Banner Iklan

Kayukebek Desa Kesembilan Dinilai Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan, Disambut Mberot

Anis Hidayatie
03 September 2025 | 03.36 WIB Last Updated 2025-09-03T22:05:10Z


Kayukebek Desa Kesembilan Dinilai Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan, Seremonial di Bawah Rindang Kayukebek

PASURUAN| JATIMSATUNEWS.COM: Nuansa kental toleransi dan kearifan lokal kembali ditemui tim juri terdiri dari Plt Kasi Poldagri Titin dari Kesbangpol, Gus Bay Ketua FPK (Forum Pembauran Kebangsaan) Kabupaten Pasuruan sekaligus kader JPM Kader JPM (Jejaring Pancasila Mandala) BPIP ( Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), Sekretaris Pokja 3 Ayu ( Budi Rahayu) dan I is (Uswatun Hasanah) dari PKK Kabupaten saat melakukan penilaian Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan di Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur, pada Selasa (2/9/2025). 

Sejak kedatangan menginjakkan kaki sambutan hangat didapatkan. Mulai dari sapaan ramah para siswa SD hingga suguhan seni budaya khas dusun Ledok desa Kayukebek.

Berjajar, baris rapi saling berhadapan siswa-siswi sekolah dasar SDN Kayukebek melantunkan salam dalam lagu “Selamat pagi Bapak, selamat pagi Ibu kami ucapkan.” Para juri menyalami bocah-bocah sebelum memasuki area penjurian.


Berjalan kaki juri menuju lokasi, tari remo tunggal oleh perempuan biasa dipanggil Bu Sulastri menyambut. Sisa dari crew kesenian ludruk lokal Tri Ratna dari dusun Ledok sendiri yang pernah jaya di era tahun 80 sampai tahun 90an.
Di kanan kiri pagar betis wanita dan lelaki menyambut. Menyampaikan salam pada juri, berjabat tangan. Ada rumah sehat juga stand produk UMKM desa. Produk unggulan berupa udeng turut ditampilkan. 


Para juri lelaki mendapatkan sematan udeng karya UMKM warga setempat, langsung dari Camat Tutur, Hendi Chandra.


Di gapura masuk Gang Dadali Dusun Ledok, juri mendapat kesempatan menyaksikan produk UMKM makanan dan minuman. 


Patung Garuda dengan tulisan Pancasila bertengger di depan gang. Mendapatkan ertunjukan seni budaya Mberot, karya warga setempat. Juga ditunjukkan produk sayur khas dari desa Kayukebek. Para juri kemudian menyempatkan foto di depannya.


Para juri 
dan pejabat setempat dan warga foto bersama sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pura. Yel yel Salam 3 jari Persatuan Indonesia, salam 5 jari Pancasila dan Kayukebek Pasuruan, Kampung Pancasila menggema.


Tidak berhenti di situ sambutan juga menampilkan hasil bumi berupa buah, sayuran segar, serta produk olahan lokal seperti Kripik Gedebok dan pupuk eco enzym juga dipamerkan sebagai wujud kreativitas UMKM desa.


Acara berlanjut di halaman pura, yang menjadi pusat seremonial. Di bawah rindang pohon kebek yang melegenda, seluruh rangkaian acara berlangsung khidmat. Tim juri bersama para tokoh desa, mulai dari Kepala Desa Alif, Ketua Tim Penggerak PKK, hingga para pemangku adat duduk bersama menyaksikan penampilan koor lagu perdamaian yang dibawakan ibu-ibu Dusun Kedok.

Memberikan sambutan, Camat Tutur Hendi Chandra menegaskan pentingnya menjaga kerukunan umat beragama di Desa Kayukebek yang dihuni oleh mayoritas pemeluk Islam dan Hindu.

"Dalam keseharian, kerukunan selalu dijunjung tinggi. Baik umat Hindu maupun Islam terbiasa bergotong-royong. Pancasila benar-benar diamalkan di sini. Namun kita perlu waspada terhadap degradasi nilai, sebab kurang mengamalkan sila bisa membuat mudah terprovokasi. Harapan saya, hal ini tidak terjadi di Kabupaten Pasuruan,” tegasnya.


Sementara itu, salah satu juri, Ahmad Bayhaqi  Kadmi (Gus Bay), memberikan apresiasi atas kehangatan dan kreativitas masyarakat Kayukebek dalam menampilkan nilai-nilai Pancasila yang hidup dalam keseharian.

“Yang menjadi poin utama penilaian adalah unsur dekoratif, Garuda yang dicat kembali atau semacamnya. Disamping itu juga kearifan lokal. Contoh di sini ada roti dari aron dan bentul, seni budaya seperti mberot, hingga catatan sejarah lokal tentang pohon kebek. Semua itu bisa dicatat sebagai warisan berharga,” ujar Gus Bay.

Ia menegaskan, kearifan lokal adalah modal penting untuk menghidupkan kembali semangat Pancasila dari bumi Kayukebek.

“Juara itu bonus, yang utama adalah bagaimana masyarakat bisa terus menjaga nilai gotong royong, toleransi, dan keberagaman dari akar budaya mereka sendiri,” tambahnya.



Usai seremonial, perjalanan berujung pada kunjungan ke pura. Sebuah tempat yang menjadi pusat sembahyang masyarakat Hindu Kayukebek.

Nama Kayukebek sendiri memiliki kisah unik. Berasal dari sebuah pohon kebek yang dulu tumbuh di wilayah desa, pohon tersebut menjadi saksi perjalanan panjang masyarakat yang menjunjung tinggi gotong royong, toleransi, serta nilai-nilai kebersamaan. Dari akar sejarah inilah, Desa Kayukebek berkembang menjadi desa berbasis potensi lokal dan budaya yang terus menginspirasi.

Hadir pula dalam kesempatan ini para tokoh masyarakat, dukun desa, serta perangkat desa. Semua berbaur, menyatukan langkah dalam satu tujuan: mewujudkan Desa Kayukebek sebagai contoh nyata Kampung Pancasila yang berakar pada kearifan lokal sekaligus relevan untuk kehidupan masa kini. Ans





Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kayukebek Desa Kesembilan Dinilai Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan, Disambut Mberot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now