Peduli Pendidikan Inklusi, Ning Lia Istifhama Kunjungi UPT SDN 13 Gresik
Alunan Angklung, Senyum Anak Inklusi, dan Harapan Baru untuk Pendidikan yang Setara
GRESIK – Sentuhan kehangatan dan kepedulian terasa kuat saat Anggota DPD RI, Dr. Lia Isthifama, M.E.I., atau yang akrab disapa Ning Lia, mengunjungi UPT SDN 13 Gresik pada Rabu (19/11). Kunjungan ini bukan sekadar agenda formal, tetapi wujud nyata kepedulian seorang senator perempuan asal Jawa Timur terhadap masa depan pendidikan inklusi.
Sejak memasuki halaman sekolah, sambutan meriah sudah menanti. Alunan angklung dari siswa-siswi kelas inklusi menggema indah, menciptakan suasana haru sekaligus penuh kebanggaan. Ning Lia pun langsung larut dalam keakraban, menyapa para siswa satu per satu.
Di sinilah berbagai momen menghangatkan hati terjadi. Ning Lia terlihat begitu tersentuh saat berkomunikasi dengan Keysha, siswa tuna rungu penuh semangat. Ia juga dibuat terkesima oleh Andra, anak inklusi yang fasih berbicara bahasa Inggris. Lebih mengejutkan lagi, salah satu siswa bernama Arya ternyata sudah memiliki kanal YouTube sendiri.
Interaksi hangat itu semakin lengkap ketika seorang siswa polos bertanya, “Siapa Ning Lia? Apa pekerjaannya?”
Dengan senyum lembut, Ning Lia menjawab,
“Ini adalah amanah yang dititipkan kepada saya selaku DPD RI. Tugas saya adalah sering terjun ke masyarakat untuk mendengar dan memperjuangkan aspirasi.”
Tak hanya berinteraksi, Ning Lia juga mengajak siswa melafalkan Rukun Iman dan mensosialisasikan pentingnya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai upaya mendukung tumbuh kembang anak.
Soroti Keterbatasan Fasilitas dan Pentingnya Sinergi Guru–Orang Tua
Dalam sesi bersama komite sekolah dan paguyuban wali murid, Ning Lia menekankan bahwa pendidikan inklusi memerlukan kerja sama kuat antara guru, GPK, dan orang tua. Ia mengungkapkan fakta lapangan yang cukup memprihatinkan.
“Dari 28 pendaftar, hanya 5 siswa ABK yang dapat diterima karena keterbatasan anggaran dan fasilitas. Ini menunjukkan betapa berat tantangan sekolah inklusi saat ini,” tegas Ning Lia.
Ia menambahkan bahwa pembangunan tidak boleh hanya berfokus pada fisik, tetapi juga harus menyentuh pelayanan non-infrastruktur, terutama peningkatan kualitas SDM.
“GPK di sini ada lima orang, tetapi mereka menghadapi kompleksitas luar biasa karena setiap anak memiliki kebutuhan berbeda. Saya memohon kepada Bapak Presiden agar mengkaji ulang kebijakan ini demi pemenuhan hak pendidikan anak-anak istimewa ini," ujar keponakan Khofifah Indar Parawansa itu.
Keluhan Sekolah: Rujukan Inklusi dengan Sarana Terbatas
Kepala UPT SDN 13 Gresik, Sri Endriana, M.Pd, mengapresiasi kunjungan Ning Lia sekaligus menyampaikan keluhan mendasar.
“Kami menjadi sekolah rujukan pendidikan inklusi. Namun karena keterbatasan sarana dan prasarana, dengan berat hati kami hanya bisa menerima lima siswa ABK dari banyak pendaftar,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung dampak pengalihan kewenangan dari Pemprov ke Pemkab yang berimbas pada berkurangnya anggaran untuk layanan inklusi.
Harapan Baru untuk Anak-anak Istimewa
Kunjungan Ning Lia ke UPT SDN 13 Gresik bukan hanya menyisakan senyum bagi para siswa, tetapi juga membawa harapan agar akses pendidikan inklusi yang layak dan setara dapat semakin diperjuangkan. Dengan komitmen yang kuat dan suara dari daerah, besar harapan perubahan kebijakan dapat segera terwujud demi masa depan anak-anak istimewa Indonesia.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?