Tetiba hampir terpisah ruh dari ragaku, saat gapai tanganmu menggenggam erat mengajak berlalu ikuti arah langit biru.
Ringan langkah ini, girang kau ajak menuju peraduan. Katamu tlah kau siapkan, khusus buatku yang persembahkan kesetiaan.
Sakitku sirna, dera nestapa musnah tak ada sisa. Kulit dagingku tubuh meremaja, tak ada satu lipat pun gurat menua.
Hingga tarikan rengek menghentikan langkah ini.
"Umik maem."
Pun sapa perempuan uzur berambut perak penuh.
"Nduk, tukokno beras."
Maka terhempas tubuh ini, altar karang bergerigi menerima jasad ini. Onak duri dunia tersaji lagi. Balum saatnya raih indah itu. Aku kembali untuk nanti. Abadi bersamamu, selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?