebencian, artinya sistem pendidikan kita belum sepenuhnya menguatkan fondasi moral mereka," ungkap Lia Istifhama, penyandang Wakil Rakyat Terpopuler dan Paling Disukai di Jatim versi ARCI tersebut.
Maka dari itu, Lia berharap langkah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang mulai melakukan relaksasi beban administrasi guru, yakni dengan pelaporan kinerja yang kini hanya dilakukan setahun sekali.
Menurutnya, keterlibatan anak-anak dalam kerusuhan menjadi sinyal darurat sosial yang perlu dijawab dengan kebijakan pendidikan dan pengasuhan yang lebih manusiawi. "Mendidik anak bukan hanya soal akademik, tapi menumbuhkan moral dan rasa cinta damai," tegas Ning Lia.
Sebelumnya, Menteri PPPA mengungkap adanya banyak anak di bawah umur yang dijadikan obyek kerusuhan. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi mengatakan bahwa sebagian anak ternyata dimobilisasi dengan dalih menghadiri konser musik dan pertandingan sepak bola.
Namun, mobilitas massa tersebut justru mengarah ke demonstrasi yang berujung kerusuhan.
"Beberapa anak di Jawa Tengah diajak menggunakan kendaraan, katanya mau nonton konser. Tapi ternyata mereka diturunkan di lokasi demo," beber Arifah dalam Focus Group Discussion (FGD) pada Selasa lalu (4/11).
Agenda FGD tersebut bertajuk 'Sinergi Antar Lembaga untuk Terlindunginya Hak-hak Anak yang Berhadapan dengan Hukum'.
Pada FGD tersebut turut menyoroti gelombang demonstrasi yang berujung kerusuhan di berbagai daerah. Termasuk di Jawa Timur yang kemudian menimbulkan luka mendalam bagi banyak pihak.
Bahkan, salah satu simbol sejarah, Gedung Negara Grahadi Surabaya turut menjadi sasaran pembakaran oleh massa pada Sabtu (30/9) malam.
Selain Grahadi, sejumlah gedung bersejarah lain juga ikut terdampak. Publik pun ramai membicarakan adanya provokator yang memanfaatkan situasi untuk memperkeruh keadaan.
Di Cirebon, Arifah juga mengatakan sejumlah anak dibawa ke lokasi kerusuhan tanpa mengetahui apa yang terjadi. "Mereka datang hanya untuk menonton. Namun, ada orang tak dikenal yang memprovokasi dan menyuruh mereka menjarah. Salah satu anak bahkan dipaksa membawa kursi besar dari gedung yang terbakar," ungkapnya lagi.
Apa yang diungkap Arifah berkorelasi dengan beberapa dokumentasi yang beredar di media sosial.
Salah satu akun media sosial, @_gladhys, bahkan membagikan video yang memperlihatkan sosok misterius berjaket ojek online menyalakan obor di lokasi kejadian. Netizen menduga sosok itu bukan pengemudi ojol sungguhan.
Aktivis Ferry Irwandi melalui akun Instagram @irwandiferry juga mengungkap beberapa akun X (Twitter) yang diduga menjadi 'dalang digital' dalam provokasi massa. Diantaranya @Tekarok007, @Heraloebss, @Mas_Veel, dan @Ndrewstjan.
Pada prosesnya, Polda Metro Jaya telah menetapkan Delpedro Marhaen sebagai tersangka penghasutan yang berujung tindakan anarkistis.
Melihat kejadian inilah membuat Senator Lia yang baru saja memenangkan detikJatim Awards 2025 di Malang (5/11), mengingatkan pentingnya kesadaran bersama dalam ruang lingkup pendidikan sebagai salah satu wadah pembentukan moral dan pemahaman anak terhadap kedamaian. ***
Editor: YAN



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?