Banner Iklan

Hakikat Guru Menurut Imam Ibn Athoillah al-Askandarī

30 Oktober 2025 | 12.47 WIB Last Updated 2025-10-30T05:47:24Z

 

Scroll-scroll media sosial, saya menemukan catatan dawuh KH. Abdul Karim Lirboyo yang menyatakan: “"jangan pernah membicarakan guru meskipun berbuat salah. paksalah dirimu bersikap dan berakhlak sebaik mungkin kepada guru, walaupun hal tersebut terasa berat". Penasaran kenapa tidak boleh membicarakan guru? Apakah karena guru adalah penghantar ilmu yang menjadi cahaya Allahkah? Guru yang seperti apakah yang dimaksud dari dawuh Kyai Abdul Karim ini?

Imam Ibn Athoillah al-Askandarī, seorang sufi besar dari Mesir abad ke-13 yang terkenal dengan kitab Al-Hikam (Kebijaksanaan), memberikan pemahaman mendalam tentang hakikat guru yang jauh melampaui sekadar peran guru sebagai pengajar formal. Dalam rangkaian kalimat tajam dan penuh makna, beliau menguraikan bahwa guru sejati bukan hanya seseorang yang kata-katanya sekadar didengar dan diingat, melainkan sosok yang mampu mentransformasikan batin dan jiwa murid melalui ilmu, akhlak, dan kehadiran spiritual. Ia mengenalkan muridnya kepada sang Pencipta bukan sekedar memindahkan ilmu dari otaknya ke otak murid.

Imam Ibn Athoillah mengatakan:

ليس شيخك من سمعت منه وإنما شيخك من أخذت عنه
Guru sejati bukan sekadar orang yang suaranya didengar, melainkan yang dari dirinya diambil hikmah dan akhlak.​

ليس شيخك من واجهتك عبارته وإنما شيخك الذى سرت فيك إشارته
Bukan yang sekadar membimbing melalu kata-kata, tapi yang ikut tersusup isyarat dan petunjuknya ke dalam sanubari murid hingga menyentuh batin.​

وليس شيخك من دعاك الى الباب وإنما شيخك الذى رفع بينك وبينه الحجاب
Guru sejati adalah pembuka hijab atau penghalang antara murid dengan hakikat ilmu dan ma'rifat, bukan sekedar mengantar sampai ke pintu saja.​

ليس شيخك من واجهك مقاله وإنما شيخك الذى نهض بك حاله
Guru yang hakiki adalah yang kehadirannya membangkitkan jiwa dan semangat dalam diri murid, bukan sekadar kata-kata.​

شيخك هو الذى أخرجك من سجن الهوى و دخل بك على المولى
Seorang guru spiritual adalah pembawa murid dari penjara hawa nafsu menuju kedekatan dengan Tuhan.​

شيخك هو الذى مازال يجلو مرآة قلبك حتى تجلت فيها انوار ربك
Guru sejati selalu berusaha menjernihkan cermin hati murid supaya cahaya Ilahi dapat tampak bersinar dalam dirinya.​

Guru Sejati Selalu Menyisipkan Murid-Muridnya Dalam Doa

Pernyataan Imam Ibn Athoillah tersebut mencerminkan prinsip dasar ajaran tasawuf tentang hubungan guru-murid (murshid dan murid) yang bersifat batiniah, integral, dan transformatif. Di dalam tasawuf, guru bukan hanya pengajar ilmu pengetahuan atau agama secara lahir, tetapi juga pembimbing spiritual yang membukakan pintu ma'rifat dan membersihkan batin murid menuju kesempurnaan iman.

Kitab Taysir al-Khallaq fi Akhlaq al-Mu’allim wal Matlub karya Syekh Hafizh Hasan Al-Mas’udi, ulama besar Al-Azhar, memperkuat konsep guru sebagai sosok pembimbing yang membangun akhlak dan membawa murid ke tingkat kesempurnaan ilmu serta moralitas.

Di bab kedua, Adab al-Mu’allim, disebutkan bahwa guru adalah penuntun yang membantu murid meraih kesempurnaan ilmu dan pengetahuan (tilmidzi ila ma yakunu bihi kamaluhu min al-‘ulumi wal ma’arifi).​

Syekh Al-Mas’udi menegaskan bahwa guru tidak cukup hanya sekadar menyampaikan materi, tetapi harus punya komitmen untuk membentuk akhlak mulia dan memandu perkembangan spiritual murid secara menyeluruh.​

Hal ini menegaskan kesesuaian pemikiran Ibn Athoillah dengan perspektif pendidikan Islam yang menyatukan aspek intelektual dan akhlak.

Pandangan Imam al-Ghazali tentang Guru

Imam al-Ghazali, dalam karya monumentalnya Ihya' Ulum al-Din, menempatkan guru pada posisi sangat mulia sebagai sosok yang menyempurnakan, mensucikan, dan menjernihkan hati murid sehingga mereka dapat mendekat kepada Allah.

Menurut al-Ghazali, guru tidak hanya mengajarkan ilmu secara formal, tetapi juga menjadi pembimbing yang memurnikan batin dan membentuk karakter spiritual murid. Guru adalah kunci suksesnya perjalanan menuju akhirat.​

Al-Ghazali bahkan menegaskan bahwa mengajarkan ilmu dan membimbing manusia adalah pekerjaan yang sangat mulia dan merupakan bentuk ibadah dan amanah yang besar di hadapan Allah.​

Ia menekankan hubungan batin dan kepercayaan mendalam antara guru dan murid, agar murid menerapkan ilmu bukan sekadar secara lahir, tapi pada batin yang penuh kesadaran dan takwa.​

 

Kajian Modern tentang Peran Guru Spiritual

Penelitian kontemporer menegaskan bahwa peran guru dalam pendidikan spiritual Islam mencakup dimensi yang melampaui pengajaran intelektual, yaitu pembimbing moral dan spiritual yang membawa perubahan menyeluruh pada murid.

Dalam jurnal pendidikan Islam, guru dianggap sebagai sosok yang bertanggung jawab membentuk karakter, akhlak mulia, dan spiritualitas murid secara holistik, bukan sekadar mentransfer ilmu kognitif.​

Studi psikospiritual juga menemukan pentingnya karisma dan keberkahan (barakah) guru yang dirasakan secara langsung oleh murid untuk menciptakan pengalaman spiritual yang autentik dan mendalam.​

Kesimpulan

Hakikat guru yang diajarkan oleh Imam Ibn Athoillah al-Askandarī menekankan bahwa guru sejati adalah pembimbing spiritual yang mampu mentransformasikan batin, membangkitkan semangat jiwa, dan membersihkan hati murid dari pengaruh hawa nafsu. Guru bukan hanya penyampai kata-kata, melainkan sosok yang hadir dengan keberkahan dan isyarat yang menyusup ke dalam jiwa.

Pandangan ini sesuai dengan tuntunan dari kitab Taysir al-Khallaq yang menegaskan fungsi guru sebagai pembentuk akhlak dan penuntun ke kesempurnaan ilmu serta pandangan Imam al-Ghazali yang mendudukkan guru sebagai pembimbing integratif untuk kemurnian hati dan kedekatan kepada Allah. Kajian modern pun memperkuat urgensi peran guru spiritual yang holistik dalam konteks pendidikan Islam.

 Tingginya peran guru dalam menghantar murid dalam mengenali Tuhannya inilah yang membuat seorang murid yang senantiasa dalam doa guru "tidak pantas" membicarakan keburukan guru atau menggunjingnya.

Referensi

Ibn Athoillah al-Askandarī, Al-Hikam​

Syekh Hafizh Hasan Al-Mas’udi, Taysir al-Khallaq fi Akhlaq al-Mu’allim wal Matlub, Darul Ulum Al-Azhar​

Imam al-Ghazali, Ihya' Ulum al-Din​



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Hakikat Guru Menurut Imam Ibn Athoillah al-Askandarī

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now