MALANG|JATIMSATUNEWS.COM - Suasana aula Korwil Dinas Pendidikan Kecamatan Sumbermanjing, pada Kamis (7/8/2025) pagi, mendadak penuh nuansa Jawa. Alunan tembang macapat bergema, silih berganti dinyanyikan para peserta dengan busana adat dan senyum percaya diri.
Bukan sekadar lomba, inilah misi nguri-uri budaya Jawa di tengah arus zaman yang serba digital. Sebanyak 51 SD mengirimkan perwakilan, mulai dari kepala sekolah, guru, hingga PTK untuk unjuk kebolehan melantunkan macapat dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-80.
Pamuji, Korwil Dinas Pendidikan Kecamatan Sumbermanjing, membuka acara dengan pesan yang menyentuh.
“Tembang macapat itu bukan cuma dinyanyikan, tapi harus dikejawantahkan dalam pribadi, siswa, dan keluarga. Dari sinilah etika, sopan santun, dan karakter mulia bisa kita tanamkan,” ucapnya.
Ia juga berpesan kepada peserta agar tidak minder atau grogi di hadapan dewan juri.
“Pasrahkan saja pada juri. Yang penting semangat melestarikan budaya,” tambahnya sambil mengucapkan terima kasih kepada juri, panitia, dan peserta.
Salah satu juri lomba, Ki Sungkowo, dalang senior sejak 1985, tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
“Alhamdulillah luar biasa. Meski masih banyak yang salah nada, tapi semangatnya itu yang penting. Sayang kalau nggak dibina. Kalau dibina, jelas joz,” ujarnya sambil tersenyum bangga.
Para Juara yang Membanggakan
Adapun pemenang lomba ini dari Kategori Putri ialah :
1. Catur Wuri – SDN 2 Tegalrejo
2. Galuh Ratna – SDN 4 Druju
3. Inda Setyowati – SDN 3 Tambakasri
Sedangkan pemenang Kategori Putra :
1. Sanimin – SD Anak Sholeh
2. Andik Irawan – SDN 1 Tegalrejo
3. M. Toha – SDN 1 Sumberagung
Jonathan, ketua panitia lomba sekaligus operator Korwil, Sabtu pagi ini di sekolah mengaku terharu melihat antusiasme peserta.
“Guru-guru muda ini luar biasa. Mereka belajar dari YouTube, bahkan langsung ke ahlinya. Saya harap event ini bisa digelar dua tahun sekali, dan ada pelatihan khusus macapat untuk guru,” katanya.
Ia menambahkan, banyak guru lulusan perguruan tinggi sekarang yang belum pernah mendapat pelajaran macapat, berbeda dengan lulusan SPG tempo dulu.
“Kalau guru punya modal ini, anak-anak bisa kenal macapat sejak dini,” tutupnya.
Tembang macapat bukan sekadar warisan, tapi jembatan nilai-nilai kehidupan untuk generasi mendatang. Dan pagi itu, di Sumbermanjing, semangat menjaga warisan itu terasa nyata.
Pewarta: Refan Purba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?