Sinergi Desa Brubuh, Bapak Kades Muhtarom beserta perangkat desa, dan Tim Program MMD Kelompok 49 UB tahun 2025 serta Dosen Pembimbing Lapang
Ngawi, 12 Juli 2025 — Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang yang tergabung dalam Program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025 menunjukkan kontribusi nyata dalam mendukung pembangunan desa yang berkelanjutan. Bertempat di Desa Brubuh, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, mereka menyelenggarakan pelatihan pengolahan limbah rumah tangga menjadi produk bernilai guna dalam program berjudul “JELAS” (Jelantah Lahir Jadi Sabun).
Diseminasi ini dilaksanakan pada Sabtu, 12 Juli 2025 sebagai bagian dari Program Pengabdian Masyarakat Strategis 2025 Universitas Brawijaya, dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta SDGs 9 (Industry, Innovation and Infrastructure) melalui inovasi teknologi tepat guna di tingkat desa.
Kegiatan ini diawali dengan sambutan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Dr. Eng. Elya Mufidah, S.Pi., M.P., yang menekankan pentingnya edukasi tentang bahaya minyak jelantah bagi kesehatan dan lingkungan.
“Minyak jelantah dapat menghasilkan senyawa berbahaya—misalnya radikal bebas dan akrilamida—yang dapat memicu berbagai penyakit, seperti gangguan pencernaan dan masalah jantung. Selain itu, pembuangan minyak jelantah secara sembarangan ke tanah atau saluran air dapat mencemari lingkungan dan merusak kehidupan makhluk hidup di sekitarnya,” tegas Bu Elya. Ia menambahkan, untuk dapur rumah tangga, minyak goreng sebaiknya dipakai maksimal 2-3 kali saja; setelah itu risikonya meningkat tajam seiring kenaikan kadar lemak trans dan senyawa polar. Pada skala usaha—seperti kedai atau usaha gorengan—penggantian wajib dilakukan ketika kadar Total Polar Compound (TPC) mencapai 25 % atau, bila tidak tersedia alat uji, setelah ± 6-8 jam pemanasan kontinu sebagai patokan praktis. “Karena itu, kelola minyak jelantah dengan bijak; jangan langsung dibuang. Olahlah menjadi produk bermanfaat—misalnya sabun—agar memberi nilai tambah tanpa merusak lingkungan.”
Kegiatan pembukaan bersama mahasiswa, DPL, dan warga Desa Brubuh
Bapak Muhtarom, selaku Kepala Desa Brubuh, memberikan apresiasi atas inisiatif baru yang sebelumnya masyarakat belum pernah mengenal pelatihan ini. Ketua PKK Desa Brubuh, Ibu Suciharti turut memberikan sambutan dan apresiasi atas pelaksanaan program ini. Beliau menyampaikan bahwa masyarakat sangat menyambut baik pelatihan seperti ini karena sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Kami sangat mendukung karena kegiatan ini sesuai dengan kebutuhan warga dan bisa membuka peluang usaha baru. Masyarakat kami suka mendapat ilmu baru terutama jika berkaitan dengan hal-hal yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga senang mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya seperti membuat sabun sendiri dari minyak bekas pakai,” tuturnya.
Serah Terima Alat Produksi
Setelah pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan alat produksi secara simbolis kepada perwakilan desa melalui Ketua PKK. Bantuan yang diberikan berupa alat penyaring minyak jelantah (Grease Trap Stainless Oil Filter), peralatan dan bahan pembuatan sabun, serta alat dan bahan pendukung lainnya. Penyerahan ini bertujuan mendukung keberlanjutan program dan mendorong kemandirian usaha warga. Kolaborasi antara PKK, pelaku UMKM, dan BUMDes diharapkan mampu memaksimalkan pemanfaatan alat ini sebagai sarana produksi yang ramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomi.
Penyerahan simbolis alat dan bahan kepada perwakilan desa melalui Ketua PKK oleh Dosen Pembimbing Lapangan
Demonstrasi Alat Penjernih Minyak Jelantah
Pada sesi pertama, Deni Putra Hendrawan memperkenalkan Grease Trap Stainless Oil Filter yaitu alat inovatif untuk menjernihkan minyak jelantah sebelum diolah kembali.
Alat ini berfungsi menyaring kotoran dari minyak bekas pakai agar minyak menjadi lebih bersih dan siap digunakan sebagai bahan dasar sabun. Dalam penjelasannya, Deni juga menekankan bahwa minyak jelantah tidak boleh dibuang sembarangan karena dapat menyumbat saluran air, mencemari tanah, dan membunuh mikroorganisme atau ikan di sungai.
“Selain mencemari lingkungan, minyak jelantah juga bisa menyebabkan bau tak sedap dan merusak saluran air rumah tangga,” jelas Deni.
Ia juga menegaskan bahwa meskipun sudah disaring, minyak tersebut tetap tidak boleh digunakan lagi untuk memasak.
“Minyak bekas yang sudah dipakai beberapa kali meskipun kelihatan jernih, tetap sudah rusak kualitasnya. Kalau digunakan untuk memasak lagi, bisa membahayakan tubuh, apalagi kalau dikonsumsi terus-menerus. Jadi, lebih aman kalau dijadikan sabun atau produk lain yang tidak dikonsumsi,” tambahnya.
Inovasi alat Grease Trap Stainless Oil Filter ini juga merupakan bagian dari upaya memperkenalkan teknologi tepat guna di desa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sekaligus mendukung pencapaian SDGs 9 (Industry, Innovation and Infrastructure).
Deni Putra Hendrawan mendemonstrasikan alat Grease Trap Stainless Oil Filter kepada peserta pelatihan
Pelatihan Pembuatan Sabun dari Minyak Jelantah
Selanjutnya, Dewi Maulidia memberikan pelatihan pembuatan sabun cair dan padat dari minyak jelantah yang telah disaring.Pelatihan berlangsung secara langsung dan praktik, diikuti dengan antusiasme tinggi dari peserta. Masyarakat sangat aktif bertanya mengenai beberapa hal teknis yang belum mereka pahami, seperti takaran bahan, fungsi masing-masing komposisi, dan perbedaan hasil antara sabun cair dan sabun padat.
Dewi menjelaskan setiap pertanyaan secara rinci dan sabar agar peserta dapat mengikuti dan memahami proses pembuatan dengan baik.
“Sabun dari minyak jelantah ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bisa menjadi peluang usaha baru yang menjanjikan,” ujar Dewi sambil mendampingi praktik peserta.
Salah satu peserta juga mengungkapkan antusiasmenya:
“Senang sekali bisa tahu cara membuat sabun dari minyak bekas. Ternyata bisa dipakai lagi jadi sesuatu yang bermanfaat,” ujar salah satu ibu peserta pelatihan.
Mahasiswa mendampingi peserta saat praktik pembuatan sabun cair dan sabun padat.
Produksi Sabun dari Minyak Jelantah Warga Brubuh dari hasil Diseminasi
Melalui program “JELAS (Jelantah Lahir Jadi Sabun)”, masyarakat Desa Brubuh diajak untuk lebih bijak dalam mengelola limbah rumah tangga, khususnya minyak jelantah agar tidak mencemari lingkungan dan justru dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomi. Selain mengedukasi, program ini juga menjadi sarana penguatan potensi desa dan kewirausahaan lokal.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program MMD Universitas Brawijaya 2025 dengan bimbingan Dr. Eng. Elya Mufidah, S.Pi., MP selaku Dosen Pembimbing Lapangan dan dukungan penuh dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UB melalui Program Pengabdian Strategis kepada Masyarakat
Kegiatan pelatihan JELAS bersama mahasiswa UB dan ibu-ibu PKK Desa serta UMKM, Brubuh, Sabtu 12 Juli 2025Program ini secara langsung mendukung SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDGs 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), serta SDGs 9 (Industry, Innovation and Infrastructure) melalui perkenalan teknologi penyaring limbah ramah lingkungan berbasis kebutuhan desa.
Harapannya, kegiatan ini dapat terus berlanjut secara mandiri dan menjadi bagian dari upaya jangka panjang dalam mewujudkan desa mandiri, sehat, dan produktif.
Hashtag
#JELAS2025 #MMDUB2025 #PengabdianUB #UniversitasBrawijaya #MinyakJelantahJadiSabun #UMKMRamahLingkungan #DRPMUB #SDGs8 #SDGs9 #SDGs12
#SustainableDevelopment #DesaBrubuh #Ngawi #mahasiswaberkaryadesaberdaya #Kelompok49Brubuh #PengabdianStrategis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?