Indeks Kemerdekaan Pers di Jatim anjlok, turun dari peringkat 14 ke 33. Rapat koordinasi dorong kolaborasi lintas sektor dan mediasi untuk membangun ekosistem pers yang sehat dan profesional.
MALANG, 18 JUNI 2025 | JATIMSATUNEWS.COM — Indeks Kemerdekaan Pers (IKP) Jawa Timur mengalami penurunan tajam dari peringkat 14 menjadi 33 secara nasional. Fakta ini mengemuka dalam Rapat Koordinasi Peningkatan Nilai Indeks Kemerdekaan Pers di Jawa Timur yang digelar di Grand Mercure Hotel, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Rabu (18/6/2025).
Kegiatan yang diprakarsai oleh Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) RI ini menghadirkan para narasumber dari berbagai instansi strategis seperti Dewan Pers, Kementerian Kominfo, Kejaksaan Agung, dan Mabes Polri.
Marsekal Muda TNI Eko Dono Indarto, Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informasi Kemenko Polhukam RI, menegaskan pentingnya membangun ekosistem pers yang sehat melalui kemitraan lintas sektor dan peningkatan literasi pers.
“Kita semua harus punya kepedulian untuk menyosialisasikan pentingnya literasi tentang pers dan kebebasan pers kepada semua pihak. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab teman-teman industri pers dan masyarakat,” tegas Eko Dono.
Ia juga menyoroti pentingnya menyelesaikan sengketa pers dengan pendekatan mediasi terlebih dahulu, bukan langsung menggunakan jalur hukum. Namun demikian, bila terdapat pelanggaran berat, penegakan hukum tetap harus dijalankan secara tegas.
“Kalau bisa dimediasi, ya kita dorong itu. Tapi kalau pelanggarannya serius, tentu hukum harus ditegakkan. Yang penting, iklim pers kita sehat dan adil,” imbuhnya.
Totok Suryanto, Wakil Ketua Dewan Pers, dalam sesi pemaparannya kembali menyoroti disrupsi digital dan ledakan media online yang tidak terkendali. Hal ini, menurutnya, memperparah kondisi kebebasan pers dan memicu intimidasi oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan wartawan.
“Banyak media abal-abal yang tidak taat kode etik justru menjamur, sementara media profesional tertekan. Ini harus jadi perhatian kita bersama,” tegas Totok.
Farida Dewi Maharani, Direktur Ekosistem Media Kementerian Komunikasi dan Digital, menambahkan bahwa pemerintah sangat menghargai peran media dalam demokrasi. Namun, menurutnya, pemahaman publik dan pemerintah daerah terhadap fungsi pers masih harus terus diperkuat.
“Banyak daerah yang belum membuka informasi kepada pers. Ini jadi indikator rendahnya indeks. Padahal, pers bekerja untuk rakyat, untuk transparansi,” ungkap Farida.
Desy Meutia Firdaus, Plt. Direktur E pada JAM Pidum Kejaksaan Agung, dan Kombes Pol Tri Atmojo, Kabag Renops Stamaops Polri, juga menegaskan komitmen aparat penegak hukum dalam mendukung kebebasan pers. Namun mereka juga berharap agar pers turut menjaga profesionalisme dalam menyampaikan informasi.
Dalam rapat tersebut juga terungkap bahwa faktor penyebab turunnya indeks di Jawa Timur antara lain:
- Masih adanya kekerasan terhadap insan pers
- Rendahnya keterbukaan informasi oleh pemerintah daerah
- Kurangnya kesadaran kolektif bahwa pers adalah pilar demokrasi
- Lemahnya kontrol terhadap media tidak resmi
“Pers harus jadi mitra strategis pemerintah, bukan musuh. Kita butuh hubungan yang mutualistis agar pembangunan dan informasi dapat berjalan transparan,” tegas Eko Dono.
Forum ini menghasilkan sejumlah rekomendasi penting, antara lain:
2. Pembangunan kemitraan lintas sektor untuk mendorong kebebasan pers yang sehat
3. Penguatan ekosistem media agar profesionalisme dan keberlanjutan pers terjaga
4. Prioritaskan mediasi dalam penyelesaian sengketa pers
5. Mendorong pemerintah daerah lebih terbuka terhadap akses informasi
Rapat koordinasi ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk menjaga keberlangsungan demokrasi melalui pers yang bebas, profesional, dan bertanggung jawab.
“Mari kita bangun kebebasan pers dengan cara yang sehat. Tanpa ekosistem pers yang kuat, kita tak bisa mewujudkan semangat reformasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers,” pungkas Eko Dono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?