Kades Purwodadi Mulyono menerima penghargaan
Pasuruan – Malam resepsi Hari Jadi Kabupaten Pasuruan ke-1096 pada Kamis (18/9/2025) menjadi saksi lahirnya enam jawara Kampung Pancasila. Penghargaan diberikan langsung oleh Bupati Pasuruan H.M. Rusdi Sutejo bersama Wakil Bupati Gus Shobih Asrori di halaman Kantor Bupati.
Acara ini bukan sekadar penyerahan hadiah, melainkan bentuk apresiasi kepada desa dan kelurahan yang mampu menghadirkan Pancasila sebagai nilai hidup dalam keseharian warganya. Berikut kisah lengkap para juara:
Juara 1 – Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi
Dipimpin Kades Mulyono, Desa Purwodadi berhasil merebut juara pertama berkat perpaduan nilai kebangsaan, budaya, dan pelestarian tradisi. Desa ini dikenal sebagai desa multi-etnis dengan semangat kebersamaan yang kuat.
Setiap pagi dan sore, lagu Indonesia Raya dikumandangkan lewat pengeras suara, menggema ke seluruh pelosok desa. Dekorasi simbol Pancasila masih menghiasi panggung utama, memanfaatkan dekorasi perayaan 17 Agustus yang lalu. Saat penilaian, kentongan bersejarah peninggalan tahun 1954 dipukul oleh juri dari Polres Pasuruan, Imron Rosyidi, menambah kesan historis.
Dari sisi budaya, desa ini menampilkan kesenian kuda lumping SHM Putra yang berdiri sejak 1942. Konon, pencipta tarian tersebut bernama Sukarno, dan masyarakat percaya ada kedekatan simbolik dengan Presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Perpaduan modernitas, nasionalisme, dan tradisi membuat Purwodadi layak menjadi kampung teladan. Kampung Pancasila Modern.
Juara 2 – Desa Keduwung, Kecamatan Puspo
Juara kedua diraih Desa Keduwung dengan Kades Urip Pani sebagai penerima penghargaan. Desa ini merupakan salah satu pemukiman tertua suku Tengger yang mayoritas beragama Hindu. Meski demikian, kerukunan dengan warga Muslim terjalin harmonis.
Nuansa adat terasa kental dengan ornamen dan gambar para pahlawan yang menghiasi sudut kampung.
Tradisi ketulusan dan gotong royong terus hidup, tercermin dari lebih 200 warga yang pernah mendapat penghargaan atas sikap peduli dan tolong-menolong. Bahkan, saat terjadi musibah jatuhnya pesawat TNI, warga Keduwung dikenal sigap membantu , menolak imbalan uang, tanpa pamrih.
Juara 3 – Desa Plinggisan, Kecamatan Kraton
Kades Heru memimpin Desa Plinggisan yang berhasil meraih juara ketiga. Desa ini dikenal dengan keramahan warganya yang selalu mengedepankan musyawarah untuk mufakat.
Semangat kebangsaan tampak dari hiasan Burung Garuda yang berdiri di beberapa sudut kampung. Selain itu, Plinggisan juga unggul dalam pemberdayaan ekonomi. UMKM berkembang pesat, mulai dari makanan, minuman, sandang, hingga taman toga yang rapi dan bermanfaat bagi kesehatan warga.
Solidaritas sosial jika ada warga terkena musibah semakin memperkuat identitas Plinggisan sebagai Kampung Pancasila yang hidup dalam keseharian.
Juara Harapan 1 – Kelurahan Kauman, Kecamatan Bangil
Lurah Barizi menerima penghargaan untuk Kelurahan Kauman yang meraih juara harapan pertama. Wilayah ini menjadi miniatur Indonesia dengan keberadaan empat gereja, satu klenteng, serta sejumlah masjid dan musholla.
Keragaman etnis – mulai dari Arab, India, Banjar, Jawa, hingga Madura – hidup rukun berdampingan.
Suasana harmonis ini ditopang oleh tradisi saling bantu dan saling menjaga antarwarga.
Program ketahanan pangan berjalan baik, ditambah keberadaan UMKM makanan, minuman, dan fashion yang berkembang pesat. Lingkungan asri dengan tanaman toga di setiap rumah semakin mempercantik wajah Kauman.
Juara Harapan 2 – Desa Manik Rejo, Kecamatan Rejoso
Dipimpin Kades Muhammad Nurcholis, Desa Manik Rejo meraih juara harapan kedua berkat kearifan lokalnya yang kuat. Desa ini memiliki legenda Sendang Beji, yang diyakini pernah disinggahi Mahapatih Gajah Mada.
Surau Pancasila berdiri sebagai ikon spiritual desa, lengkap dengan taman toga yang tertata rapi. Warga juga aktif menjalankan program ketahanan pangan, mencerminkan kemandirian dan kebersamaan.
Nilai tradisi dan sejarah yang berpadu dengan inovasi menjadikan Manik Rejo sebagai contoh penerapan Pancasila yang membumi.
Juara Harapan 3 – Desa Sumbersuko, Kecamatan Purwosari
Kades Arif menerima penghargaan untuk Desa Sumbersuko yang berhasil merebut juara harapan ketiga. Desa ini memiliki pendopo megah dengan Burung Garuda bertengger gagah di puncak atap, serta monumen Pancasila yang berdiri sejak 1968.
Desa ini dikenal aktif dalam kegiatan peringatan kemerdekaan dan upacara nasional. Literasi menjadi kekuatan utamanya, ditunjukkan dengan taman baca dan koleksi buku sejarah lokal.
Warga juga bangga dengan keberadaan Sendang Sumberkambang yang menjadi simbol kearifan dan identitas desa. Perpaduan monumen bersejarah, semangat literasi, dan kekayaan lokal menjadikan Sumbersuko layak masuk jajaran jawara.
Bupati Pasuruan H.M. Rusdi Sutejo menegaskan bahwa penghargaan ini bukan semata-mata kompetisi, melainkan wujud nyata implementasi nilai Pancasila.
“Para pemenang telah membuktikan bahwa Pancasila bukan hanya semboyan, tapi benar-benar hidup dalam tindakan sehari-hari. Inilah semangat yang harus terus kita rawat,” ujarnya.
Malam itu, enam jawara Kampung Pancasila berdiri tegak menerima penghargaan, membawa pulang kebanggaan sekaligus tanggung jawab untuk terus menjaga api Pancasila tetap menyala di bumi Pasuruan.
Dalam Lomba Kampung Pancasila, setiap Kecamatan memilih satu desa yang ditunjuk sebagai perwakilan yang akan bersaing dengan desa-desa dari 23 kecamatan lainnya. Penilaian berlangsung mulai 25 Agustus dan akan berakhir 15 September. Untuk diumumkan pemenang pada hari jadi Kabupaten Pasuruan ke- 1096 pada 18 September 2025.
Adapun tim juri berasal dari Kesbangpol Kaban Nurul Huda, FPK (Forum Pembauran Kebangsaan) Ketua Ahmad Bayhaqi Kadmi atau Gus Bay yang juga kader JPM BPIP, PKK Kabupaten Pasuruan Juri kehormatan drg.Mela Rusdi Sutejo dibersamai ketua Tri Krisni Astuti dan Sekretaris Pokja 3 Budi Rahayu atau Bu Ayu dan tim, TNI Joko Sutrisno dan dari Polri Imron Rosyidi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?