Banner Iklan

Inovasi Mengagumkan dari Kardus Bekas, Batureja Bikin Belajar Aksara Jawa Makin Asyik di Kota Batu

Anis Hidayatie
17 Juli 2025 | 08.05 WIB Last Updated 2025-07-17T05:29:47Z


Inovasi Mengagumkan dari Kardus Bekas, Dyah Pratiwi, M.Pd., guru SDN Punten 01 Kota Batu menciptakan Batureja Batureja Bikin Belajar Aksara Jawa Makin Asyik di Kota Batu 

BATU | JATIMSATUNEWS.COM: Kota Batu, 15 Juli 2025 – Di tengah arus deras digitalisasi dan derasnya konten serba instan, siapa sangka sebuah kardus bekas bisa menjadi pintu gerbang pelestarian budaya? Di tangan seorang guru kreatif dari Kota Batu, barang tak terpakai itu menjelma jadi media pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Adalah Dyah Pratiwi, M.Pd., guru SDN Punten 01 Kota Batu, yang menciptakan Batureja (Ban Puter Aksara Jawa) — sebuah media interaktif dari kardus bekas yang membantu siswa memahami aksara Jawa dengan lebih mudah dan menyenangkan. Inovasi ini tak hanya mendapatkan Penghargaan Inovasi Award Kota Batu 2024, tetapi juga mengantarkan Ibu Dyah meraih Juara 3 Guru Terinspiratif Kota Batu.


Dari Keprihatinan Menjadi Inovasi

Lahirnya Batureja bukan tanpa alasan. Ibu Dyah mengaku prihatin dengan rendahnya antusiasme siswa terhadap pelajaran aksara Jawa. “Mereka sering mengeluh sulit. Belajarnya pun terasa kaku dan membosankan,” ujar Dyah saat ditemui di ruang kelasnya.

Pengalaman itulah yang mendorongnya untuk memutar otak. Ia pun merancang media belajar yang tak hanya edukatif, tapi juga menyenangkan dan ramah lingkungan. Kardus bekas dipilih sebagai bahan dasar karena mudah diperoleh, murah, dan fleksibel untuk dibentuk sesuai kebutuhan.

“Ban Puter” yang Mengubah Wajah Pelajaran Aksara

Konsep Batureja sangat sederhana, namun fungsional. Berbentuk lingkaran seperti roda, media ini bisa diputar untuk mencocokkan huruf aksara Jawa dengan pasangan atau terjemahan latin-nya. Dengan tampilan warna-warni dan desain yang menarik, siswa merasa seperti sedang bermain sambil belajar.

Hasilnya luar biasa. Siswa yang sebelumnya menghindar dari aksara Jawa, kini justru berebut ingin mencoba Batureja. “Setiap jam muatan lokal sekarang jadi ditunggu-tunggu anak-anak,” ungkap Dyah dengan bangga.

Dampak Positif yang Menjangkau Lebih Luas

Manfaat Batureja meluas, tak hanya di dalam kelas. Guru-guru lain kini mulai mengadopsi media ini dalam pengajaran mereka. Batureja menjadi contoh nyata bahwa alat sederhana bisa membawa perubahan besar dalam metode pembelajaran.

Lebih jauh lagi, masyarakat Kota Batu mulai melihat potensi Batureja sebagai alat pelestarian budaya. Komunitas seni dan orang tua murid turut tertarik untuk menggunakannya di luar sekolah. Inovasi ini pun menjadi inspirasi bagi sekolah lain di Jawa Timur.


Inspirasi dari Guru untuk Bangsa

Keberhasilan Ibu Dyah membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berkarya. Justru, dari hal-hal sederhana seperti kardus bekas, lahirlah solusi luar biasa bagi tantangan pendidikan dan pelestarian budaya.

“Batureja hanyalah awal,” tutur Dyah merendah. “Saya ingin terus mengembangkan media pembelajaran yang kontekstual dan menyenangkan, agar anak-anak tidak hanya pintar, tapi juga bangga dengan budaya mereka.”

Di tengah derasnya globalisasi, langkah kecil Ibu Dyah adalah tamparan halus bagi kita semua: bahwa menjaga warisan budaya tidak harus selalu dengan cara yang rumit. Kadang, cukup dengan ban puter dari kardus bekas — dan segunung niat tulus untuk mengajar dari hati.


Semoga Batureja terus menginspirasi pendidik di seluruh Indonesia, dan menjadi simbol bahwa inovasi sejati tak mengenal batas — bahkan oleh kardus bekas sekalipun.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Inovasi Mengagumkan dari Kardus Bekas, Batureja Bikin Belajar Aksara Jawa Makin Asyik di Kota Batu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now